Mohon tunggu...
Billy Jonathan
Billy Jonathan Mohon Tunggu... Guru - Hallo

“A little Consideration, a little Thought for Others, makes all the difference.”

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tahap-tahap Psikososial menurut Erikson

22 November 2021   20:50 Diperbarui: 22 November 2021   21:04 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Erik Homberger Erikson atau yang lebih dikenal sebagai Erik Erikson. Dilahirkan di Frankfurt, Jerman, pada 15 Juni 1902 dan meninggal di Massachusetts, Amerika Serikat, pada 12 Mei 1994. Ibunya bernama Karla Abrahamsen, membesarkan Erik sendirian untuk sementara waktu sebelum menikah dengan seorang dokter yang bernama Dr. Theodore Homberger. Fakta bahwa Homberger bukan ayah kandungnya disembunyikan dari Erikson selama bertahun-tahun. Ketika akhirnya dia mengetahui kebenaran, Erikson dibiarkan dengan perasaan bingung tentang siapa dia sebenarnya.

Pengalaman awal ini membantu memicu minatnya dalam pembentukan identitas. Erikson kemudian menjelaskan bahwa sebagai seorang anak dia sering merasa bingung tentang siapa dirinya sendiri dan bagaimana Eriksin dapat mencocokan diri dengan komunitasnya.

Perkembangan identitas seseorang telah menjadi salah satu fokus terbesar Erikson dalam hidup maupun dalam teorinya. Teori Erikson yang terkenal adalah teori pengembangan kepribadian atau teori perkembangan psikososial. Teori Erikson mengubah pandangan kita dari teori psikoseksual Freud yang menggambarkan pengaruh pengalaman sosial seseorang di seluruh rentang hidup dibandingkan dengan  teorinya Freud yang hanya berfokus pada peristiwa masa kanak-kanak.

Erikson mengolongkan bahwa pengembangan diri manusia dalam delapan tahap. Di masing-masing tahap tersebut mereka perlu untuk menyelesaikan tugas-tugas khusus sebelum pindah ke tahap berikutnya.

Berikut 8 tahap psikososial menurut Erikson:

1. Tahap Percaya vs Ketidakpercayaan (Fase bayi 0-18 Bulan)

Tahap pertama dari teori perkembangan psikososial Erikson terjadi antara usia 0- 18 bulan dan merupakan tahap yang paling dasar dalam kehidupan. Pada tahap perkembangan ini, bayi sangat bergantung pada pengasuh, orang tua, orang dewasa lainnya untuk semua yang mereka butuhkan agar dapat bertahan hidup termasuk makanan, cinta, kehangatan, keamanan, dan perawatan. Jika pengasuh gagal memberikan perawatan dan cinta yang memadai, bayi akan merasa bahwa mereka tidak dapat mempercayai atau bergantung pada orang dewasa dalam hidup mereka.

2. Tahap Otonomi vs Rasa Malu dan Keraguan (Fase Anak usia dini 2 Tahun-3Tahun)

Tahap kedua dari teori perkembangan psikososial Erikson berlangsung selama masa Anak usia dini dan difokuskan pada anak-anak yang mengembangkan rasa kontrol pribadi yang lebih besar. Tujuan  dari tahap ini adalah bahwa anak-anak dapat mengembangkan rasa kontrol pribadi atas keterampilan fisik dan rasa kemandirian. Pelatihan toilet memainkan peran penting dalam membantu anak-anak mengembangkan rasa otonomi ini.

3. Tahap Inisiatif vs Rasa Bersalah (Fase Prasekolah/anak TK usia 3-5 Tahun)

Tahap ketiga perkembangan psikososial terjadi selama dimana anak sudah memasuki tingkat pendidikan TK. Tujuan dari tahap ini adalah anak-anak mulai menegaskan kekuatan dan kendali mereka atas dunia melalui permainan mengarahkan dan interaksi sosial lainnya. Anak yang berhasil pada tahap ini merasa mampu dan mampu memimpin orang lain. Mereka yang tidak berhasil untuk memperoleh keterampilan ini dibiarkan dengan rasa bersalah, keraguan diri, dan kurangnya inisiatif.

4. Tahap Percaya Diri vs Rendah Diri (Fase memasuki usia Pendidikan formal tingkat dasar usia 6-11 Tahun)

Dalam tahap ini melalui interaksi social anak-anak mulai mengembangkan rasa bangga atas prestasi dan kemampuan mereka. Anak perlu mengatasi tuntutan sosial dan akademik yang baru. Keberhasilan mengarah pada rasa kompetensi, sedangkan kegagalan menghasilkan perasaan rendah diri.

5. Tahap Mencari Identitas vs Galau (Fase Remaja 13-21 Tahun)

Dalam fase ini remaja berusaha mencari jati diri dan memiliki emosi yang tidak stabil sangat berpengaruh dalam mengembangkan rasa identitas pribadi. Apabila remaja memperoleh keberhasilan hal itu memberikan dorongan positif dalam remaja menemukan jati diri yang kuat atau stabil. Tetapi mereka yang tidak yakin akan diri dan hasratnya akan mengalami kebingungan menemukan jati dirinya.

6. Tahap Keintiman vs Isolasi (Fase Orang Dewasa  21-40 Tahun)

Dalam Fase ini orang dewasa perlu membentuk hubungan yang intim dan penuh kasih dengan orang lain. Keberhasialan dalam tahap ini mengarah pada hubungan yang kuat, sedangkan kegagalan dalam tahap ini menghasilkan kesepian dan isolasi.

7. Generativity vs Stagnation (Fase Paruh Baya 40-60 Tahun)

Dalam Fase ini Orang dewasa paruh baya perlu menciptakan atau memelihara hal-hal yang akan bertahan lebih lama dari mereka, seperti  memiliki keturunan atau menciptakan dampak yang positif yang bermanfaat bagi orang lain. Keberhasilan dalam tahap ini mengarah pada perasaan berguna dan pencapaian yang dihasilkan, sementara kegagalan menghasilkan sumbangsih yang sedikit bagi lingkungan sekitarnya.

8. Integritas vs Putus Asa (Fase Lansia >60Tahun)

Pada fase ini orang-orang merenungkan kembali peristiwa-peristiwa dalam hidup mereka. Mereka yang melihat kembali kehidupan yang dirasa telah dijalani dengan baik akan merasa puas dan siap menghadapi akhir hidupnya dengan rasa damai. Sedangkan bagi mereka yang melihat ke belakang dan hanya merasa kepahitan, penyesalan, bahkan perasaan putus asa.

jadi inilah 8 tahap perkembangan psikososial yang sudah dikemukakan oleh Erikson. Dapat kita lihat bahwa perkembangan emosi seseorang sangat berkaitan dengan fase hidupnya mulai dari bayi hingga lansia. Semoga teori ini dapat menjadi cara yang membantu anak -- orang tua dalam menyelesaikan masalah yang terjadi sesuai dengan tahapan yang sedang dialaminya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun