Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024

Berbagi opini seputar Sustainable Development Goals (SDGs) terutama yang terpantau di Jakarta. Melalui opini yang dituangkan, saya mengajak pembaca untuk lebih memahami dan menyadari konsep keberlanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Soto, Jus Jeruk, dan Kompasiana: Momen Menarik bersama Pak Yoke

8 Desember 2023   17:02 Diperbarui: 8 Desember 2023   17:19 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Just sharing...

Siang ini, saya diajak oleh kawan baik saya, Pak Johannes Leiwakabbesy (biasa dipanggil Pak Yoke), untuk ketemuan di Akademi Teologia Amanat Penuaian Terakhir (APT). Tepatnya, di Jl. Batu Tulis, Gambir, Kota Jakarta Pusat. Saya tiba di lokasi sekitar pukul 11.30 WIB - langsung menuju kantor beliau. Di dalam ruangan, ada Pak Agus dan Pak Yoke.

Saya masuk dan menyapa Pak Agus, lalu Pak Yoke. Karena sudah jelang makan siang, Pak Yoke langsung mengajak saya makan siang di Spesial Soto Boyolali (SSB). Dari APT, kami berjalan kaki sekitar 2 menit ke SSB. Lumayan dekat, hitung-hitung olahraga.

Tempatnya ramai guys, ada yang makan di luar, ada yang makan di dalam ruangan. Kami memesan soto ayam kampung campur nasi putih porsi kecil, ditambah gorengan, dan minumannya air putih dan es teh manis. Harga sotonya lumayan murah, hanya 11 ribu aja.

Setelah memesan, kami mengambil posisi duduk di bagian tengah ruangan. Baru beberapa menit duduk di dalam ruangan, kami sudah kepanasan, meski sudah dipasang beberapa kipas angin. Mungkin, pengelola SSB perlu meningkatkan fasilitas ruangan seperti mengganti kipas angin dengan AC, atau menambah jumlah kipas anginnya, agar pelanggan tidak merasa kepanasan saat duduk makan soto.

Pelayan sudah mengantarkan pesanan kami. Sotonya agak unik menurut saya, karena dicampur dengan nasi. Jadi, sotonya tuh satu dengan nasi. Terus, gimana enak nggak? Enak banget. Sambil makan, kami sambil ngobrol seputar pekerjaan.

Kami tidak bisa ngobrol lama-lama di sini, karena rumah makannya segera ditutup - karyawannya mau menunaikan ibadah Jumat. Teman saya baru tahu, kalau Jumat siang, SSB akan tutup sebentar.

Karena itu, kami pindah lokasi ngobrol di seberang jalan. Kali ini, lokasinya bukan rumah makan, tapi cafe. Lokasi cafenya bersebelahan dengan Indomaret - kemungkinan besar, cafe ini sering menjadi tongkrongan kawan saya, Pak Yoke.

Setelah tiba di lokasi, kami langsung memesan minuman. Pak Yoke memesan segelas kopi, sedangkan saya memesan segelas jus jeruk dingin. Kami mengambil tempat duduk di bagian tengah karena sekilas tampak nyaman. Dan, betul saja, tempat duduk dan mejanya nyaman banget. Model mejanya berbentuk lingkaran, dengan dua kursi sofa berhadap-hadapan.

Tak terasa, kami sudah duduk dan mengobrol sekitar satu jam, hingga jus jeruk saya habis dan tersisa es batu. Ha-ha. Terima kasih banyak untuk traktiran dan obrolannya Pak Bro Yoke. Sampai jumpa lagi di lain kesempatan.

Ada hal menarik dari pertemuan saya dengan Pak Yoke kali ini. Ap aitu? Tentang makan soto ayam kampung? Tentang menikmati segelas jus jeruk? Tentang pekerjaan? Bukan itu yang menarik bagi saya. Lalu, apa? Yang menarik adalah ketika Pak Yoke tahu saya sebagai penulis aktif di Kompasiana.

Rupanya, kawan saya ini, memantau aktivitas saya di Facebook. Bagaimana tidak, hampir setiap hari saya membagikan artikel yang sudah tayang di Kompasiana ke media sosial pribadi saya seperti Facebook, Instagram, dan WhatsApp.

Kemarin, seorang kawan baik saya, Rhesa Sigarlaki, memberi apresiasi kepada saya, karena menulis isu-isu terkini di Kompasiana. Pesan yang dia kirim via Instagram itu membuat saya lebih percaya diri. Izinkan saya mengutipnya di sini bagi kalian.

"Bagus Bill, itu baik bagi perluasan dan mengayaan disiplin utamamu, yakni teologi. Pengembangan ini tentu akan membuat scope berteologimu meluas, dan itu hal yang sangat terpuji. Bukankah sebenarnya banyak kalangan teolog sendiri sudah jenuh, jika 'larinya' wacana teologi ke situ-situ juga sedari dulu? Mau terus ya, saya dukung dan doakan" tulis Pak Rhesa.

Impian saya sederhana saja, yaitu saya ingin banyak orang mengenal saya sebagai seorang Kompasianer. Ini jugalah yang menjadi impian Kompasianer Omjay. He-he. Bagi saya, menjadi seorang Kompasianer itu membanggakan. Kenapa? Karena, kita dikenal dan dikagumi orang dari tulisan-tulisan yang kita buat di Kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun