Mohon tunggu...
Billy Nathan Setiawan
Billy Nathan Setiawan Mohon Tunggu... -

Dosen bahasa Inggris dan instruktur Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA). Penerima beasiswa Fulbright Foreign Language Teaching Assistant (FLTA) di University of Wisconsin, Madison, 2012 - 2013. Penerima beasiswa LPDP, MA Intercultural Communication di The University of Manchester, UK (2014 - 2015).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Couchsurfing Indonesia: White Fetish, a New Term of Racism and Questions on Our Initial Friendliness

6 Mei 2016   18:27 Diperbarui: 7 Mei 2016   15:19 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

We, Indonesians are known as friendly and welcoming. If we can be friendly to foreigners, shouldn’t we be that helpful to our own people? As stated on its website, Couchsurfing aims to facilitate people from any parts of the world to share their life, create connection and have better understanding of other cultures. I am afraid that one day Couchsurfing Jakarta will be a platform for some people to fulfil their white fetish and discriminate certain groups of people.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun