Lalu, Malaikat bertanya lagi padanya, ‘Sepertinya aku mengenalmu. Bukankah kamu dahulu orang yang berpenyakit kusta dan manusia menjauhimu dan kamu dalam keadaan fakir lalu Allah memberimu harta?’ Orang itu berkata, ‘aku memiliki ini semua dari harta warisan turun menurun’. Maka, Malaikat berkata, ‘Seandainya kamu berdusta, semoga Allah mengembalikanmu ke keadaanmu semula’.
Kemudian, Malaikat mendatangi orang yang dahulunya berkepala botak dalam bentuk keadaan orang yang berkepala botak, Malaikat berkata sebagaimana yang dikatakan kepada orang pertama tadi. Lalu, orang yang dahulunya berkepala botak menjawab seperti jawaban orang yang dahulunya berpenyakit kusta. Akhirnya, Malaikat berkata, ‘Seandainya kamu berdusta, semoga Allah mengembalikanmu ke keadaanmu semula’.
Terakhir, Malaikat mendatangi orang yang dahulunya buta dalam bentuk sebagai orang buta lalu berkata, ‘Aku orang miskin yang kehabisan bekal dalam perjalanku ini dan tidak ada yang menyampaikan aku hidup hingga hari ini kecuali Allah. Maka aku memohon kepadamu, demi Allah yang telah mengembalikan penglihatanmu dan diberikan kambing. Apakah kamu mau memberiku bekal agar aku dapat meneruskan perjalananku ini?’
Maka orang itu menjawab, ‘Dahulu aku adalah orang yang buta, lalu Allah mengembalikan penglihatanku. Aku dulu juga seorang yang fakir lalu Allah memberiku kecukupan, maka itu ambillah sesukamu. Demi Allah, aku tidak akan menghalangimu untuk mengambil sesuatu selama kamu mengambilnya karena Allah’. Maka Malaikat berkata, ‘Pertahankanlah hartamu. Sesungguhnya kalian sedang diuji dan Allah telah ridha kepadamu dan murka kepada kedua temanmu’.”
Nilai Pendidikan Dari Kisah Tiga Orang Bani Isra’il: Berpenyakit Kusta, Botak dan Buta
Dari kisah tiga orang di atas, paling tidak ada beberapa nilai pendidikan yang dapat diambilkan ikhtibar atau pelajaran, di antaranya:
# Bersyukur
Dari kisah tiga orang bani Isra’il tersebut menunjukkan bahwa orang yang berpenyakit kusta dan kepala botak tidak pandai bersyukur. Sedangkan orang yang buta memiliki sifat yang baik dengan pandai bersyukur.
Orang buta di atas telah menunjukkan bahwa dia mensyukuri nikmat yang diberikan Allah. Untuk itu dia berbuat baik ketika ada seseorang meminta bantuan kepadanya.
Sudah sepantasnya seorang muslim yang beriman ketika diberikan nikmat hidup untuk selalu bersyukur kepada Allah. Tidak akan bisa bagi seseorang menguraikan seberapa besar nikmat yang diberikan oleh Allah semasa hidupnya. Untuk itu sebagai muslim yang taat diupayakan untuk selalu mengucapkan kata syukur dan pujian kepada Allah serta mengaplikasikan perbuatan syukur di tengah kehidupan bermasyarakat.
Bulan suci Ramadhan merupakan momentum bagi kaum muslimin untuk banyak berbagi kepada sesama, terlebih kepada fakir miskin. Setiap harta yang dimiliki seseorang yang berharta lebih, ada hak fakir miskin untuk dikeluarkan.