Mohon tunggu...
dayang video
dayang video Mohon Tunggu... Wiraswasta - pekerja seniman lepas

Photography, editor, sutradara, kameramen. Layanan Video Company Profile

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tahap Putus Asa

1 Juli 2019   20:24 Diperbarui: 1 Juli 2019   20:32 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini tepat tanggal 1 Juli 2019 menjelang pukul tujuh malam, hati ini masih saja risau. Tiga hari yang lalu kerisauan ini sudah mulai mengganggu dan selalu menghantui kemanapun kaki ini melangkah. Aku sangat risau dengan kondisi keluargaku, kerisauan itu membuat aku ingin selalu dekat dengan anak-anakku. 

Tapi kedekatan itu malah membuatku semakin risau, aku tak ingin anak-anakku tahu akan kerisauan hati ayahnya. Aku tak ingin melihat mereka bersedih. Kerisaun itu semakin menyiksa, disatu sisi aku ingin sekali dekat dengan anakku, tapi dilain sisi aku tak ingin melihat mereka bersedih. Aku tak bisa menutupi perasaan ini dengan harus berpura-pura bahagia, sangat sulit rasanya.

Sampai pada suatu pagi, anakku perempuan yang beranjak usia enam tahun meminta sesuatu "ayah nanti aku belikan bando ya..", aku terdiam lalu anakku menjawab sendiri pertanyaan itu "nanti yah, kalau ayah sudah dapat uang.. bukan sekarang" sambil tersenyum. 

Hatiku hancur, dengan spontan aku peluk perempuan kecil polos yang ada dihadapanku itu. Ketakutan dan kerisauan itu semakin menjadi, akupun pergi keluar dari rumah dengan langkah kaki yang gontai. Perasaanku semakin kacau, padahal aku masih ingin memeluk anakku tapi tak berdaya. Aku mencoba untuk tidak menampakkan wajah kesedihan di depan anak-anakku.

Sebagai seorang kepala keluarga, aku belum pernah merasakan kerisauan yang sangat serius seperti ini. Biasanya aku akan selalu bisa mengatasi sekeras apapun cobaan yang datang. Tapi kali ini aku takut menghadapi hidup, aku seakan menjadi manusia yang tak berdaya. 

Bayangan negatif akan kehidupan masa depan selalu mengantui. Aku tak ingin melihat kedua orang buah hatiku hidup menderita, namun hati kecilku ini selalu mempertanyakan "apakah aku sanggup membuat mereka anak-anakku bahagia..??". 

Ya Tuhan.. dalam doaku saat selesai sholat "selama tiga hari rutin dilakukan". Ibadah sholat baru tiga hari ini aku lakukan tepat lima waktu, sebelumnya aku selalu lalai.

Penyebab kerisauan itu dikarenakan ekonomi yang kurasakan semakin lambat, setahun belakangan ini pemasukan nol besar. Aku hanya bisa berharap menanti ada pekerjaan, atau ada klien-klien lama yang masih membutuhkan jasaku. 

Aku seorang forografer, videographer, editing dan konseptor. Tahun lalu karena kelalaian, website yang sudah berumur tujuh tahun kadaluarsa. Padahal dari website itu banyak pengunjung yang datang meminta penawaran harga untuk diajukan ke perusahaan milik mereka. 

Dan biasanya dari 10 perusahaan yang meminta penawaran harga, sembilan cancel dan satu perusahaan jadi bekerjasama. Tapi semua sudah berlalu karena kelalainku.

Dari titik yang terendah ini, perasaan risau masih mencekam. Doa dalam setiap sholatku  meminta agar jauhkan rasa putus asa yang mulai menghampiri itu. Selalu terbayang wajah anak-anaku, selalu terbayang wajah istriku. Saat bayangan mereka ada di kepalaku, air mata ini mulai menetes "aku orang yang sangat susah untuk mengeluarkan air mata". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun