Mohon tunggu...
Bilkys Salwa
Bilkys Salwa Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Masyarakat Muslim Blitar dan Potensinya

24 Desember 2022   15:26 Diperbarui: 24 Desember 2022   15:33 990
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : Good News from Indonesia

Blitar, merupakan salah satu kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten Blitar berbatasan dengan Kabupaten Kediri dan Kabupaten Malang di wilayah utara, Kabupaten Malang di sebelah timur, Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Kediri di sebelah barat, dan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia di wilayah selatan. Luas dari kabupaten Blitar sendiri adalah 1.588,79 km. 

Sebagian besar penduduk Kabupaten Blitar beretnis Jawa, namun juga terdapat etnis lain seperti Tionghoa. Berdasar pada BPS Kabupaten Blitar, jumlah penduduk Kabupaten Blitar pada 2019 adalah sebanyak 1.261.932 jiwa dengan rasio persentase 50,56% penduduk laki-laki dan 49,44% penduduk perempuan. 

Dari jumlah tersebut, sebanyak 95,39% penduduk adalah beragama islam. Hal ini menunjukkan bahwa islam merupakan agama terbesar yang dianut oleh penduduk Kabupaten Blitar. Kemudian disusul oleh agama Kristen dengan 1,38%, Katholik 0,94%, dan 2,30% sisanya adalah penduduk beragama Hindu, Budha, Khonghucu, dan penganut kepercayaan. Melihat islam sebagai agama mayoritas di Kabupaten Blitar, tentu menarik untuk mengulik lebih lanjut mengenai bagaimana proses islamisasi di wilayah Kabupaten Blitar hingga seperti apa ekspresi keagamaan yang ditunjukkan oleh masyarakat Muslim Blitar.

Sebelum islam datang, kepercayaan yang dianut masyarakat Blitar adalah Hindu dan Budha, hal ini merupakan dampak dari kerajaan-kerajaan yang menguasai daerah Blitar pada kala itu seperti Kerajaan Kediri, Singasari, dan Majapahit. Hingga pada akhirnya datanglah wali-wali penyebar agama islam yang datang ke daerah Blitar guna menyebarkan ajaran islam. 

Menurut masyarakat Blitar, seorang tokoh yang menjadi penyebar islam pertama kali adalah Syekh Subakir. Syekh Subakir adalah seorang Syekh Persia yang menjadi penyebar islam di Tanah Jawa generasi awal pada zaman Kediri, tepatnya pada pemerintahan Joyoboyo. Syekh Subakir ini dinilai datang jauh sebelum generasi Wali Songo. Beliau berhadapan langsung dengan tokoh-tokoh agama Jawa, Hindu, dan Budha. Kemudian beliau berhasil mengislamkan masyarakat Jawa termasuk di dalamnya masyarakat Blitar. Salah satu bukti yang menunjukkan bahwa memang Syekh Subakir adalah wali penyebar agama islam di Tanah Blitar yakni adanya sebuah makam yang berada di dekat Candi Penataran yang dipercayai sebagai makam sang wali. 

Meskipun begitu, kebenaran mengenai kapan wafatnya Syekh Subakir dan di mana sebenarnya makamnya masih mejadi polemik dalam babad Tanah Jawi dan Serat Jangka Joyoboyo Syekh Subakir. Karena, ada beberapa makam atau petilasan Syekh Subakir selain di Blitar, yakni seperti yang ada di Gunung Tidar Magelang. Terlepas dari hal itu, makam maupun petilasan menjadi jejak bahwa Syekh Subakir pernah menyiarkan agama Islam di Blitar. Hingga kini, makam tersebut selalu ramai oleh peziarah.

Sebagai dampak dari banyaknya penganut agama Islam, maka terdapat banyak pula instansi-instansi serta organisasi keislaman. Terdapat sekitar 1236 masjid dan 4296 mushola yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Blitar. Selain itu, juga terdapat sekitar 87 pondok pesantren, baik pondok pesantren salafiyah, modern, maupun kombinasi. Yang mana santrinya juga tidak hanya berasal dari warga lokal, akan tetapi juga ada yang berasal dari luar Jawa. Beberapa Pondok pesantren tersebut diantaranya seperti Pondok Pesantren al Kamal di Desa Kunir Kecamatan Wonodadi, Pondok Pesantren Mahyajatul Qurro' (PPMQ) yang juga di Desa Kunir Wonodadi Blitar, Ponpes Nurul Ulum di Kecamatan Sutojayan, dan masih banyak lagi. 

Kabupaten Blitar juga memiliki sekolah tinggi islam, yakni UNISBA (Universitas Islam Balitar) dan UNU (Universitas Nahdlatul Ulama). Sebagai wadah dari kegiatan masyarakatnya, maka juga terdapat organisasi-organisasi dari masyarakat muslim di Kabupaten Blitar, diantaranya adalah Nahdlatul Ulama (NU). NU menjadi ormas islam yang paling banyak diikuti oleh penduduk islam Kabupaten Blitar. Selain NU, juga terdapat organisasi Muhammadiyah, LDII, dan yang lainnya.

sumber : detik.com
sumber : detik.com

Ekspresi beragama dari masyarakat muslim Blitar pada umumnya hampir sama dengan masyarakat muslim di daerah Jawa lainnya. Diantara ekspresi atau tradisi dari masyarakat Muslim Blitar adalah sebagai berikut:

  • Siraman Gong Kyai Pradah
    Ini merupakan tradisi masyarakat Blitar yang dilaksanakan bertepatan dengan maulid Nabi Muhammad SAW. Siraman Gong Kyai Ptradah ini sudah dilaksanakan turun temurun dan bertahan sampai saat ini. Acara ini bertempat di aloon-aloon Lodoyo Kabupaten Blitar, yakni di Kecamatan Sutojayan. Upacara ini dilaksanakan dengan memandikan Gong Kyai Pradah menggunakan air kembang setaman yang kemudian air tersebut akan diperebutkan oleh masyarakat karena air bekas siraman tersebut dipercaya dapat membawa berkah seperti dapat menyembuhkan penyakit, membuat awet muda, membawa keberuntungan, dan menentramkan hati.
  • Larung Saji
    Larung Saji merupakan sebuah tradisi yang dilaksanakan untuk memperingati tahun baru islam. Upacara ini digelar dengan cara melarungkan ubo rampe yang berupa tumpeng lanang dan tumpeng wadon sebagai simbol harmonisasi alam. Kedua tumpeng ini kemudian dilarungkan ke laut lepas setelah dilaksanakan doa bersama untuk keselamatan dan kesejahteraan warga. Upacara Larung Saji ini biasa dilaksanakn di Pantai Tambakrejo Kecamatan Wonotirto Kabupaten Blitar.
  • Baritan
    Baritan merupakan tradisi turun menurun yang diwariskan oleh sesepuh masyarakat Blitar. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka tasyakuran dan sebagai ikhtiar untuk menolak bala dan malapetaka. Baritan dilaksanakan guna menyambut bulan Muharam atau tahun baru islam. Baritan dilaksanakan di setiap perempatan jalan mulai dari ba'da ashar hingga isya dengan melantunkan tahlil dan doa-doa.

Selain dari upacara atau tradisi yang ada, terdapat juga ekspresi beragama dari masyarakat muslim Blitar yang lain. Beberapa orang sepuh (orang yang sudah tua) masih cukup memegang tradisi atau kebiasaan yang mungkin dijalankan pada masa nenek moyang mereka. Salah satu bentuknya adalah berdoa dengan menggunakan bahasa Jawa. Bukan dengan Bahasa Jawa biasa, tapi terdapat syair yang terlihat seperti "mantra".

Di bidang perekonomian, profesi atau mata pencaharian masyarakat Blitar cukup luas dan beragam. Hal ini karena faktor kondisi alam yang mendukung. Di sebelah selatan, wilayah Kabupaten Blitar berbatasan langsung dengan perairan (laut). Di sebelah utara, juga terdapat Gunung Kelud yang juga masih aktif. Sehingga, mata pencaharian berbasis perairan maupun perkebunan dapat berjalan di Kabupaten Blitar. 

Beberapa sector mata pencaharian yang dijalankan oleh masyarakat Blitar diantaranya adalah pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan, pariwisata, perdagangan, sektor sipil, kerajinan, dan masih banyak lagi. Akan tetapi, dapat dikatakan bahwa pertanian menjadi sektor yang paling banyak dijalankan oleh masyarakat Kabupaten Blitar dengan hasil pertanian utama yakni tanaman pangan, seperti padi dan jagung.

Pada masing-masing sektor, Kabupaten Blitar selalu memiliki produk yang berkualitas baik serta potensial. Sehingga ini bisa dikatakan sebagai best practice yang dapat dilakukan dan dikembangkan lebih jauh oleh masyarakat Kabupaten Blitar. Di sektor peternakan, Kabupaten Blitar cukup unggul dengan peternakan unggasnya. Blitar menjadi salah satu daerah yang menjadi pemasok ayam petelur. 

Di sektor perikanan, tentu tidak asing lagi bahwa Blitar dikenal sebagai kota koi. Hal ini dikarenakan Blitar menjadi salah satu pusat dari budidaya ikan hias tersebut. Selanjutnya pada sektor perkebunan, Blitar menjadi penghasil coklat. Hal ini juga tercermin dari dibukanya Pusat Wisata dan Edukasi Coklat bertajuk "Kampung Coklat" yang berada di Kecamatan Kanigoro. 

Di bidang kuliner, Blitar juga dikenal dengan jenang juga pecelnya yang tentu memiliki cita rasa berbeda dengan pecel di daerah lainnya. Pada sektor pariwisata, tentu ketika membicarakan Blitar kita akan langsung teringat dengan tokoh Proklamator Indonesia, Bung Karno. Blitar menjadi tempat di mana Pahlawan Proklamator itu dimakamkan. Setiap harinya, makam Bung Karno selalu ramai oleh pengunjung dan peziarah. Selain itu, juga terdapat Candi Penataran, banyak pantai, juga Gunung Kelud sebagai pendukung sektor wisata Kabupaten Blitar.

Pemanfaatan sumber daya di Kabupaten Blitar dapat dikatakan sudah cukup baik. Namun masih dapat dikembangkan menjadi lebih dan lebih baik lagi. Masih banyak yang dapat dieksplor dan dikembangkan dengan maksimal. Tentu dengan tetap memperhatikan aspek ekologisnya. Sayangnya, di wilayah Kabupaten Blitar utamanya di tepian Sungai Brantas, masih terdapat banyak penambang pasir yang sembarangan. 

Para penambang liar ini terus menggali dan menambang pasir hingga membuat dasar sungai menurun hingga 5-10 meter. Tentu apabila tidak segera ditinjaklanjuti dan dihentikan ini akan sangat berbahaya dan dapat merusak alam. Tidak hanya itu, truk-truk yang bermuatan pasir juga merusak jalan-jalan yang mereka lintasi.

sumber : pemkab Blitar
sumber : pemkab Blitar

Dari penjabaran mengenai masyarakat muslim Blitar di atas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa setiap daerah di Indonesia selalu memiliki tradisi yang unik dan berbeda-beda. Meskipun memiliki tujuan yang sama, namun bentuk atau ekspresi kebudayaannya akan selalu berbeda. Setiap daerah juga memiliki potensi yang dapat dikembangkan dan kelemahan yang harus segera diatasi untuk menjadikan daerah tersebut menjadi daerah yang berdaya sehingga dapat tumbuh dengan baik. Seperti Kabupaten Blitar yang memiliki ikan koi, makam Bung Karno, Coklat, dan juga sambel pecel yang dapat dijadikan produk unggulan daerah. Serta dapat mendukung proses pembangunan daerah. Tapi perlu diingat juga, bahwa masih ada beberapa kelemahan yang harus diatasi dan dicarikan solusi supaya tidak menjadi penghambat bagi proses pembangunan dan tidak merugikan masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun