Mengikuti kemajuan dari tahapan demi tahapan perkembangan anak sangat penting bagi seorang ibu. Sesibuk apapun sebaiknya seorang ibu memiliki catatan khusus, yaitu tentang ketrampilan motorik dan mental yang seharusnya sudah dimiliki seorang anak sesuai tingkat perkembangan seusianya.
Setiap anak memang unik dan tidak akan sama persis untuk waktu pencapaian perkembangan motorik dan mentalnya. Tetapi hampir sebagian besar anak - anak yang lahir tanpa komplikasi atau tanpa cedera pada sistem syaraf pusatnya, maka anak - anak diharapkan memiliki pola perkembangan motorik dan mental yang bagus dan sesuai masa pertumbuhan mereka.
Pencapaian maksimal keberhasilan proses tumbuh kembang sanagt ditentukan oleh keaktifan orang tua melalukan rangsangan atau stimulasi pada anak, didukung dengan kondisi kesehatan dan gisi yang baik.
Sebuah keprihatinan ketika berhadapan dengan ibu - ibu saat memeriksakan anaknya untuk imunisasi di klinik kesehatan anak. Ketika seorang bidan bertanya :
" Ibu anaknya sekarang sudah bisa melakukan gerakan dan kepandaian apa?"
Lalu si Ibu hanya menoleh kepada nenek, bude, atau pengasuh yang ikut mengantar.
Ibu tersebut balik bertanya tentang perkembangan anaknya pada orang - orang yang dia anggap sering berada bersama anaknya jika ia bekerja.
Atau pada kasus lain ibu tersebut merawat sendiri anaknya, tetapi ia kurang perhatian pada perkembangan Balita nya. Ibu tersebut hanya berusaha membandingkan dengan anak lain yang sebaya dengan anaknya.
Memang boleh saja cara ini dijadikan salah satu alternatif, tetapi bagaimana jika anak lain yang dijadikan perbandingan justru mengalami keterlambatan perkembangan motorik halus dan motorik kasarnya?
[caption id="attachment_228198" align="aligncenter" width="442" caption="koleksi foto dok pribadi/ romana tari"][/caption]
Perkembangan anak sangat penting untuk kita pantau baik pertumbuhan secara fisik , perkembangan mental Psikologis dan kemampuan motoriknya. Ada banyak sekali panduan yang bisa digunakan. Mulai dari bayi baru lahir hingga melewati masa Balita.
Jika keterlambatan pemantauan ini baru disadari ketika anak sudah berusia lebih dari 2 tahun maka upaya untuk mengejar ketinggalan tersebut agak sulit tetapi tetap bisa dilakukan dengan konsultasi pada tenaga kesehatan.