Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024

Berbagi opini seputar Sustainable Development Goals (SDGs) terutama yang terpantau di Jakarta. Melalui opini yang dituangkan, saya mengajak pembaca untuk lebih memahami dan menyadari konsep keberlanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Langkah Bijak Mengatasi KDRT: Memahami, Memaafkan, dan Berubah Bersama

19 Desember 2023   23:32 Diperbarui: 20 Desember 2023   01:14 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi stop kekerasan dalam rumah tangga. (sumber gambar: freepik.com)

Sebenarnya, setiap orang dewasa cenderung memiliki sikap egosentrisme sebagai sisa-sisa dari egosentrisme masa kecil. Egosentrisme ini yang membuat kita kurang peka terhadap kepentingan pihak lain dan perasaan pihak lain.

Yang kita lihat hanya kepentingan diri sendiri dan yang kita rasakan hanya perasaan sendiri. Inilah yang kerap kali membawa suami-istri pada perselesihan hingga KDRT. Bahkan, dapat berujung pada kematian.

Beberapa Contoh Kasus Korban KDRT dalam Hubungan Pernikahan

Beberapa waktu lalu, jagat maya, dikejutkan dengan hilangnya dokter Qory dari kediamannya di kawasan Nanggewer, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Selidik punya selidik, ternyata yang menyebabkan dokter Qory minggat dari rumahnya adalah karena kekerasan fisik yang dilakukan suaminya terhadap dirinya. Bentuk kekerasan fisik berupa tendangan dan pukulan.

Belakangan, dokter Qory memaafkan suaminya dengan mencabut laporannya ke polisi. Keputusan dokter Qory ini pun menimbulkan beragam rekasi dari masyarakat.

Tahun lalu, saya menulis sebuah buku dengan seorang teman perempuan dari Kupang, Dhebby Soru, namanya. Salah satu topik yang dia tuliskan dalam buku kolaborasi itu adalah perihal KDRT.

Dhebby bertutur tentang sebuah kisah yang didengarnya dari seorang pendeta seniornya di Kupang. Pendeta seniornya itu pernah mendampingi seorang ibu yang merupakan anggota jemaat pendeta senior.

Kira-kira begini ceritanya. Pendeta yang bersangkutan telah mendampingi si ibu korban KDRT dari suaminya cukup lama. Suaminya sering melakukan kekerasan fisik, tetapi yang dilakukan sang pendeta adalah menguatkan dan memintanya untuk bertahan sambil tetap berdoa supaya Tuhan mengubah suaminya.

Namun, ironisnya, ibu itu meninggal dunia di tangan suaminya. Penyesalan yang mendalam dirasakan sang pendeta. Menurut cerita Dhebby, sang pendeta menyesal karena meminta ibu itu bertahan dalam penderitaannya. Ia menyesal karena hanya meminta ibu itu berdoa dan tidak melakukan hal lain.

Tentu saja, masih banyak lagi kasus KDRT di Tanah Air yang luput dari media massa. Masalah KDRT yang dialami oleh dokter Qory maupun si ibu yang meninggal, karena korban KDRT menjadi alarm bagi setiap keluarga pada masa kini.

Bagaimana Mengatasi Sikap Egosentrisme dalam Hubungan Pernikahan?

Pertanyaannya, lalu bagaimana cara mengatasi sikap egosentrisme dalam hubungan pernikahan, sehingga tidak terjadi KDRT? Setidaknya, ada dua sikap yang hemat saya perlu kita (suami-istri) terapkan dalam hubungan pernikahan demi mewujudkan rumah tangga yang harmonis.

  • Langkah pertama, adalah berusaha memahami pihak lain.

Individu yang berkepribadian matang bukanlah individu yang berteriak menuntut haknya dan memperjuangkan kepentingannya. Tetapi, individu yang berusaha untuk memahami hak pihak lain dan berusaha menyesuaikan kepentingannya dengan kepentingan pihak lain. Inilah penyesuaian dalam hubungan pernikahan dan penyesuaian ini berlangsung dalam proses seumur hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun