Mohon tunggu...
Diana Sabilla
Diana Sabilla Mohon Tunggu... -

A person who likes writing..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kok Sendirian?

8 November 2018   12:35 Diperbarui: 8 November 2018   12:34 717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

            "Terima kasih" Itulah kalimat pilihanku, lirih, aku tak yakin dia bisa mendengarnya. Langit sudah berubah gelap, bisa ku lihat dari pantulan cermin yang ada di samping pintu. Dan kesunyian melanda disini.

            "Apa kau lapar?" Sungguh memalukan. Indera pendengarannya sangat tajam. Tak berbohong, perutku meminta asupan. Sudah kehabisan kata, aku memilih tersenyum kikuk.

            "Ayo ikut" Ajaknya. Dia meninggalkanku di kamar. Aku masih tak bergeming, sekejap kesadaranku pulih. Ku raih engsel pintu, saat itu aku mendengar suara disini. Suara anak kecil laki-laki. Aku meyakini suara ini adalah dia yang sedari tadi duduk disamping kiri ku, dekat dengan meja kecil milik Dion. Aku menghela nafas. Dalam hati aku menyapanya 'Kita bisa bicara nanti, aku janji'. Begitulah akhir keberadaaanku di kamar bernuansa klasik ini.

.

.

            Bulan malam ini terang, bintangnya juga. Mereka menemani langkahku di jalan perumahan tempat tinggal keluarga ku. Aku tidak bisa menyebutnya itu rumahku, kalau itu memang bukan rumahku. Baiklah tak usah dipikirkan istilah rumit itu. Jam dinding yang terpajang di salah satu dinding rumah disini menunjukan jarum jam pendek di angka sembilan dan jarum panjangnya diangka 12. Masih sore bagi mereka. Mereka yang memang menganggapnya begitu. Termasuk dia yang sedang berjalan dibelakangku, bukan berjalan dalam artian yang sebenarnya. Aku memutar bola mataku. Berhenti.

            "Baiklah. Kau bisa memulai ceritamu. Sekitar 10 menit lagi aku sampai dirumah. Kau tahu maksudku" Bersikap tegas, itu yang harus ku perlihatkan setiap kondisi seperti ini.

            "Kalian berdua sama. Aku bisa membaca matanya yang berbinar saat menatapmu, sejak awal. Ku harap kalian bisa berteman. Dia sendirian sekarang. Aku pergi. Terima kasih." Teman sunyiku menyapa, kali ini dengan intensitas yang tinggi. Bersamanya, dia menghilang. Aku mengerjap, sekali, dua kali, tiga kali. Aku sendirian sekarang, maksudku dimata petugas keamanan yang sedang berjalan ke arahku.

            "Baru pulang, zee?" Tanyanya. Aku mengangguk dan meng-iyakan. Lalu pamit.

.

.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun