Mohon tunggu...
BIL ALFIN MAULANA ACHMAD FAUZI
BIL ALFIN MAULANA ACHMAD FAUZI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa semester 4 Universitas Muhammadiyah Malang

Saya adalah mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Malang, sekarang berada di semester 4, saya adalah pribadi yang aktif berkomunikasi dan ramah serta dikenal dengan orang yang tegas dan berpawakan tinggi.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Bahaya Self Diagnose bagi Kesehatan

19 September 2022   14:45 Diperbarui: 19 September 2022   15:08 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penanganan yang tidak tepat
Jika diagnosisnya salah, kemungkinan pengobatannya juga salah. Setelah diagnosa diri, seseorang dapat membeli obat atau menerapkan perawatan lain yang tidak sesuai. Padahal, setiap penyakit memiliki pengobatan, jenis obat, dan dosis yang berbeda.

Menyebabkan masalah kesehatan yang lebih serius
Akibat salah diagnosis dan tidak mendapatkan pengobatan yang tepat, penyakit yang Anda derita justru bisa bertambah parah atau menambah masalah baru. Itu karena obat yang Anda minum tidak berdampak pada penyakit yang Anda derita.

Misalnya, setelah melakukan penelitian sendiri, seseorang dapat mendiagnosis dan mengobati keluhan nyeri dada, sesak napas, dan batuk produktif yang dialaminya seperti bronkitis. Padahal, keluhan tersebut bisa juga merupakan gejala penyakit yang lebih serius, seperti pneumonia atau bahkan penyakit jantung.

Dilihat dari sudut pandang lain, self-diagnosis dapat menjadi bentuk perawatan diri dan sikap hati-hati terhadap perubahan yang terjadi pada tubuh sendiri. Namun, bentuk kecemasan ini tidak ada gunanya jika membuat Anda dalam bahaya.

Untuk pemeriksaan dan pengobatan yang tepat, sebaiknya temui dokter Anda jika Anda mengalami gejala yang mengkhawatirkan. Jika Anda menginginkan pendapat yang berbeda, Anda sebenarnya bisa bertanya kepada dokter atau spesialis lain. 

Anda selalu dapat menemukan informasi tentang keluhan Anda atau solusi yang paling sesuai untuk Anda. Namun, gunakan itu sebagai cara untuk berbicara dengan dokter Anda, bukan sebagai diagnosis diri, sehingga Anda benar-benar memahami apa yang terjadi dengan Anda dan mendapatkan perawatan yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Islam Negeri Jakarta (2019). Bahaya Self Diagnosis Bagi Kesehatan Mental.

Sadida, S. (2021). Fenomena Self Diagnose Mental Remaja Generasi Z di Media Sosial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun