Menulis surat kepada diri sendiri membuat kita mendengar suara hati, menumbuhkan rasa syukur, dan memotivasi diri sendiri.
Just sharing...
Hari ini, 4 Desember 2023, merupakan hari ke-...., sebentar saya hitung dulu, ke-70 saya menulis setiap hari sejak tergabung di Kompasiana pada 26 September 2023 lalu. Biang keroknya adalah A.S. Laksana. Iya, gara-gara mengikuti kelas Menulis sebagai Meditasi Sehari-hari (MSMS) yang diadakannya selama 30 hari, saya jadi terinspirasi menulis setiap hari di Kompasiana.
Materi pada setiap kelas itu, dikirimnya melalui surel setiap pagi selama 30 hari. Baru kali ini, saya mendapati model kelas menulis seperti ini. Biasanya, saya mengikuti kelas yang disampaikan secara lisan - meskipun ada juga bahan tertulisnya dalam bentuk PDF maupun video rekaman. Saya juga pernah mengikuti kelas tertulis melalui grup WhatsApp yang diadakan oleh Abdul Rahman, tetapi kelas itu hanya berlangsung 5 hari.
Kelas tertulis yang diadakan A.S. Laksana mau tak mau, memaksa peserta untuk membaca. Membaca merupakan kebiasaan baik yang harus dimiliki oleh seorang penulis. Lagi pula, wajar saja, kalau kelas menulis disampaikan melalui tulisan pula. Belakangan, saya baru mengerti, kenapa A.S. Laksana memilih menyampaian materi dengan mengirim surat setiap hari kepada para peserta melalui surel.
Rupanya, beliau sudah terbiasa menulis surat untuk anak-anaknya di hari-hari spesial mereka. Beliau juga menulis surat kepada teman-temannya. Bagi A.S. Laksana, komunikasi melalui surat adalah cara yang artistik dan banyak orang hebat melakukannya.
Dalam kelas yang saya ikuti itu, A.S. Laksana bercerita tentang kekuatan bawah sadar dan bagaimana memberdayakannya, tentang kreativitas, tentang bagaimana mengizinkan diri sendiri berubah, tentang fokus dan keberhasilan, tentang mimpi dan pentingnya menulis mimpi, tentang bagaimana memperbaiki keberuntungan, dll., yang tentunya menarik untuk dipraktikan oleh para peserta.
Dari kelas A.S. Laksana, saya kemudian terinspirasi untuk menulis setiap hari di Kompasiana - menulis tentang apa saja yang muncul pertama kali di benak saya. Tidak heran, tulisan-tulisan saya di Kompasiana campur-campur seperti gado-gado, ada diary, sosbud, healthy, hobby, financial, dan lain-lain. Saya hanya ingin belajar mengemukakan ide dengan baik dalam bentuk tulisan. Nyatanya, menulis yang baik itu sulit sekali.
Belakangan ini, saya tertarik mempraktikan satu metode menulis yang diajarkan A.S. Laksana, yaitu menulis surat kepada diri sendiri. Saya sudah menulis surat kepada diri sendiri sebanyak tiga kali di Kompasiana, salah satunya berjudul "Ketika Temanmu Sukses dan Kamu Tidak." Menulis surat kepada diri sendiri membuat saya merasa intim dengan diri sendiri. Melalui surat, saya bebas berbicara kepada diri sendiri tanpa merasa takut kepada siapa pun.
Dari pengalaman menulis surat kepada diri sendiri itu, saya mendapati tiga manfaat. Pertama, dapat mendengar suara hati sendiri; kedua, dapat menumbuhkan rasa syukur; dan ketiga, dapat memotivasi diri sendiri untuk lebih baik. Ketiga manfaat ini, akan diuraikan sebagai berikut.
1. Mendengar suara hati.
Menulis surat kepada diri sendiri merupakan sebuah cara untuk mendengar suara hati kita. Saya termasuk tipe orang yang suka mendengar dan terpengaruh dengan omongan orang. Dengan menulis surat kepada diri sendiri, saya sadar kalau itu adalah kali pertama saya mendengar suara hati saya dengan begitu jelas.
Sering kali kita tidak terlalu menaruh perhatian terhadap suara hati kita atau suara bawah sadar kita. Kita lebih banyak mendengar nasihat orang lain, yang terkadang membingungkan. Sudah saatnya, kita mendengar suara hati kita. Izinkan suara hati kita berbicara kepada diri kita.
2. Menumbuhkan rasa syukur.
Dengan kita menulis surat kepada diri sendiri, hal itu akan membangkitkan rasa syukur dalam diri. Misalnya, ketika kita membaca tulisan kita tentang kegagalan dan pencapaian kita di tahun lalu, kita diajak untuk bersyukur atas semua hal itu. Dalam tiga surat yang saya tuliskan di Kompasiana, saya melakukannya. Efeknya apa? Saya merasa lebih rileks; saya merasa lebih enjoy dalam menjalani hari-hari saya.
3. Memotivasi diri sendiri.
Menulis surat kepada diri sendiri merupakan sebuah cara untuk memotivasi diri sendiri. Kita sering kali mendapat nasihat dari orang lain, tapi kita jarang atau bahkan tidak pernah mendapatkan nasihat dari diri sendiri. Itu karena kita lebih percaya kepada orang lain, ketimbang diri sendiri. Karena itulah, saya menulis surat kepada diri saya sendiri.
Dengan menulis surat kepada diri sendiri, kita bisa lebih percaya diri. Di dalam surat itu, kita menasihati atau menegur diri sendiri untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama di masa lalu. Di dalam surat itu, kita memuji diri sendiri atas semua prestasi yang kita raih di masa kini. Di dalam surat itu juga, kita menyemangati diri sendiri untuk tampil lebih maksimal lagi di masa depan.
Kesimpulan
Menulis merupakan proses menuangkan isi kepala ke dalam bentuk tulisan. Tulisan yang dituliskan pun beragam bentuk, dapat berupa cerpen, puisi, diary, opini, dan lain-lain. Menulis surat kepada diri sendiri merupakan sebuah cara untuk menjadi intim dengan diri sendiri. Ada tiga menfaat yang bisa kita dapatkan dari model menulis seperti ini, yaitu dapat mendengar suara hati, dapat menumbuhkan rasa syukur, dan dapat memotivasi diri sendiri.
Bagaimana, teman-teman Kompasianer tertarik untuk mencobanya? Semoga berhasil!
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H