Mohon tunggu...
Bill Patrione
Bill Patrione Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia

Mahasiswa FH UI, Pengamat dinamika politik, ekonomi, hukum, Indonesia dan Global.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Pilkada 2024 Penentu Arah Kompas Politik Indonesia Kedepan

21 November 2024   23:45 Diperbarui: 21 November 2024   23:45 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cagub-Cawagub DKI, Foto oleh Rifkianto Nugroho/Detikcom.

Tumpahnya Keringat Para “Raja Kecil”

Sebagai suatu negara yang menjunjung tinggi asas “kekeluargaan” yang berdiksi positif, dapat juga terjadi akibat negatif yang terjadi, yaitu nepotisme. Pada Pilkada 2024 ini adalah ajang bagi mereka yang memiliki “dinasti politik” untuk kembali memperkuat cengkeramannya pada daerah yang mereka kuasai. 

Sebut saja mereka sebagai “Raja Kecil” yang selama ini menjabat sebagai kepala daerah di wilayahnya, yang selain merawat wilayahnya sebagai kewajibannya, juga merawat keluarganya untuk melanjutkan tonggak kekuasaan, melanggengkan nepotisme dan membawa wilayah tersebut untuk menyambut malapetaka yang tak terhindarkan.

Jika kita memperhatikan sekeliling kita dan sedikit menelisik pada hubungan darah yang mereka punya, dapat dilihat pada reklame, poster, iklan atau alat peraga kampanye lainnya, keluarga sebagai ahli waris tongkat kekuasaan “Raja Kecil” tersebut sedang mencalonkan diri untuk menjadi kepala daerah melanjutkan trah keluarganya. Mirisnya, peristiwa mengenaskan tersebut terjadi secara merata di Indonesia, setidaknya setiap pulau besar dan setiap tingkatan wilayah dari kabupaten hingga provinsi memiliki mereka yang terafiliasi dalam dinasti politik. 

Baik Ayah kepada anak, suami kepada istri, maupun paman kepada keponakan dan pola rawan nepotisme lainnya mewarnai Pilkada 2024 ini. Tak dibedakan baik kubu KIM Plus maupun PDIP sama-sama mendukung mereka yang didapuk memiliki dinasti politik, yang menjadi konsideran bahwasannya cengkeraman dinasti politik tersebut merupakan sesuatu yang tidak bisa dilepas dengan mudah.

Walaupun begitu, untuk suatu perubahan besar maka dibutuhkan pengorbanan yang besar pula. Pengorbanan tersebut merupakan sesuatu yang siap dilakukan oleh aktor politik dinasti, kegiatan yang dipenuhi banjir keringat, biaya kampanye yang menghirup materi, serta janji palsu yang menawarkan elektabilitas merupakan hal-hal yang siap dilakukan oleh mereka. Serangkaian hal tersebut siap mereka lakukan ketika sudah mengetahui manisnya tongkat kekuasaan yang sudah disemen pondasinya terus menerus, memudahkan segala keinginan mereka untuk dapat terwujud di wilayah yang mereka kuasai tanpa adanya pertimbangan “untuk rakyat” sedikitpun.

Sebagai rakyat yang menjadi target penipuan berjamaah para aktor politik dinasti tersebut, sudah saatnya kita juga ikut melakukan pengorbanan besar-besaran. Bukan berkorban untuk melanggengkan dinasti mereka, namun sebaliknya untuk memecah “pohon politik” yang telah mereka bangun selama ini. 

Mari memperhatikan sekeliling, bersifat lebih waspada terhadap mereka yang terafiliasi sedang melanjutkan dinasti politiknya, dan bergerak menuju arah yang berlawanan dari mereka. 

Bila benar-benar muak dengan mereka yang selama ini merampas hak yang seharusnya diterima, menipu yang seharusnya benar, memanipulasi keadaan untuk menguntungkan keluarga dan merugikan masyarakat, maka Pilkada 2024 ini adalah ajang untuk menghentikan trah dinasti politik para aktor-aktor tersebut.

Pilkada 2024 juga akan menjadi tantangan baru kepada KPU dan Bawaslu untuk menyelenggarakan Pilkada 2024 yang benar-benar jujur, adil, dan sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan. Sikap netral dan tidak memihak harus terus dijaga dalam menyambut Pilkada yang akan dimulai dalam hitungan hari. 

KPU dan Bawaslu juga perlu memperhatikan terkait pengaruh suatu dinasti politik dalam kontestasi Pilkada, mengawasi secara ketat karena konstelasi kekuatan dan kerawanan yang akan terjadi akan berbeda di tiap daerahnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun