Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024

Berbagi opini seputar Sustainable Development Goals (SDGs) terutama yang terpantau di Jakarta. Melalui opini yang dituangkan, saya mengajak pembaca untuk lebih memahami dan menyadari konsep keberlanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Benteng Amsterdam di Negeri Hila: Benteng Segi Empat yang Menyimpan Sejuta Cerita

17 Desember 2023   00:58 Diperbarui: 17 Desember 2023   01:50 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret Benteng Amsterdam dari bagian samping. (sumber gambar: kompasiana.com/Alex Japalatu)

Sejauh ini, saya telah mengulas 5 benteng bekas peninggalan bangsa Eropa di Maluku, antara lain: Benteng Duursteda di Pulau Saparua, Benteng Beverwijk di Pulau Nusalaut, Benteng Nieuw Zeelandia di Pulau Haruku, Benteng Belgica di Pulau Banda, dan Benteng Victoria di Pulau Ambon. Saya senang sekali, karena banyak pembaca Kompasiana yang mengapresiasinya.

Pada tulisan kali ini, saya akan mengulas 1 Benteng lagi yang berlokasi di Pulau Ambon, yaitu Benteng Amsterdam. Wah, nama bentengnya sangat keren, ya!

Beberapa hal yang menjadi sorotan saya antara lain: asal-muasal Benteng Amsterdam, peran penting Benteng Amsterdam pada era kolonial, peristiwa-peristiwa penting yang melatarbelakangi Benteng Amsterdam, dan kondisi Benteng Amsterdam sekarang ini. Yuk.., mari simak penjelasan lengkapnya berikut ini.

Asal-muasal Benteng Amsterdam dan Struktur Bangunannya

Bagaimana asal-muasal Benteng Amsterdam? Benteng Amsterdam berlokasi di Negeri Hila, Kecamatan Leihitu, Ambon, Maluku Tengah. Benteng ini, dibangun pertama kali oleh Portugis pada tahun 1512 M, yang dipimping langsung oleh Fransisco Serrao. Namun kemudian, Belanda datang dan merebutnya pada tahun 1605.

Dikutip dari laman ambon.antaranews.com, struktur bangunan benteng berbentuk segi empat, yang terdiri dari tiga lantai. Lantai satunya terbuat dari batu merah, sedangkan lantai dua dan lantai tiganya terbuat dari kayu jati, dengan akses tangga kayu ke bagian atas.

Sekilas, bentuk dari Benteng Amsterdam ini memiliki kemiripan dengan Benteng Beverwijk yang berada di Pulau Nusalaut. Baca juga: "Benteng Beverwijk: Kekayaan Sejarah yang terlupakan di Pulau Nusalaut."

Konon, lantai satunya dijadikan sebagai tempat beristirahat para prajurit, lantai duanya dijadikan tempat rapat para perwira, dan lantai tiganya dijadikan sebagai pos pengintai. Pada setiap sisi bangunan terdapat jendela untuk mengintai musuh yang datang dari arah pantai.

Di sekeliling benteng, berdiri tembok setebal 1 meter, dengan buah bastion di sudut timur laut dan barat daya. Ada sebuah sumur (parigi dalam bahasa Ambon) di lokasi benteng persis di damping kiri pintu utama. Dulunya, sumur ini digunakan oleh militer Belanda untuk mengambil air minum.

Memasuki pintu masuk lantai satu, di dekat tangga ke lantai atas, kita akan melihat prasasti pada tembok yang menerangkan tahun pembuatan (dibangun oleh Gubernur Gerrard Demmer tahun 1642) dan tahun pemugaran, dengan lambang Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada prasasti tersebut.

Benteng Amsterdam ini, ditinggalkan oleh Belanda pada awal tahun 1900-an dalam keadaan rusak. Kemudian, pada tahun 1991-1994, pemerintah, melalui Departemen Pendidikan dan kebudayaan melakukan perbaikan dengan mengacu pada gambar dalam buku Beschreiving van Ambonian, karangan Francois Valatyn.

Peran Penting Benteng Amsterdam di Era Kolonial

Pada awalnya, benteng ini, oleh Portugis, dijadikan sebagai gudang penyimpanan rempah-rempah. Namun, ketika Belanda merebutnya, mereka mengubahnya menjadi kubu pertahanan. Mengapa mereka menjadikanya sebagai kubu pertahanan? Itu karena terjadi pertempuran antara Belanda dan Kerajaan Hitu, yang dipimpin oleh Kapitan Kakialy dkk pada tahun 1633-1654.

Peristiwa-peristiwa Penting yang Melatarbelakangi Benteng Amsterdam

Lantas, adakah peristiwa-peristiwa penting, yang melatarbelakangi Beteng Amsterdam ini? Jawabannya ada! Sekitar tahun 1633-1654, pernah terjadi pertempuran antara Belanda dan Kerajaan Hitu yang dipimpin oleh Kapitan Kakialy. Perang itu, dinamai Perang Hitu.

Selain itu, seorang naturalis asal Jerman bernama G.E. Rumphius, diketahui pernah tinggal di benteng ini dari tahun 1627-1702. Ia tinggal untuk mempelajari flora dan fauna di Pulau Ambon. Wah, dia tentu sangat beruntung bisa tinggal di benteng bersejarah ini.

Bagaimana Kondisi Benteng Amsterdam Sekarang Ini?

Dari segi kondisi bangunan, boleh dibilang Benteng Amsterdam ini cukup terawat ya, ketimbang Benteng Beverwijk yang berada di Pulau Nusalaut. Sehingga, menjadi salah satu rujukan wisata sejarah di Pulau Ambon, khususnya di Negeri Hila. Kondisi inilah yang menarik perhatian para wisatawan untuk datang ke Negeri Hila, baik mancanegara maupun lokal.

Kesimpulan dan Petunjuk Arah Menuju Benteng Amsterdam

Benteng Amsterdam yang berlokasi di Negeri Hila menjadi saksi bisu dari perjuangan rakyat Maluku melawan penjajah Portugis dan Belanda. Sebagai saksi sejarah, maka perlu upaya untuk melestarikan Benteng Amsterdam ini, baik dari masyarakat Hila maupun sektor pariwisata Maluku.

Bersyukur, Negeri Hila pada tahun 2022 lalu, meraih juara 1 untuk kategori pengelola homestay yang merupakan kerja sama antara masyarakat dan sektor pariwisata Maluku. Wah, keren banget! Semoga kedepannya, makin ditingkatkan lagi kualitas layanan wisata Benteng Amsterdam.

Lalu, bagaimana menuju Benteng Amsterdam ini? Apabila kalian datang dari arah Kota Ambon, kalian bisa naik mobil ke Negeri Hila dengan jarak tempuh sekitar 42 kilometer. Ongkos masuk kedalam benteng murah aja, itupun diberikan secara sukarela. Bagaimana, kalian sudah siap mengunjungi Benteng Amsterdam?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun