Mohon tunggu...
Bianda Ajriyani
Bianda Ajriyani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mahasiswa UMN

Be the one

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Untuk Sahabatku

5 Oktober 2019   22:54 Diperbarui: 5 Oktober 2019   22:52 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dia pasti ingin bercerita tentang lelaki yang dia sukai. Dia bercerita kepadaku tentang semua yang ia alami di hari itu.Walaupun Sasa bercerita kepadaku, aku tak begitu berharap banyak pada Sasa untuk menjadi sahabatku. Kurasa semua sama. Tak ada yang setia menemaniku. Kadang aku merasa hanya dimanfaatkan olehnya. Jika mereka membutuhkanku, aku didekati. Begitu sebaliknya, aku ditinggalkan kembali. Aku sudah terlalu biasa dengan disakitin dalam hal persahabatan seperti ini, hanya bisa menerima seadanya disaat ada seseorang yang ingin berjumpa untuk bercerita dengan ku. Kemudian Sasa langsung membuka pembicaraan

"Mel, kenapa ya, Nina jadi jauh. Padahal udah deket banget sama dia. Dia yang dulu paling mengerti. Sekarang berubah"

Sasa memberitahuku tentang  Nina yang begitu dekat dengannya, dulu. Sekarang ia lebih sering cerita padaku. Entah mengapa mereka jadi menjauh begitu. Dalam benakku, aku berkata "Bukan kamu saja Sa, aku juga sedang mengalami perasaan dan hal yang sama. Andai kamu mengetahui hal ini" Setelah Sasa mengakhiri pembicaraan, aku langsung menasehati nya

"Yah, Sa. Jangan merasa sendirian gitu dong," balasku tersenyum, "Kalau kamu sadar Sa, Tuhan kan selalu bersama kita. Kita ngga pernah sendirian. Dia selalu menemani kita," kata-kata itu begitu saja mengalir dari bibirku tanpa memikirkan perasaanku sendiri disaat itu.

Lalu tersadar. Kata-kata itu juga tepat untukku. Aku pun mendapatkan solusi bagi masalahku sendiri. Lalu Sasa tiba-tiba memelukku dengan begitu erat, sehingga saat aku ingin melepaskannya pun tak mampu melakukannya.

"Maaf ya, Mel. Seharusnya aku sadar. Selama ini tuh yang selalu nemenin , dengerin ,dan  ngga pernah kesel sama aku itu kamu. Kenapa baru sadar sekarang, saat kita sebentar lagi berpisah"

Sasa tidak kuasa menahan tangisnya. Aku merasakan kehampaan sejenak. Akupun ikut menangis. Kemudian aku melepaskan pelukannya .

Kami tersenyum bersama. Sekarang aku mempunyai sahabat yang menemaniku. Kami duduk dan tertawa bersama sambil meminum teh manis yang hangat dan menceritakan banyak hal. Perasaanku sejernih embun pagi saat itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun