Pada saat itu, aku duduk dikelas dua SMP yang terletak dekat dengan jalan kereta yang berada dikota cermat. Namaku Rara Syakira, aku biasa dipanggil Rara tapi kalo orang yang cadel memanggilku seperti Lala, hmm... ya deh tidak apa-apa. Ada banyak hal yang ku dapat, banyak sekali.Â
Kesedihan kali ini terjadi seperti bencana besar yang tak bisa dipungkiri, karena kabar yang sangat mengangetkan untukku dan ibuku. Aku terlahir dari keluarga yang sederhana.
Pada siang hari sepulang sekolah, aku berada dibalroom rumahku dan yang lain berada diruang tamu, mereka sedang asyik bercanda ria. Saat aku akan menuruni anak tangga, tiba-tiba... Brukkk Clekkk. Awww... teriakan keras pun terdengar. Semua orang kaget ketika mendengar suara tersebut dan langsung mendekatinya. Keadaan menjadi sangat menegangkan.
Dan ketika ibu ingin membangunkanku, "Tidak bu... tunggu sebentar" lirihku menolaknya dengan menahan rasa sakit dan mengontrol ketegangan yang dirasakan.Â
"Kenapa nak?" Jawab ibuku. Aku terdiam dan tanpa diinginkan air mataku berlinang membasahi pipi. kemudian, ibu mengambilkan salah satu obat untukku. Aku tak tahu obat apa yang telah ibu berikan agar rasa sakitku berkurang, tetapi aku merasakan seperti api yang membara.Â
Ketika itu aku tidak bisa berjalan selama dua hari.
Pagi hari di hari sabtu, aku dan ibuku pergi ke salah satu tempat yang berada di kota tentara dimana kakaku bekerja. Karena ibuku sangat ingin memeriksakan keadaanku yang belum membaik. Kakaku langsung mendatangi ibuku untuk memastikan jadwal aku masuk ke ruang pemeriksaan dokter.Â
Beberapa menit kemudian. "Ra... sini udah dipanggil dokter" panggil kakaku. Perasaanku bercampur aduk, saat aku menginjak ruangan pemeriksaan. Aku merasa seperti berada di dalam ruangan yang tidak berpenghuni, kakiku terasa lemas dan bergetar hebat. Pikiranku kacau, seorang pria paruh baya menghampiriku.Â
Keringat dinginku bercucuran menandakan bahwa aku sudah tidak kuat lagi ingin rasanya berlari secepat kilat meninggalkan tempat ini. Pria paruh baya itu membantuku berdiri untuk pemeriksaan lebih lanjut, aku pun berdiri disamping alat yang akan memeriksakan keadaanku. Tanpaku sadari pria paruh baya itu tidak sama sekali menyakitiku. Ternyata pikiranku salah tentang pria paruh baya itu.
Setelah menunggu hasil pemeriksaan keluar, Deg Deg Deg Deg (suara jantungku yang berdebar kencang). Kakaku berjalan keluar dari ruangan pemeriksaanku tadi, dia membawa 1 lembar plastik berwarna hitam transparan dan 1 lembar kertas kecil berwarna putih yang memuat tulisan yang ditulis oleh tinta berwarna hitam.Â
Tak ku sangka ternyata kakaku membawa hasil pemeriksaan, dia membawaku dan ibuku kedalam ruangan dimana dia bekerja. Kakaku memperlihatkan hasil pemeriksaan pada ibu, dia menjelaskan apa yang selama ini dideritaku.
Tenyata... aku mengalami Pengapuran Sendi disebelah kiri kakiku atau dokter memvonisku dengan sebutan Osteoarthritis Genu Sini Grade I-II.
Aku tak tahu mengapa aku bisa begitu yang aku lihat dari hasil tersebut ada patahan putih runcing diantara tulang lututku, aku hanya merasakan sakit yang membekas kalo-kalo kakiku kelamaan berdiri untuk menopang berat tubuhku tanpa disadari pun terkadang kakiku tiba-tiba bergeser.Â
Keadaan berubah sangat hening, hening sekali tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut siapa pun. Setelah mengatahui hasil tersebut, aku merasa seketika batu besar menghantam dadaku sangat keras.Â
Ibuku hanya bisa terdiam mendengar kabar tersebut, aku merasakan air yang keluar dari mataku ini ingin sekali menetes tetapi aku hadang sekuat mungkin agar aku terlihat baik-baik saja dihadapan ibuku yang terlihat sangat amat kaget itu.
Tersirat kata-kata di pikiranku yang inginku ucapkan. "Mengapa itu terjadi padaku?bagaimana jika kakiku tidak bisa menopang lagi tubuhku dan aku tidak bisa berjalan lagi?".
Dengan berjalannya waktu aku membiasakan diri untuk tidak larut memikirkan itu, aku berusaha menjaga pola hidup sehat dan mengkonsumsi susu secara teratur.Â
Mungkin ini pelajaran untukku agar aku selalu bersyukur kepada allah SWT sampai saat ini aku masih bisa berjalan untuk menjalani aktifitas sehari-hari. Karena diantara kalian pun pasti memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing yang belum tentu orang bisa.
Syukuri apa yang telah allah SWT berikan jangan mengeluh pada keadaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H