Ikan napoleon (nama ilmiah Cheilinus undulatus) merupakan jenis ikan karang terbesar dari famili Labridae, subfamili Cheilininae. Di beberapa daerah di Indonesia ikan ini dikenal dengan sejumlah nama seperti maming, laraluca, lemak, lambe, dan siomae. Unik ya. Pada napoleon muda, lengkung kepala bagian atas agak cembung. Sedangkan yang dewasa, bagian dahinya sangat menonjol. Rahang ikan ini juga menonjol dengan bibir yang tebal. Lucu! He-he. Badan ikan napoleon muda berwarna abu-abu kecokelatan, sedangkan yang dewasa berwarna kehijauan dan ada garis-garisnya. Di matanya ada bintik-bintik hitam. Ukuran tubuhnya tergolong besar, lebih dari 2 meter dan berat 190 kilogram. Ikan napoleon bersifat hermaprodit protogini dan mencapai kematangan seksual, yaitu pada umur 57 tahun. Wow! lama banget!
Lantas, apa peran ikan napoleon bagi ekosistem terumbu karang? Peran ikan nepoleon adalah sebagai predator yang menyukai bintang laut mahkota (Acanthaster planci), yaitu spesies pemakan polip karang. Apa itu polip karang? Mengutip biorock-indonesia.com, polip merupakan hewan asli yang memiliki bentuk tubuh silindrikal berukuran kecil dengan struktur bukaan atau mulut yang dikelilingi tentakel penyengat. Terumbu karang akan tumbuh menjadi koloni-koloni dan masing-masing koloni terdiri dari ratusan hingga ribuan polip. Polip-polip yang berhubungan satu sama lainnya dihubungkan dengan jaringan ikat, termasuk pada bagian perutnya. Oleh sebab itu, saat terumbu karang (koloni) mendapat asupan makanan, semua polip yang ada di bagian tersebut akan mendapat makanan yang sama.
Nah, jadi tahu kan sekarang betapa pentingnya peran ikan napoleon ini bagi kelestarian terumbu karang laut.
Kawasan laut Provinsi Maluku dan Maluku Utara, sebagiannya termasuk ke dalam segitiga terumbu karang dunia (coral triangle). Karena kondisi itulah, Maluku dan Maluku Utara banyak mengoleksi berbagai jenis ikan karang, salah satunya ikan napoleon yang kini mulai terancam punah. Ini karena napoleon menjadi jenis ikan yang bisa dikonsumsi dan memiliki nilai ekonomis sangat tinggi di sejumlah negara Asia seperti Singapura, Hong Kong, China, dan Taiwan. Indonesia merupakan negara pengekspor ikan napoleon terbesar di Asia Tenggara.
Mengutip mongabay.co.id, salah satu kawasan laut yang dulu kaya akan ikan napoleon adalah Kayoa dan Bacan di Halmahera Selatan. Namun, saat ini, ikan itu sudah jarang ditemukan oleh nelayan. Sejak tahun 1995, Menteri Perdagangan Indonesia mengeluarkan surat keputusan yang melarang ekspor ikan napoleon, baik dalam keadaan mati ataupun hidup. Menteri Pertanian juga mengeluarkan surat keputusan yang menetapkan larangan penangkapan ikan ini. Oleh karena itu, dihimbau kepada seluruh nelayan Indonesia untuk tidak menangkap dan mengonsumsi ikan napoleon.
Kepala Badan Konservasi Perairan Daerah, Syahrudin Turuy, mengungkapkan kalau saat ini, kawasan konservasi yang terdapat habitat ikan napoleon ada di kawasan Konservasi Taman Wisata Perairan (TWP) Pulau Makian dan Pulau Moti, serta Taman Pesisir Kepulauan Sula. Selain itu, budidaya ikan napoleon sudah mulai dikembangkan di beberapa daerah, salah duanya di Kabupaten Anambas dan Natuna yang diperkirakan sudah berlangsung puluhan tahun. Namun, tujuannya untuk komersial. Bagaimanapun, budidayakan ikan napoleon masih lebih baik ketimbang melakukan perburuan besar-besaran terhadap ikan ini.
Kesimpulan
Kerusakan terumbu karang perlu mendapat perhatian yang serius oleh berbagai pihak. Pemerintah perlu melakukan sosialisasi secara berkala terhadap nelayan dan masyarakat Indonesia untuk tidak menangkap dan mengonsumsi ikan kakatua dan napoleon, kecuali untuk tujuan penelitian.
Pemerintah perlu memantau dan mengawal secara teratur aktivitas nelayan di tiap wilayah perairan yang diketahui memiliki koleksi ikan kakatua dan napoleon. Pemerintah harus melakukan pemeliharaan dan perlindungan terhadap wilayah-wilayah perairan yang terdapat habitat ikan kakatua dan napoleon.