Mohon tunggu...
BIL ALFIN MAULANA ACHMAD FAUZI
BIL ALFIN MAULANA ACHMAD FAUZI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa semester 4 Universitas Muhammadiyah Malang

Saya adalah mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Malang, sekarang berada di semester 4, saya adalah pribadi yang aktif berkomunikasi dan ramah serta dikenal dengan orang yang tegas dan berpawakan tinggi.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Bahaya Self Diagnose bagi Kesehatan

19 September 2022   14:45 Diperbarui: 19 September 2022   15:08 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Tau apa arti dari self-diagnose? Self-diagnose adalah cara mendiagnosis diri-sendiri tentang suatu penyakit atau gangguan Kesehatan di diri-sendiri. Self-diagnose tidak boleh sembarang dilakukan,karena bisa saja pendapat atau pikiran kita tersebut ternyata tidak tepat atau salah. Penulis akan menjelaskan bahaya self-diagnose bagi kesehatan dan kesehatan mental terhadap diri kita.

Bahaya self-diagnose kepada Kesehatan kita baik Kesehatan diri dan mental sangat berdempak, karena tidak ada ilmu untuk mendiagnosa penyakit tersebut.Contohnya,kamu merasa mengalami depresi atau stress dan anda mendiagnosa diri-sendiri,itu bisa memperparah keadaan diri-sendiri,seperti makin terpikirkan oleh penyakit tadi dan merasa terpuruk karena mengalamin penyakit tersebut dan asal mengambil pengobatan.

Penulis akan menyebutkan bahaya self-diagnose terhadap Kesehatan mental.

Dampak self-diagnose untuk kesehatan mental:

Menurut dokter dr.Fadhli Rizal Makarim yang dilansir dari halodoc, Self-diagnose juga bisa berpengaruh pada Kesehatan mental dengan yamenyebabkan kamu mengalami kekhawatiran yang sebenarnya tidak perlu.

Bisa jadi saat kita melakukan self-diagnosis, penyakit mental yang lain bisa saja tidak terdeteksi karena metode self-diagnosis yang salah dan asal yang kita lakukan bahkan memperparah penyakit tersebut. Bukan tidak mungkin lama-kelamaan kamu bisa mengalami gangguan kecemasan akibat khawatir akan perasaan setelah melakukan self-diagnose. Bukannya semakin sembuh malah semakin buruk karena tidak cocok hasil self-diagnose tadi.

Selanjutnya kita akan membahas tentang bahaya self-diagnose bagi kesehatan, menetapkan diagnosa tidaklah semudah itu, diagnosa dilakukan melalui analisis-analisis yang telah dilakukan oleh orang-orang yang ahli dibidangnya atau tenaga-tenaga medis.

Contoh dimana bahaya self-diagnose bagi Kesehatan :

Salah diagnosa
Menegakkan diagnosis tidaklah mudah. Diagnosis ditegakkan berdasarkan analisis menyeluruh terhadap gejala, riwayat medis, faktor lingkungan, dan hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Tidak jarang berbagai tes lanjutan dan pengamatan mendalam diperlukan untuk menentukan apakah ada masalah fisik atau mental pada seseorang.

Ketika  mendiagnosis diri sendiri, Anda dapat benar-benar melewatkan faktor-faktor penting ini, sehingga  akan mendapatkan diagnosis yang salah. Juga, jika informasi yang Anda terima berasal dari sumber yang tidak dapat dipercaya. Anda harus tahu bahwa memiliki satu atau dua gejala penyakit tidak berarti Anda memilikinya. Belum lagi ada banyak penyakit dengan gejala serupa.

Penanganan yang tidak tepat
Jika diagnosisnya salah, kemungkinan pengobatannya juga salah. Setelah diagnosa diri, seseorang dapat membeli obat atau menerapkan perawatan lain yang tidak sesuai. Padahal, setiap penyakit memiliki pengobatan, jenis obat, dan dosis yang berbeda.

Menyebabkan masalah kesehatan yang lebih serius
Akibat salah diagnosis dan tidak mendapatkan pengobatan yang tepat, penyakit yang Anda derita justru bisa bertambah parah atau menambah masalah baru. Itu karena obat yang Anda minum tidak berdampak pada penyakit yang Anda derita.

Misalnya, setelah melakukan penelitian sendiri, seseorang dapat mendiagnosis dan mengobati keluhan nyeri dada, sesak napas, dan batuk produktif yang dialaminya seperti bronkitis. Padahal, keluhan tersebut bisa juga merupakan gejala penyakit yang lebih serius, seperti pneumonia atau bahkan penyakit jantung.

Dilihat dari sudut pandang lain, self-diagnosis dapat menjadi bentuk perawatan diri dan sikap hati-hati terhadap perubahan yang terjadi pada tubuh sendiri. Namun, bentuk kecemasan ini tidak ada gunanya jika membuat Anda dalam bahaya.

Untuk pemeriksaan dan pengobatan yang tepat, sebaiknya temui dokter Anda jika Anda mengalami gejala yang mengkhawatirkan. Jika Anda menginginkan pendapat yang berbeda, Anda sebenarnya bisa bertanya kepada dokter atau spesialis lain. 

Anda selalu dapat menemukan informasi tentang keluhan Anda atau solusi yang paling sesuai untuk Anda. Namun, gunakan itu sebagai cara untuk berbicara dengan dokter Anda, bukan sebagai diagnosis diri, sehingga Anda benar-benar memahami apa yang terjadi dengan Anda dan mendapatkan perawatan yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Islam Negeri Jakarta (2019). Bahaya Self Diagnosis Bagi Kesehatan Mental.

Sadida, S. (2021). Fenomena Self Diagnose Mental Remaja Generasi Z di Media Sosial.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun