Mohon tunggu...
Bila Nabila
Bila Nabila Mohon Tunggu... Desainer - pendidikan

saat di waktu luang saya suka membaca buku,

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konsep Psikososial Menurut Teori Erik h. Erikson terhadap Pendidikan Anak Usia Dini

28 Oktober 2024   12:45 Diperbarui: 28 Oktober 2024   13:00 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Konsep Psikososial Menurut Teori erik h. Erikson Terhadap Pendidikan Anak Usia Dini 

Perkembangan psikososial pada anak usia dini bukan hanya menjadi tanggung jawab guru, tetapi juga tanggung jawab orangtua dan masyarakat. Karena itu tiga institusi perlu bekerjasama dalam mendidik anak usia dini. Agar proses ini berhasil mereka dalam hal ini guru, orangtua dan masyarakat perlu memahami perkembangan kepribadian anak mulai pada usia dini. Usia dini merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang sangat menentukan perkembangan masa selanjutnya. Pentingnya memahami anak usia dini Atas dasar ini, peneliti mengambil permasalahan dalam penelitian ini adalah berdasarkan konsep psikososial menurut teori erik h.erikson terhadap pendidikan anak usia dini dalam tinjauan pendidikan islam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui teori Erik H.Erikson Terhadap Pendidikan Anak Usia Dini dan tentunya ditinjau dari Pendidikan Islam. Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian kepustakaan (library tesearch), yaitu; penelitian teks/naskah, penelitian materi bahasa dan sastra, dan penelitian-penelitian suatu korpus yang sumbernya dari bahan-bahan pustaka. Dalam menjawab masalah ini, peneliti mengumpulkan data dengan menyusun atau mengklarifikasi, dan menganalisanya, teknik pengumpulan data mengadakan studi penelaan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubunganya dengan masalah yang dipecahkan. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa erikson memiliki pandangan yang sama tentang konsep dasar kepribadian manusia dalam islam kepribadian manusia tidak hanya dipengaruhi oleh keinginan atau dorongan dari individu, tapi juga dipengaruhi oleh oleh faktor-faktor luar, seperti adat, budaya, dan lingkungan tempat dimana kepribadian individu berkembang dengan menghadapi serangkaian tahapan-tahapan sejak manusia lahir hingga memasuki usia lanjut serta perubahan dan bagaimana individu berhubungan dengan orang lain. Hal ini juga sejalan dengan pendidikan islam. Menurut Erikson usia Dini merupakan masa keemasan dalam pembentukan kepribadian. Oleh karena itu kepribadian atau psikososial perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Adapun cara pengembangan psikososial yaitu melalui pola pengasuhan dari lingkungan keluarga, sekolah, dan peran ligkungan masyarakat.

Teori Psikososial Erik Erikson adalah sebuah teori yang menjelaskan bagaimana kepribadian kita terbentuk sepanjang hidup. Erikson percaya bahwa kita semua melalui berbagai tahapan perkembangan, dan pada setiap tahapannya, kita menghadapi konflik atau tantangan tertentu. Cara kita mengatasi konflik-konflik ini akan membentuk kepribadian kita.

Memahami Diri Sendiri: Dengan memahami teori Erikson, kita bisa lebih mengerti mengapa kita berperilaku seperti sekarang.

Membangun Hubungan: Teori ini membantu kita memahami orang lain, terutama keluarga dan teman-teman.

Menjadi Orang Tua yang Lebih Baik: Orang tua bisa menggunakan teori ini untuk memahami perkembangan anak-anak mereka.

8 Tahapan Perkembangan Menurut Erikson

Erikson membagi perkembangan manusia menjadi 8 tahap utama, setiap tahapnya punya tantangan unik:

Kepercayaan vs Ketidakpercayaan (Bayi): Pada tahap ini, bayi belajar mempercayai orang tua atau pengasuhnya. Jika kebutuhannya terpenuhi, bayi akan tumbuh dengan rasa percaya.

Otonomi vs Rasa Malu dan Ragu (Balita): Anak mulai belajar mandiri. Jika didukung, anak akan merasa percaya diri.

Inisiatif vs Rasa Bersalah (Usia Prasekolah): Anak mulai aktif bertanya dan mengeksplorasi. Jika didukung, anak akan memiliki inisiatif.

Kerajinan vs Inferioritas (Usia Sekolah): Anak mulai belajar berbagai keterampilan. Jika berhasil, anak akan merasa kompeten.

Identitas vs Kebingungan Identitas (Adolesen): Remaja mencari tahu siapa dirinya. Jika berhasil, remaja akan merasa percaya diri.

Intimasi vs Isolasi (Dewasa Muda): Orang dewasa muda membangun hubungan yang intim. Jika berhasil, mereka akan merasa memiliki hubungan yang berarti.

Produktivitas vs Stagnasi (Dewasa Tengah): Orang dewasa berkontribusi pada masyarakat. Jika berhasil, mereka akan merasa puas.

Integritas Ego vs Keputusasaan (Usia Lanjut): Orang tua merenungkan hidup yang telah dilaluinya. Jika merasa puas, mereka akan memiliki integritas ego.

Contoh Sederhana

Misalnya, seorang anak yang selalu dikritik oleh orang tuanya saat mencoba hal baru mungkin akan tumbuh dengan perasaan tidak percaya diri dan ragu-ragu untuk mencoba hal baru di masa depan. Ini adalah contoh dari konflik pada tahap "Otonomi vs Rasa Malu dan Ragu".

Kesimpulan

Teori Erikson adalah alat yang berguna untuk memahami diri sendiri dan orang lain. Dengan memahami tahapan-tahapan perkembangan ini, kita bisa lebih menghargai perbedaan dan memberikan dukungan yang tepat kepada orang-orang di sekitar kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun