Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis dan Narablog

Senang traveling dan senang menulis topik seputar Sustainable Development Goals (SDGs).

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Penggembalaan dan Sikap dalam Penggembalaan

2 Oktober 2023   15:32 Diperbarui: 2 Oktober 2023   15:35 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Pinterest/lds.org

Senada dengan itu, Ignatius L. Madya Utama, dalam artikel ilmiahnya yang berjudul "Berpastoral Seluas Realitas Kehidupan dengan Penuh Integritas" menyatakan bahwa, istilah 'pelayanan pastoral' seringkali diidentikan dengan pastoral care atau pelayanan peribadatan dan sakramental. 

Padahal, menurut dia, berpastoral secara benar berarti melakukan pelayanan pastoral seluas realitas kehidupan manusia dan seluruh realitas kehidupan masyarakat. F. Haarsma berpendapat, penggunaan yang terbatas akan istilah pastoral bagi pemeliharaan jiwa perorangan atau kelompok kecil ini tidak dapat dibenarkan, apabila berpangkal pada simbol biblis dari gembala. 

Menurutnya, pastorat tidak hanya mengarahkan diri pada pembebasan dari dosa, rasa bersalah, takut dan bimbang, putus asa dan benci, tetapi juga pada pembebasan dari kekuasaan ekonomi, kebudayaan, politik yang menghalangi manusia untuk menjadi manusia.

Jadi, sebenarnya, pengertian 'penggembalaan' itu tidak terbatas hanya pada jemaat atau sekelompok orang dalam ruang gereja (status quo), tetapi juga pada masyarakat umum di ruang-ruang publik yang mengalami pelbagai persoalan kompleks (misalnya, persoalan kemiskinan, penderitaan, ketidakadilan gender, dan lain sebagainya). Kesimpulan ini bukan tanpa dasar alkitabiah. Kesimpulan ini justru berdasar pada Alkitab.

Bukankah Injil-injil telah memperlihatkan penggembalaan Yesus yang bersifat publik? Kita membaca misalnya, Yesus melakukan kunjungan, percakapan pastoral, mengajar, dan menyembuhkan warga lintas budaya, agama, etnis, ideologi, dan politik. 

Tidak hanya itu saja, Yesus mampu menggerakkan dan memberdayakan masyarakat lintas agama, budaya, etnis, dan ideologi untuk tujuan-tujuan Kerajaan Allah. Bagi saya pribadi, itulah penggembalaan yang sejati, pelayanan yang menyentuh realitas ruang publik. Dengan demikian, gereja-gereja pada konteks masa kini diharapkan mempraktekkan pelayanan penggembalaan, seperti yang Yesus lakukan di abad pertama.

Setelah melihat definisi gembala dan penggembalaan, maka pada bagian selanjutnya, kita akan melihat sekilas beberapa hal mengenai sikap dasar dari pekerjaan pastoral (penggembalaan) dalam konteks sekarang (dunia modern).

Sikap dasar dari pekerjaan pastoral atau penggembalaan adalah kesanggupan untuk ikut membimbing sesama manusia ke jalan kebahagiaan menurut ajaran-ajaran injil. Wendy Sepmady Hutahaean dalam bukunya yang berjudul Kepemimpinan Pastoral mengusulkan bebarapa sikap dasar yang perlu diperhatikan untuk perencanaan dan pelaksanaan pastoral modern, antara lain sebagai berikut.

Pertama, pengakuan dan penghormatan martabat manusia. Ini merupakan sikap dasar dan sentral dari segenap kebijaksanaan pastoral modern, yang didasarkan pada suatu nilai kemanusiaan yang universal, yaitu martabat manusia. Sikap ini mengandung penolakkan tegas dari segala cara dan kebijakan pemerintah/swasta yang bertentangan dengan martabat manusia.

Kedua, kesadaran mengenai realita dalam arti seluas-luasnya yang harus menjadi pangkalan dan tujuan segenap usaha. Sikap ini mengandung penolakan segala bentuk romantisme murah dan palsu untuk mengaburkan dan menutup segala kekurangan, kegagalan, dan penyelewengan dalam usaha membantu sesama manusia. 

Kesadaran mengenai realitas berarti juga membuka mata untuk realitas social dan kebudayaan yang berlainan dalam masyarakat /kelompok dalam Masyarakat. Kebijakan pastoral yang realistis bertolak dari kebutuhan yang dirasakan belum tentu tergolong dalam kebutuhan yang riil (nyata). Unsur yang penting dari kesadaran tentang realitas adalah pengetahuan tentang 'obyek' (orang yang dibimbing) dari segala aspek kehidupan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun