Penanganan yang tidak tepat
Jika diagnosisnya salah, kemungkinan pengobatannya juga salah. Setelah diagnosa diri, seseorang dapat membeli obat atau menerapkan perawatan lain yang tidak sesuai. Padahal, setiap penyakit memiliki pengobatan, jenis obat, dan dosis yang berbeda.
Menyebabkan masalah kesehatan yang lebih serius
Akibat salah diagnosis dan tidak mendapatkan pengobatan yang tepat, penyakit yang Anda derita justru bisa bertambah parah atau menambah masalah baru. Itu karena obat yang Anda minum tidak berdampak pada penyakit yang Anda derita.
Misalnya, setelah melakukan penelitian sendiri, seseorang dapat mendiagnosis dan mengobati keluhan nyeri dada, sesak napas, dan batuk produktif yang dialaminya seperti bronkitis. Padahal, keluhan tersebut bisa juga merupakan gejala penyakit yang lebih serius, seperti pneumonia atau bahkan penyakit jantung.
Dilihat dari sudut pandang lain, self-diagnosis dapat menjadi bentuk perawatan diri dan sikap hati-hati terhadap perubahan yang terjadi pada tubuh sendiri. Namun, bentuk kecemasan ini tidak ada gunanya jika membuat Anda dalam bahaya.
Untuk pemeriksaan dan pengobatan yang tepat, sebaiknya temui dokter Anda jika Anda mengalami gejala yang mengkhawatirkan. Jika Anda menginginkan pendapat yang berbeda, Anda sebenarnya bisa bertanya kepada dokter atau spesialis lain.Â
Anda selalu dapat menemukan informasi tentang keluhan Anda atau solusi yang paling sesuai untuk Anda. Namun, gunakan itu sebagai cara untuk berbicara dengan dokter Anda, bukan sebagai diagnosis diri, sehingga Anda benar-benar memahami apa yang terjadi dengan Anda dan mendapatkan perawatan yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Islam Negeri Jakarta (2019). Bahaya Self Diagnosis Bagi Kesehatan Mental.
Sadida, S. (2021). Fenomena Self Diagnose Mental Remaja Generasi Z di Media Sosial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H