Di samping itu, Ibu saya juga memelihara ayam. Tidak banyak memang, tapi cukup untuk dimakan sekeluarga kalau lagi krisis ikan, karena ganasnya gelombang laut.
Saya kira, pejabat desa perlu bekerja sama dengan Dinas Pertanian dan Peternakan untuk memfasilitasi bibit sapi atau ayam petelur unggulan. Kemudian, mengajak anak muda untuk beternak sapi dan ayam petelur.
Nah, hasil peternakan selanjutnya dikelola oleh desa dan atau Dinas Pertanian dan Perternakan. Biasanya, daging sapi akan dijual ke Provinsi Papua, Papua Barat, dan Sulawesi Selatan.
3. Usaha Perikanan
Desa saya juga memiliki potensi ekonomi biru yang sangat menjanjikan. Usaha perikanan bisa dilakukan oleh pejabat desa dibantu oleh Dinas Perikanan dengan beberapa cara.
Pertama, dengan cara budidaya ikan. Lokasi budidaya ikan ini cukup luas, bisa di darat ataupun di laut. Jenis ikan yang bisa dibudidayakan adalah ikan kerapu.
Kedua, dengan cara membuat bagan apung. Kebetulan, dulu saya pernah melaut menggunakan kapal bagan apung, jadi saya cukup tahu prospek hasil tangkapannya. Hasil tangkapannya boleh dibilang lumayan menguntungkan.
Nah, pejabat desa perlu bekerja sama dengan Dinas Perikanan untuk memfasilitasi alat penangkapan ikan berupa bagan apung ini. Tidak perlu banyak-banyak, dua bagan apung saya kira sudah cukup.
Hasil budidaya dan penangkapan ikan selanjutnya dikelola oleh pejabat desa dan Dinas Perikanan. Ikan-ikan itu bisa dijual ke luar pulau, misalnya ke Jawa.
Terbatasnya Infrastruktur dan Fasilitas Desa
Penyebab kedua, adalah terbatasnya infrastruktur dan fasilitas desa. Infrastruktur dan fasilitas di desa saya boleh dibilang terbatas, meskipun statusnya sudah Kecamatan.
Misalnya, sistem penyedia air minum yang belum memadai. Untuk kebutuhan sehari-hari seperti untuk mandi dan mencuci pakaian, mereka mengambil air dari tempat penampungan air atau dari sungai-sungai kecil. Sedangkan, untuk air minum diambil dari sumur atau beli langsung dari depo air minum.