Selain memperhatikan terjaminnya penghidupan tenaga honorer, saya kira hal paling penting yang perlu diperhatikan oleh Pemerintah dalam mengangkat atau merekrut tenaga honorer menjadi PPPK adalah memastikan kualitas mereka sebelum diangkat. Jangan sampai yang diangkat nanti malah orang-orang yang tidak berkualitas atau bodong, terutama mereka yang melayani sebagai guru.
Kita sepakat bahwa guru yang baik adalah kunci utama proses pembelajaran yang optimal di belahan dunia mana pun. Guru adalah salah satu agen pencerahan yang paling berpengaruh dalam meningkatkan kualitas hidup miliran orang di dunia dan menyelamatkan manusia dari kepunahan massal.
Namun, menurut Vincet Ricardo, dalam bukunya berjudul The Kingpin Project, kualitas guru di Indonesia hingga saat ini masih sangat jauh dari kata baik. Bahkan, nilai uji kompetensi guru nasional (UKG) yang didapat dari website Neraca Pendidikan Daerah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan menunjukkan kalau rata-rata pencapaian guru nasional hanyalah 53,8.Â
Adapun UKG tersebut melakukan pengujian terhadap kompetensi pedagogik dan profesional dalam ranah kognitif, kompetensi bidang keahlian pengawas sekolah dan penilik dalam ranah kognitif, serta kompetensi bidang keahlian tenaga pendidikan masing-masing.
Uji kompetensi guru esensinya berfokus pada empat kompetensi yang dimiliki oleh guru, yaitu kompetensi pedagogi, kepribadian, sosial, dan profesional. Uji kompetensi dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang penguasaan materi pembelajaran.
Berdasarkan hasil uji kompetensi dirumuskan profil kompetensi guru menurut level tertentu, sekaligus menentukan kelayakannya. Dengan demikian, tujuan uji kompetensi adalah menilai dan menetapkan apakah guru sudah kompeten atau belum.
Kita berharap Pemerintah dapat lebih selektif lagi dalam merekrut tenaga honorer guru menjadi PPPK. Apalagi, jumlah mereka saat ini sangat banyak, yakni 2,3 juta orang, di mana mayoritas berada di instansi daerah.
Saya kira itu dulu yang bisa saya sampaikan dalam tulisan kali ini. Terima kasih ya, sudah mampir membaca tulisan sederhana ini. Semoga mencerahkan. Kita jumpa lagi besok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H