memendam ulat ulat yang terus bergelayut mesra di antara sampah
bagai emosi yang begitu dekat dengan manusia
dia kais satu persatu hartanya
dari timbunan gunung yang tak jua wangi
dari ampas ampas rumah tangga yang terus bertambah
dari pemborosan akan barang tak berguna
dari kemubaziran harta benda tetangga
dari luapan sifat dunia mereka
tapi itu semua hartanya
sampah semua orang adalah hartanya
tempatnya mencari nafkah
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!