Jika anda pernah mengkontak 14045 untuk pelayanan makanan cepat saji di Jakarta, maka anda akan berpikir bahwa sistim tanggap atas pesanan makanan ini tentulah cukup kompleks. Anda bisa bayangkan, seandainya saja dalam 24 jam ada 0.1 persen penduduk (dari total 8.513.385) jakarta yang memesan makanan capat saji ini, artinya ada 6 panggilan telepon melalui 14045 setiap menitnya.
Waktu tanggap atas panggilan telepon itu tidak lebih dari 10 detik, dan jika anda pernah melakukan order sebelumnya, maka nomor telepon, nama, alamat anda, jenis makanan, total rupiah yang sudah pernah anda bayarkan, serta cabang mana yang pernah atau akan melayani anda lengkap dalam database mereka. Luar biasa! Apakah teknologi komunikasi demikian bisa juga diterapkan untuk Ambulan Gawat Darurat (AGD) 118?
Berapa Waktu tanggap rata-rata Ambulan Gawat Darurat (AGD) 118?
Mungkin anda pernah menyaksikan film-film Amerika yang memperlihatkan cepat tanggapnya penanganan panggilan darurat baik untuk pelayanan darurat medis, kebakaran, bencana alam dan lainnya. Bentuk pelayanan itu dimulai dari mudahnya pelapor mengakses panggilan 911, cara respon operator, klarifikasi atas data masukan, notifikasi kepada unit kerja berdasar data masukan, kesiapan unit kerja dan paramedis, serta keahlian paramedis dalam melakukan tindakan penyelamatan di tempat kejadian perkara. Seluruhnya berjalan dengan fasih berdasarkan standar prosedur yang telah dibakukan. Tanggapan terhadap panggilan darurat sebagaimana digambarkan di atas diukur menurut waktu tanggapnya.
Definisi Waktu Tanggap bergantung dari sudut pandang atas pendekatan data yang diterima. Salah satu penelitian atas panggilan 911 di Amerika menyebutkan: Provider pelayanan 911 bervariasi dalam menetapkan awal dan akhir dari suatu tanggapan darurat. Lima puluh enam persen menetapkan bahwa respon mereka dimulai ketika unit kerja telah menerima notifikasi atas panggilan darurat tersebut. Selanjutnya, hampir 23% menyatakan bahwa interval atas tanggapan dimulai ketika unit kerja menerima panggilan darurat, dan 11% menyatakan dimulai dengan inisiasi panggilan 911. Salah satu faktor yang mempengaruhi selang tanggapan adalah usaha mengkontak ke 911. Kurang dari 6% provider menyatakan panggilan 911 tersambung dalam sekali usaha mengkontak.
Rata-rata waktu tanggap nasional (Amerika) untuk Ambulan Gawat Darurat adalah 10 menit, dan untuk Paramedik adalah 12 - 15 Menit. Bagaimana dengan di Indonesia atau Jakarta khususnya?
Pada bulan Juli 2008, puluhan AGD 118 yang bercorak hijau terparkir di halaman depan dan belakang kantor pusat Ambulans Gawat Darurat 118 di Jalan Sunter Permai, Jakarta Pusat. AGD 118 itu memang sengaja teronggok parkir di sana, jauh dari armada yang layak operasional melayani warga ibu kota. Sebagian terlihat masih terawat, beberapa diantaranya sudah lebih mirip besi tua dan benar-benar tidak layak jalan.
Kondisi kantor pengelola Ambulans Gawat Darurat 118 juga kurang lebih sama suramnya. Situasinya lengang. Tak ada aktivitas yang menggambarkan kesibukan para karyawan. Sebagian meja kantor itu terlihat kosong. Hanya ada beberapa operator telepon terlihat siaga menunggu panggilan masuk. Entah itu menunggu panggilan darurat atau hanya sekadar ngobrol dengan temannya. (Baca seluruhnya disini).
Membaca kutipan di atas saya tidak yakin kita bisa menyetarakan AGD 118 dengan 911. Jangankan berbicara soal waktu tanggap, beroperasi normal saja masih sangat meragukan. Sampai dimanakah kita bisa menyadari bahwa sikap tanggap atas usaha penyelamatan jiwa manusia yang sedang sekarat sampai pada detik-detik terakhir, adalah suatu kodrat kemanusiaan, dan sungguh dari sisi itulah kita dipandang sebagai manusia.
Sebagian besar masyarakat kita masih bingung atas apa yang harus dilakukan ketika berhadapan dengan keadaan darurat. Umumnya sikap masyarakat terhadap keadaan darurat bersifat spontanitas, atas dasar rasa kemanusiaan dan tidak mengikuti standar prosedur tertentu. Tujuan yang baik untuk segera menolong korban ini justru sebaliknya dapat membahayakan nyawa korban, jika cara penanganan atas keadaan darurat tidak dilakukan dengan prosedur yang benar.
Haruskah AGD 118 diatur dalam undang-undang departemen yang terkait, dirinci sedemikian rupa, sehingga menjadi prioritas dalam rancangan aggaran operasional dan perawatan. Selanjutnya mendapatkan perlakuan khusus untuk modernisasi manajemen, modernisasi baik pada peralatan penunjang yang bergerak, perlengkapan medis, kesigapan paramedis dan pelatihan, komputerisasi dan database, serta pelaksanaan program sosialisasi "AGD 118 siap setiap saat!"
Sudah saatnya bangsa ini memperhatikan / memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakatnya. Tanggapan yang cepat atas panggilan darurat setidaknya memungkinkan terhindarnya kerugian yang lebih besar, serta kehilangan nyawa. Tanggapan yang cepat atas panggilan darurat, setidaknya dapat membantu masyarakat yang lemah secara ekonomi, terhindar dari beban biaya rumah sakit yang tinggi. Sebagaimana kita tahu, keterlambatan penanganan kasus darurat dapat mengakibatkan tingkat penanganan, perawatan dan pengobatan menjadi lebih kompleks, dan mahal.
Selanjutnya berdasarkan undang-undang yang disebut di atas juga, AGD 118 semestinya menjadi standar baku bagi pelayanan pemerintah daerah sampai setidaknya pada tingkat kecamatan, sehingga keberadaannya akan dirasakan betul serta berarti oleh masyarakat yang membutuhkannya.
Sejauh manakah bangsa kita tertinggal atas bentuk pelayanan seperti ini?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H