Dampak Psikologis dan Emosional dari Utang
Selain dampak finansial, utang juga memiliki dampak psikologis yang tidak boleh diabaikan. Tekanan untuk melunasi utang bisa menyebabkan stres, kecemasan, dan bahkan depresi.
Orang yang terjebak dalam utang seringkali merasa kehilangan kendali atas hidup mereka. Mereka hidup dalam ketakutan akan panggilan dari penagih utang, surat-surat peringatan, atau bahkan ancaman hukum.
Perasaan tertekan ini bisa merusak kualitas hidup secara keseluruhan, mempengaruhi hubungan pribadi, kesehatan mental, dan produktivitas kerja.
Ketika seseorang terjebak dalam lingkaran utang, mereka mungkin merasa putus asa dan melihat tidak ada jalan keluar. Ini bisa menyebabkan mereka mengambil keputusan finansial yang buruk, seperti meminjam lebih banyak uang untuk membayar utang yang ada, yang pada akhirnya hanya memperburuk situasi.
Apakah Kredit Selalu Buruk?
Penting untuk dipahami bahwa kredit bukanlah hal yang selalu buruk. Saya tidak anti-kredit, saya sangat mendukung penggunaan kredit jika digunakan untuk hal-hal yang produktif.
Kredit bisa menjadi alat yang sangat bermanfaat jika digunakan untuk mendanai investasi yang menghasilkan cashflow positif—artinya, penghasilan yang dihasilkan dari investasi tersebut lebih besar daripada cicilan beserta bunganya.Â
Contohnya, meminjam uang untuk membuka usaha yang kemudian mampu memberikan keuntungan lebih besar daripada biaya cicilan kredit beserta bunganya, atau menggunakan kredit untuk pendidikan yang meningkatkan potensi penghasilan di masa depan.
Kredit yang digunakan dengan cara ini tidak hanya membantu dalam mencapai tujuan finansial, tetapi juga berperan dalam membangun kekayaan.
Misalnya, kredit untuk membeli properti yang nilainya terus meningkat dan menghasilkan cashflow seperti kredit untuk membangun kos-kosan atau untuk investasi yang memberikan pengembalian lebih tinggi dibandingkan bunga kredit.