Pasalnya, keinginan untuk tetap bersilaturahmi dengan keluarga besar di kampung halaman bertentangan dengan peraturan pemerintah yang melarang mudik saat hari raya. Merupakan kebijakan yang harus disadari dan dilaksanakan bersama bahwa pertemuan dengan jumlah yang besar dapat meningkatkan risiko penyebaran wabah COVID-19, terutama jika seseorang berasal dari salah satu episentrum penularan. Walaupun demikian, saat ini teknologi semakin mumpuni guna bisa menjembatani silaturahmi meski hanya sebatas virtual tanpa hadir diri. Melakukan video call dengan orang terkasih sedikit banyak akan mengobati kerinduan.
Kita harus tetap bersyukur, karena meskipun dalam situasi pandemi, saling bermaaf-maafan antar keluarga dan kerabat masih dapat dilakukan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi yang tersedia. Misalnya, melalui WhatsApp dan media sosial lainnya, atau dengan berdoa, semoga kerabat dan keluarga yang dikasihi selalu dalam lindungan Tuhan. Pandemi Covid-19 ini memberikan suasana atau warna baru dalam menjalani Idul Fitri 1443 H.Â
Namun, semangat untuk mengartikan makna hari kemenangan tidak menjadi surut di tengah situasi yang tidak diinginkan sekalipun. Rasa semangat inilah yang memperkuat kita untuk terus dapat menjalani silaturahmi di hari yang fitri dengan tetap menjaga dan membatasi diri. Meski suasana Idul Fitri kali ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, namun esensi dan makna Idul Fitri dapat direfleksikan dalam realitas kehidupan karena mental yang sehat dan benar. Di satu sisi, untuk mencapai kesempurnaan Idul Fitri ini, hubungan antar sesama harus tetap terjalin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H