4. Tahap Percaya Diri vs Rendah Diri (Fase memasuki usia Pendidikan formal tingkat dasar usia 6-11 Tahun)
Dalam tahap ini melalui interaksi social anak-anak mulai mengembangkan rasa bangga atas prestasi dan kemampuan mereka. Anak perlu mengatasi tuntutan sosial dan akademik yang baru. Keberhasilan mengarah pada rasa kompetensi, sedangkan kegagalan menghasilkan perasaan rendah diri.
5. Tahap Mencari Identitas vs Galau (Fase Remaja 13-21 Tahun)
Dalam fase ini remaja berusaha mencari jati diri dan memiliki emosi yang tidak stabil sangat berpengaruh dalam mengembangkan rasa identitas pribadi. Apabila remaja memperoleh keberhasilan hal itu memberikan dorongan positif dalam remaja menemukan jati diri yang kuat atau stabil. Tetapi mereka yang tidak yakin akan diri dan hasratnya akan mengalami kebingungan menemukan jati dirinya.
6. Tahap Keintiman vs Isolasi (Fase Orang Dewasa 21-40 Tahun)
Dalam Fase ini orang dewasa perlu membentuk hubungan yang intim dan penuh kasih dengan orang lain. Keberhasialan dalam tahap ini mengarah pada hubungan yang kuat, sedangkan kegagalan dalam tahap ini menghasilkan kesepian dan isolasi.
7. Generativity vs Stagnation (Fase Paruh Baya 40-60 Tahun)
Dalam Fase ini Orang dewasa paruh baya perlu menciptakan atau memelihara hal-hal yang akan bertahan lebih lama dari mereka, seperti memiliki keturunan atau menciptakan dampak yang positif yang bermanfaat bagi orang lain. Keberhasilan dalam tahap ini mengarah pada perasaan berguna dan pencapaian yang dihasilkan, sementara kegagalan menghasilkan sumbangsih yang sedikit bagi lingkungan sekitarnya.
8. Integritas vs Putus Asa (Fase Lansia >60Tahun)
Pada fase ini orang-orang merenungkan kembali peristiwa-peristiwa dalam hidup mereka. Mereka yang melihat kembali kehidupan yang dirasa telah dijalani dengan baik akan merasa puas dan siap menghadapi akhir hidupnya dengan rasa damai. Sedangkan bagi mereka yang melihat ke belakang dan hanya merasa kepahitan, penyesalan, bahkan perasaan putus asa.
jadi inilah 8 tahap perkembangan psikososial yang sudah dikemukakan oleh Erikson. Dapat kita lihat bahwa perkembangan emosi seseorang sangat berkaitan dengan fase hidupnya mulai dari bayi hingga lansia. Semoga teori ini dapat menjadi cara yang membantu anak -- orang tua dalam menyelesaikan masalah yang terjadi sesuai dengan tahapan yang sedang dialaminya.