Mohon tunggu...
Gaya Hidup Pilihan

Kemanusiaan Dalam Kedokteran

25 September 2016   18:26 Diperbarui: 25 September 2016   18:35 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Zaman sekarang, tidak sedikit dokter yang tidak mengamalkan Pancasila, khususnya sila kedua. Sebagian besar dokter menganggap bahwa dunia kedokteran adalah salah satu tempat untuk menghasilkan uang yang banyak, dan menjadi tempat untuk berbisnis. Hal ini dibuktikan dengan ditangkapnya pengedar vaksin palsu yang secara sadar mengabaikan sila kemanusiaan dan membahayakan nyawa bayi – bayi yang tak bersalah. Ini adalah bukti dimana para pekerja kesehatan menganggap bahwa dunia kedokteran adalah tempat berbisnis secara ilegal untuk mendapatkan uang yang banyak. Juga muncul berita dimana ada dokter yang membuka praktik aborsi bayi bagi wanita yang tidak menginginkan keberadaan janinnya. Sungguh ironis akan apa yang seorang dokter mau lakukan demi harta yang fana.

Orang – orang seperti dr. Lo adalah solusinya. dr. Lo adalah salah satu dari segelintir orang yang mau mengabdi tanpa mengharapkan balasan. Ia tidak melihat status, golongan, agama, dan ras untuk mengamalkan sila kedua Pancasila ini. Ia menerapkan prinsip kemanusiaan dengan luar biasa baik dan sempurna. Walaupun tidak memiliki anak, hal itu tidak menghentikannya untuk mengasihi seseorang tanpa pandang bulu. dr. Lo tau persis bagaimana cara mengamalkan sila kedua dengan baik kepada pasiennya. Sungguh, dr. Lo adalah seorang teladan yang sangat luar biasa. 

Bagaimana tidak, dari banyaknya dokter yang ada di Indonesia, berapa dokter yang mau melakukan apa yang dia lakukan. Darinya, ada beberapa poin penting pada sila kedua yang berhasil diamalkan dr. Lo yang harus ditiru, yakni kasih, rasa empati, dan rasa kemanusiaan. Rasa kasih dapat kita lihat dengan memberikan obat sesuai dengan resep yang dikasih dengan gratis bagi orang yang kurang mampu. Rasa empati dapat kita lihat dengan keputusannya untuk tidak menarik biaya konsultasi. Dan rasa kemanusiaan dapat kita lihat dengan ketersediaannya untuk praktek di usianya yang tidak lagi muda secara full time dirumahnya, selalu ada bagi pasiennya, dan rasa empati dan kasihnya yang baik pada orang yang membutuhkan bantuannya.

Kasih, rasa empati, dan rasa kemanusiaan adalah poin – poin yang penting dalam penerapan sila kedua Pancasila ini. Pengamalannya akan terlaksana bila memiliki poin tersebut. Seorang dokter yang mengasihi pasiennya tidak akan pernah menelantarkan pasiennya, tidak akan sembarang memberi resep, tidak akan pernah melakukan malpraktek kepada pasiennya, dan tidak akan mengkhianati pasiennya dengan cara – cara yang sulit dimengerti. Seorang dokter yang memiliki rasa empati kepada pasiennya akan mendengarkan keluhan pasien dengan sabar dan baik, tidak akan larut dalam kesedihan sang pasien, namun dapat memberikan solusi yang tepat dan baik bagi pasien berdasarkan anamnesis yang dia lakukan pada pasiennya dengan cermat. Seorang dokter yang memiliki rasa kemanusiaan akan mencoba membantu pasiennya sebaik mungkin, mau meluangkan waktunya demi pasiennya dan orang lain, dapat mengobati pasiennya tanpa pandang bulu sesuai dengan hak dan kewajibannya.

Sekarang, bagaimana dengan kita?

Kita adalah masa depan dunia kedokteran Indonesia, tidak menutup kemungkinan beberapa dari kita akan menjadi dosen. Maka, kita harus bisa memupuk rasa kemanusiaan yang tinggi dalam diri kita masing – masing, pribadi lepas pribadi. Pengamalan akan Pancasila seharusnya harus dilakukan sejak kecil, dan sejak menginjak masa kuliah di Pendidikan Dokter ini. Kita harus bisa mengasihi sesama, harus bisa mengasihi orang lain dengan baik. Kita juga harus bisa berempati dengan orang lain dan membantu orang lain sebisa mungkin. 

Dan yang terpenting, kita harus bisa memanusiakan manusia sesuai dengan hak dan kewajiban masing – masing pribadi orang itu sendiri. Poin itu harus bisa kita pupuk mulai sekarang, sehingga pada masanya nanti, dimana kita sudah menjadi seorang dokter di masyarakat umum, kita bisa menuainya dan menghasilkan buah yang baik. Disana, kita akan bisa menjadi seorang dokter yang penuh kasih, rasa empati dan kemanusiaan yang tinggi. Tidak menutup kemungkinan, akan ada dokter – dokter Lo baru yang siap menggantikan posisinya dalam masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun