Mohon tunggu...
Billy Fernando
Billy Fernando Mohon Tunggu... Akuntan - Accountant

Boleh lah aku menulis di sini biar tidak blank-blank kali nama aku kalau kalian cari di google. :)

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Menyambut Kemerdekaan, Bebas dari Kredit, Bebas dari Perbudakan Finansial

17 Agustus 2024   06:00 Diperbarui: 20 Agustus 2024   11:59 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kemerdekaan Finansial (Dok. Shutterstock/One photo via KOMPAS.com)

Pendahuluan: Refleksi Kemerdekaan Finansial

Indonesia merayakan Hari Kemerdekaan ke-79 tahun ini, mengingatkan kita pada perjuangan panjang yang telah dilalui bangsa untuk mencapai kebebasan dari penjajahan.

Namun, di era modern ini, ada bentuk perbudakan baru yang menyelinap dalam kehidupan kita—perbudakan finansial. Bentuk perbudakan ini tidak menggunakan cambuk, rantai, atau penjara, melainkan kredit dan utang. 

Meskipun secara fisik kita merdeka, banyak dari kita masih terjebak dalam lingkaran kredit yang tak berkesudahan, mengorbankan kebebasan finansial kita. 

Mari kita kaji lebih dalam bagaimana kredit bisa menjadi bentuk perbudakan masa kini dan bagaimana kita dapat menghindari jebakan ini.

Apa Itu Kemerdekaan Finansial?

Kemerdekaan finansial adalah kondisi di mana seseorang memiliki kendali penuh atas keuangan mereka, tanpa harus bergantung pada utang atau pekerjaan yang tidak disukai untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Orang yang mencapai kemerdekaan finansial memiliki cashflow yang cukup untuk menutupi kebutuhan sehari-hari, membayar tagihan, dan bahkan menikmati gaya hidup yang diinginkan tanpa rasa khawatir akan kehabisan uang. 

Mereka tidak terjebak dalam pekerjaan yang hanya dilakukan demi uang, tetapi bisa memilih pekerjaan yang benar-benar sesuai dengan minat dan nilai-nilai mereka.

Kemerdekaan finansial bukan hanya tentang memiliki banyak uang, melainkan tentang kebebasan untuk memilih. Ini adalah kemampuan untuk mengambil keputusan tanpa tekanan finansial, seperti memilih pekerjaan yang disenangi, atau bahkan memutuskan untuk tidak bekerja sama sekali untuk seumur hidup.

Sayangnya, banyak orang yang masih belum merdeka secara finansial karena terjebak dalam lingkaran kredit yang tak berkesudahan.

Kredit: Jalan Pintas yang Menjerat

Kredit, pada dasarnya, adalah alat yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan. Kredit rumah, kredit kendaraan, hingga kartu kredit adalah beberapa bentuk kredit yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Namun, ketika tidak digunakan dengan bijaksana, kredit bisa berubah menjadi beban yang mengikat dan membatasi kebebasan finansial seseorang.

Kredit memberikan ilusi kemudahan dan kenyamanan yaitu kemampuan untuk membeli barang yang diinginkan sekarang dan membayarnya nanti.

Tapi, di balik kemudahan ini, terdapat risiko yang besar. Setiap kali kita mengambil kredit, kita pada dasarnya sedang membuat komitmen untuk membayar kembali dengan bunga yang ditentukan. Bunga ini bisa menjadi beban yang besar, terutama jika kita tidak mampu melunasi kredit tepat waktu.

Akibatnya, pembayaran bulanan yang seharusnya membantu kita mencapai tujuan finansial justru menjadi beban yang menghantui setiap bulan.

Kredit sebagai Bentuk Perbudakan Modern

Jika dilihat dari perspektif yang lebih luas, kredit dapat dianggap sebagai bentuk perbudakan modern. Mengapa demikian? Karena ketika kita berutang, kita tidak hanya meminjam uang, tetapi juga meminjam waktu, tenaga, dan kebebasan kita di masa depan.

Setiap rupiah yang kita pinjam, kita harus membayarnya dengan kerja keras di masa depan. Ini berarti, kita akan terus bekerja, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetapi juga untuk membayar utang.

Dalam situasi ini, banyak orang terpaksa melakukan pekerjaan yang sebenarnya tidak mereka sukai hanya untuk membayar utang. Mereka menjadi 'budak' dari utang yang mereka ambil.

Bayangkan, harus bangun setiap hari dan melakukan pekerjaan yang tidak disukai hanya karena ada tagihan kredit yang menunggu untuk dibayar. Hidup yang seharusnya dijalani dengan bebas dan penuh pilihan, kini terkurung dalam rutinitas yang melelahkan dan membosankan.

Dampak Psikologis dan Emosional dari Utang

Selain dampak finansial, utang juga memiliki dampak psikologis yang tidak boleh diabaikan. Tekanan untuk melunasi utang bisa menyebabkan stres, kecemasan, dan bahkan depresi.

Orang yang terjebak dalam utang seringkali merasa kehilangan kendali atas hidup mereka. Mereka hidup dalam ketakutan akan panggilan dari penagih utang, surat-surat peringatan, atau bahkan ancaman hukum.

Perasaan tertekan ini bisa merusak kualitas hidup secara keseluruhan, mempengaruhi hubungan pribadi, kesehatan mental, dan produktivitas kerja.

Ketika seseorang terjebak dalam lingkaran utang, mereka mungkin merasa putus asa dan melihat tidak ada jalan keluar. Ini bisa menyebabkan mereka mengambil keputusan finansial yang buruk, seperti meminjam lebih banyak uang untuk membayar utang yang ada, yang pada akhirnya hanya memperburuk situasi.

Apakah Kredit Selalu Buruk?

Penting untuk dipahami bahwa kredit bukanlah hal yang selalu buruk. Saya tidak anti-kredit, saya sangat mendukung penggunaan kredit jika digunakan untuk hal-hal yang produktif.

Kredit bisa menjadi alat yang sangat bermanfaat jika digunakan untuk mendanai investasi yang menghasilkan cashflow positif—artinya, penghasilan yang dihasilkan dari investasi tersebut lebih besar daripada cicilan beserta bunganya. 

Contohnya, meminjam uang untuk membuka usaha yang kemudian mampu memberikan keuntungan lebih besar daripada biaya cicilan kredit beserta bunganya, atau menggunakan kredit untuk pendidikan yang meningkatkan potensi penghasilan di masa depan.

Kredit yang digunakan dengan cara ini tidak hanya membantu dalam mencapai tujuan finansial, tetapi juga berperan dalam membangun kekayaan.

Misalnya, kredit untuk membeli properti yang nilainya terus meningkat dan menghasilkan cashflow seperti kredit untuk membangun kos-kosan atau untuk investasi yang memberikan pengembalian lebih tinggi dibandingkan bunga kredit.

Dalam skenario ini, kredit justru membantu kita mencapai kemerdekaan finansial lebih cepat.

Namun, penting untuk selalu melakukan perhitungan matang dan memastikan bahwa keputusan untuk mengambil kredit benar-benar mendukung tujuan jangka panjang dan tidak menjadi beban yang justru memperlambat perjalanan menuju kebebasan finansial.

Cara Menghindari Perangkap Kredit

Menghindari perangkap kredit bukanlah hal yang mudah, terutama di dunia yang terus mendorong konsumsi dan gaya hidup instan. Namun, ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk menjaga kebebasan finansial dan menghindari menjadi 'budak' dari kredit.

  • Mengelola Pengeluaran: Sebelum memutuskan untuk mengambil kredit, penting untuk mempertimbangkan dengan matang apakah pengeluaran tersebut benar-benar diperlukan. Bedakan antara kebutuhan dan keinginan. Jika sesuatu hanya bersifat keinginan, pertimbangkan untuk menundanya hingga kondisi finansial benar-benar stabil.
  • Membuat Anggaran: Salah satu cara terbaik untuk menghindari utang adalah dengan membuat dan mengikuti anggaran bulanan. Anggaran ini harus mencakup semua pengeluaran penting, termasuk pembayaran utang, dan memastikan ada cukup uang tersisa untuk tabungan atau investasi.
  • Menghindari Utang Konsumtif: Utang konsumtif, seperti menggunakan kartu kredit untuk membeli barang-barang mewah yang tidak dibutuhkan, harus dihindari sebisa mungkin. Jika memang perlu berutang, pastikan itu untuk sesuatu yang bisa menambah nilai, seperti pendidikan atau investasi.
  • Mengumpulkan Dana Darurat: Memiliki dana darurat setara dengan 3-6 bulan pengeluaran bisa menjadi penyelamat di saat-saat tak terduga. Dengan dana darurat, Anda tidak perlu bergantung pada utang jika terjadi kejadian yang tidak diinginkan, seperti kehilangan pekerjaan atau kebutuhan mendesak lainnya.
  • Belajar tentang Keuangan: Pendidikan finansial adalah kunci untuk mengelola keuangan dengan baik. Pelajari tentang berbagai produk keuangan, termasuk kredit, bunga, dan cara kerja utang. Dengan pemahaman yang lebih baik, Anda bisa membuat keputusan yang lebih bijaksana dan menghindari jebakan utang.

Mengembalikan Kemerdekaan Finansial

Kemerdekaan finansial adalah hak setiap individu, dan tidak ada yang harus hidup sebagai 'budak' dari kredit. Dengan pengelolaan keuangan yang bijaksana, disiplin dalam pengeluaran, dan pendidikan finansial yang baik, kita semua bisa mencapai kebebasan finansial. 

Hari Kemerdekaan ini, mari kita tidak hanya merayakan kebebasan dari penjajahan fisik, tetapi juga berkomitmen untuk meraih kebebasan dari penjajahan finansial. 

Jangan biarkan kredit dan utang mengikat kita dalam perbudakan modern. Berhati-hatilah dalam berutang, karena kebebasan sejati adalah ketika kita bisa hidup tanpa tekanan finansial dan memiliki kendali penuh atas keputusan hidup kita.

Kesimpulan: Kebebasan adalah Pilihan

Kebebasan finansial bukanlah sesuatu yang bisa dicapai dalam semalam, tetapi dengan kesadaran dan usaha yang tepat, itu adalah tujuan yang bisa diraih. Dalam dunia yang semakin kompleks ini, penting bagi kita untuk selalu waspada terhadap ancaman perbudakan modern yang datang dalam bentuk kredit dan utang. 

Jangan biarkan diri kita terjebak dalam perangkap yang dapat merenggut kebebasan kita. Mari kita berusaha untuk hidup merdeka secara finansial, agar kita benar-benar merdeka dalam arti yang sesungguhnya.

Selamat Hari Kemerdekaan ke-79 Republik Indonesia. Semoga Bermanfaat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun