Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024

Berbagi opini seputar Sustainable Development Goals (SDGs) terutama yang terpantau di Jakarta. Melalui opini yang dituangkan, saya mengajak pembaca untuk lebih memahami dan menyadari konsep keberlanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Gara-gara A.S. Laksana, Saya Terinspirasi Menulis Setiap Hari di Kompasiana

4 Desember 2023   15:18 Diperbarui: 4 Desember 2023   15:28 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menulis surat kepada diri sendiri membuat kita mendengar suara hati, menumbuhkan rasa syukur, dan memotivasi diri sendiri.

Just sharing...

Hari ini, 4 Desember 2023, merupakan hari ke-...., sebentar saya hitung dulu, ke-70 saya menulis setiap hari sejak tergabung di Kompasiana pada 26 September 2023 lalu. Biang keroknya adalah A.S. Laksana. Iya, gara-gara mengikuti kelas Menulis sebagai Meditasi Sehari-hari (MSMS) yang diadakannya selama 30 hari, saya jadi terinspirasi menulis setiap hari di Kompasiana.

Materi pada setiap kelas itu, dikirimnya melalui surel setiap pagi selama 30 hari. Baru kali ini, saya mendapati model kelas menulis seperti ini. Biasanya, saya mengikuti kelas yang disampaikan secara lisan - meskipun ada juga bahan tertulisnya dalam bentuk PDF maupun video rekaman. Saya juga pernah mengikuti kelas tertulis melalui grup WhatsApp yang diadakan oleh Abdul Rahman, tetapi kelas itu hanya berlangsung 5 hari.

Kelas tertulis yang diadakan A.S. Laksana mau tak mau, memaksa peserta untuk membaca. Membaca merupakan kebiasaan baik yang harus dimiliki oleh seorang penulis. Lagi pula, wajar saja, kalau kelas menulis disampaikan melalui tulisan pula. Belakangan, saya baru mengerti, kenapa A.S. Laksana memilih menyampaian materi dengan mengirim surat setiap hari kepada para peserta melalui surel.

Rupanya, beliau sudah terbiasa menulis surat untuk anak-anaknya di hari-hari spesial mereka. Beliau juga menulis surat kepada teman-temannya. Bagi A.S. Laksana, komunikasi melalui surat adalah cara yang artistik dan banyak orang hebat melakukannya.

Dalam kelas yang saya ikuti itu, A.S. Laksana bercerita tentang kekuatan bawah sadar dan bagaimana memberdayakannya, tentang kreativitas, tentang bagaimana mengizinkan diri sendiri berubah, tentang fokus dan keberhasilan, tentang mimpi dan pentingnya menulis mimpi, tentang bagaimana memperbaiki keberuntungan, dll., yang tentunya menarik untuk dipraktikan oleh para peserta.

Dari kelas A.S. Laksana, saya kemudian terinspirasi untuk menulis setiap hari di Kompasiana - menulis tentang apa saja yang muncul pertama kali di benak saya. Tidak heran, tulisan-tulisan saya di Kompasiana campur-campur seperti gado-gado, ada diary, sosbud, healthy, hobby, financial, dan lain-lain. Saya hanya ingin belajar mengemukakan ide dengan baik dalam bentuk tulisan. Nyatanya, menulis yang baik itu sulit sekali.

Belakangan ini, saya tertarik mempraktikan satu metode menulis yang diajarkan A.S. Laksana, yaitu menulis surat kepada diri sendiri. Saya sudah menulis surat kepada diri sendiri sebanyak tiga kali di Kompasiana, salah satunya berjudul "Ketika Temanmu Sukses dan Kamu Tidak." Menulis surat kepada diri sendiri membuat saya merasa intim dengan diri sendiri. Melalui surat, saya bebas berbicara kepada diri sendiri tanpa merasa takut kepada siapa pun.

Dari pengalaman menulis surat kepada diri sendiri itu, saya mendapati tiga manfaat. Pertama, dapat mendengar suara hati sendiri; kedua, dapat menumbuhkan rasa syukur; dan ketiga, dapat memotivasi diri sendiri untuk lebih baik. Ketiga manfaat ini, akan diuraikan sebagai berikut.

1. Mendengar suara hati.

Menulis surat kepada diri sendiri merupakan sebuah cara untuk mendengar suara hati kita. Saya termasuk tipe orang yang suka mendengar dan terpengaruh dengan omongan orang. Dengan menulis surat kepada diri sendiri, saya sadar kalau itu adalah kali pertama saya mendengar suara hati saya dengan begitu jelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun