Edaran dari Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur jelas meminta agar atribut, lembaga, serta badan otonom NU jangan dimanfaatkan untuk kegiatan politik praktis selama masa pemilu kepala daerah (pilkada) tahun 2020.
Hal ini menjadi salah satu poin penting imbauan PWNU Jawa TImur guna tetap memperkuat ukhuwah, ketentraman, ketertiban serta kedamaian masyarakat Jawa Timur, khususnya dalam menghadapi hajat pemilukada serentak.
Dahulu Gus Dur sudah mengembalikan NU ke khittohnya sebagai ormas islam, bukan sebagai partai politik. Gus Mus juga menjelaskan, secara organisatoris, NU tidak ada kaitannya dengan partai politik dan tidak berurusan dengan politik praktis. Ia pun mengutip pernyataan Kiai Sahal Mahfud, "politik yang dipegang oleh NU adalah politik tingkat tinggi".
Gus mus juga mengatakan bahwa Politik tinggi yang dimaksud adalah politik kebangsaan, politik kerakyatan, itu yang dianggap oleh NU. Bukan politik kekuasaan atau politik praktis. ini menjadi pembelajaran bagi kita semua khususnya warga nahdliyyin yang ada di Lamongan.
Bernafsu untuk menang
Sesunggunya dalam pagelaran Pilkada (atau Pemilu), keterlibatan para tokoh politik, agama, ormas dan bisnis adalah hal lumrah. Menjadi tidak lumrah jika ada sekelompok elit yang 'ngotot', 'overdosis', dan memaksakan diri untuk memenangkan pertarungan.Â
Karena bernafsu ingin memenangkan laga Pilkada dan syahwat menguasai sudah di ubun-ubun, maka mereka cenderung menggunakan berbagai macam cara, termasuk cara-cara tidak etis; menghalalkan berbagai macam strategi dan taktik kotor; serta memakai berbagai cara, Â termasuk bantuan-bantuan bansos, pemanfaatan Ormas sebagai instrument kampanye dan propaganda politik.
Sudah jelas bahwa NU dilarang untuk diikutsertakan dalam perpolitikan tapi masih ada saja oknum yang jelas-jelas membawa nama NU sebagai dalih bernafsu untuk menang.Â
Tentu dengan propaganda yang sangat banyak ditemukan baik di medsos maupun di banner-banner jalan dengan tulisan "wes wayae NU duwe Bupati". Kenapa masih ada saja orang Struktural NU yang mau diperalat untuk bisa menginstruksikan kepada para kader dibawahnya dan juga banom-banomnya untuk memilih pasangan tersebut?. Ini sungguh sangat disayangkan.
Kalau kita flashback kebelakang sebelumnya ada nama Sholahuddin yang didukung penuh dari para Habaib, Kiai NU dan juga para warga Nahdliyyin, sedangkan pesaingnya dalam hal dukungan yang sama adalah nama Kartika Hidayati seorang wakil Bupati Lamongan. Keduanya sama-sama memperebutkan rekom PKB namun akhirnya Nama kartikalah yang muncul sebagai pemenang.
Dalam perjalanan merebut Rekom PKB sudah banyak diketahui bahwa terjadi konflik. Seperti PKB Lamongan yang bersatu bulat hanya mengusung Kaji Sholah.Â
Adanya benang merah saling serang antara Kaji Ghofur dan Kartika membuat aroma panas di internal PKB semakin menjadi-jadi dikarenakan Kartika dinilai tidak Loyal sama sekali kepada PKB.Â
Jabatan 5 tahun sebagai wabup tidak dimanfaatkannya untuk bisa membantu PKB di Lamongan maka wajar saja jika semua kader PKB merasa kecewa bahwa Kartika hanya datang jika ada maunya saja.
Kini kartika mendapatkan amanah untuk menjadi calon di Pilkada melalui Partai PKB, tetapi saya melihat bukan hanya PKB yang ingin dimenangkannya tetapi NU secara utuh ingin juga dimenangkannya walaupun loyalitasnya kepada NU patut dipertanyakan juga.Â
Ini bisa ditanyakan langsung ketika dia sudah menjadi anggota DPR jatim dan juga Wakil Bupati Lamongan selama ini. Bahkan banyak para tokoh NU yang ada di Lamongan menyayangkan apa yang sudah diperbuat olehnya dengan memanfaatkan NU sebagai tunggangan politiknya.
Seperti diketahui bahwa ada video Gus Bet yang beredar mengatakan "Mosok dadi wakil bupati gak pernah nang nggonanku blas kok, ape nyalon tok mrene, aku yowes gak melu-melu, malah kartika iku mentingno awake, kartika iku cirine gak pati peduli"ucap Gus Bet.
Pernyataan yang dilontarkan Gus Bet ini bukan main-main, Ini menjadi pertanda bahwa apabila kartika menjadi Bupati bukan tidak mungkin janjinya kepada NU Lamongan akan di lupakan karena hanya mementingkan tujuannya saja.
PILIH Bupati NU menjadi propaganda Kartika yang paling ambisius
Propaganda Kartika tentang NU justru akan menjadi blunder tersediri baginya. Karena sudah gelap mata bak orang sedang "kesurupan hantu", dia yang sudah "bernafsu" ingin menguasai dunia politik tidak lagi mempedulikan etika sopan-santun dengan melanggar edaran surat imbauan NU dan fatsun berpolitik, tidak lagi menghiraukan melanggar aturan atau tidak. Yang penting bisa memenangkan laga Pilkada. Jangan sampai menjadi kualat tersendiri baginya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H