Mohon tunggu...
Billy Antoro
Billy Antoro Mohon Tunggu... -

Senang pada hal-hal baru dan menuliskannya di media.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

44. Rakyat (Tak) Kuasa

22 April 2014   14:53 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:21 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keduanya saling dorong. Memet yang tubuhnya agak gemuk berhasil membuat Cepi yang kerempeng tersungkur. Dengan sempurna Memet berhasil mendapatkan layang-layang itu.

“Yes, aku dapat, aku dapat!” Memet melompat-lompat kegirangan.

Namun kegembiraan Memet tak bertahan lama. Tanpa disadarinya, tusukan sapu lidi Cepi membuat layang-layang itu robek.

Brebet! Bet! Bet!

“Cep! Kau merusak layang-layangku!” Wajah Memet berubah merah seperti udang rebus.

“Maafkan aku, Met, Maaf! Aku Khilaf!”

“Khilaf dari Hongkong! Ayo ganti layang-layangku!”

Memet mengejar Cepi yang keburu lari tunggang-langgang. Keduanya berlari keliling lapangan dan berhenti setelah ada layang-layang lain yang putus.*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun