Mohon tunggu...
Emes Bowie
Emes Bowie Mohon Tunggu... -

Writer & Author

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Arkeolog: Tidak Ada Piramida di Gunung Padang

10 November 2018   20:03 Diperbarui: 11 November 2018   12:31 1283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini yang menjadi isu piramid, karena digambar dengan ilusi imajiner (rekayasa komputer), digabungkan dengan gambar yang dibuat oleh bapak Budi Bramantyo, sehingga munculah istilah Mancu Picu. Mancu picu itu jauh lebih muda dibanding Gunung Padang. Mancu picu itu seumur dengan majapahit. Sementara Gunung Padang ini di era pra sejarah."

Balok-balok batu berbentuk prisma yang dijadikan punden berundak, juga berasal dari batu setempat, yang berasal dari proses vulkanik. Di dalam Gunung Padang tidak ada ruangan, melainkan lapisan tanah yang basah. "Di situ terdapat hidrolitik ada, hidrologi di sana, sehingga di Gunung Padang tidak pernah kering."

(dok. pribadi)
(dok. pribadi)
Ada Emas di Kawasan Gunung Padang

Sempat pula ada isu bahwa Gunung Padang menyimpan kandungan emas. Hal ini dibenarkan oleh Luthfi. Dengan adanya hidrotermal bekas gunung api purba, dapat dipastikan kawasan Gunung Padang menyimpan kandungan emas. Namun kandungannya tidak ekonomis. Dari pemerintah kolonial Belanda, juga Antam sudah melakukan studi soal ini.

"Gurandil, penambangan emas tradisional, di kawasan ini masih ada. Artinya kandungan emas itu ada. Tapi saya pernah wawancara dengan masyarakat, satu tahun itu dia mengeluarkan modal hampir Rp.1 miliar. Penghasilan kotor satu tahun itu Rp.1,5 miliar. Artinya keuntungan kotor itu Rp.500 Juta. Dibagi 365 hari, dibagi sekian ratus pekerja, ekonomis atau tidak, menguntungkan atau tidak?" papar Lutfi.

"Emas yang sesungguhnya, yang paling berharga, adalah situs Gunung Padang itu sendiri. (Dari Gunung Padang kita bisa belajar) Bagaimana pemimpin yang baik, masyarakat yang baik. Semua itu kita bisa baca dari Gunung Padang, bagaimana gotong royong dan sebagainya. Tanpa gotong royang, pemimpin yang baik, masyarakat yang kompak Gunung Padang tidak mungkin dibangun," imbuhnya.

Situs Gunung Padang ini sendiri sebenarnya telah ditemukan sejak lama. Berdasarkan catatan, pada masa pemerintah kolonial Belanda, R. D. M. Verbeek (1891) pernah datang juga De Corte dan kemudian N.J. Krom (1914) menyebutnya sebagai kuburan kuno.

"Saya sudah lakukan eskavasi di Gunung Padang itu tidak menemukan indikasi kuburan. Yang kuat itu gunung padang tempat masyarakat jaman dulu melakukan upacara ritual pemujaan masyarakat," jelas Lutfi.

(dok. pribadi)
(dok. pribadi)
Pada 1979, tiga orang petani satu kerabat berniat membabat ilalang untuk dimanfaatkan sebagai ladang. Ketika itu mereka menemukan hamparan balok-balok batu berbentuk prisma, tersusun berserakan. Setelah dilaporkan ke pihak yang berwenang, penelitian dan pemugaran Gunung Padang kembali dilakukan oleh para arkeolog Indonesia. Sementara keluarga para penemu situs Gunung Padang menjadi juru kunci atau Juru Pelestari Cagar Budaya Gunung Padang. Salah satunya, Nanang Sukmana, cucu dari tiga petani yang menemukan Gunung Padang.

Dengan adanya isu piramida, masyarakat makin ramai mengunjungi situs ini. Meski dikhawatirkan menambah kerusakan, Luthfi berharap momen ini menjadi titik balik bagi kita untuk mengemas dan menata situs ini ke depan sehingga dapat pertahankan dengan baik.

"Angka pertumbuhan pengunjung meningkat drastis sejak ada isu piramida itu. Tidak hanya wisatawan lokal tapi juga dari wisatawan mancanegara. Yang disayangkan dari Pemda Cianjur. Publikasi Gunung Padang hanya diandalkan dari pengunjung ke pengunjung. Belum ada publikasi yang ajeg dari Pemkab ataupun pemprov, sehingga isu (piramida) itu menjadi kemasan. Kita berharap, yang datang wisatawan dari dalam negeri untuk men-counter balik isu piramida. Bahwa itu hanya hoax," harap Lutfi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun