Mohon tunggu...
Lala Okkyania
Lala Okkyania Mohon Tunggu... -

Lagi selalu mengejar mimpi. Man Jadda wajadda. Jika kamu berusaha pasti kamu akan berhasil. "Jangan pernah remehkan kekuatan mimpi setinggi apapun itu, karena sungguh Tuhan Maha Mendengar." Saya percaya itu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Saya, Dia dan William Harry Harrison

17 November 2009   05:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:18 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya merindukan saat-saat itu..

Saat ketika saya berusaha menenangkan diri saya atas ketakutan pikiran yang saya hadapi.. Dan dia yang hadir walau dengan tulisan dan cerita-cerita pancingannya sanggup membuat saya tegak kembali, membuat saya yakin bahwa saya akan baik-baik saja..

***

“ Kamu tw William Harry Harrison, Bi?”

“ Eum…” dengan cepat saya membuka opera mini saya menuju engineer search sambil mengetik cepat kata William Harry Harrison. “ Tu nama Jendral Perang Amerika yang mimpin pembantaian suku Indian terbesar ya..?

“ Bukan.. Dia tu seorang anak yang suka nari-nari kayak orang gila..”

Saya masih mencoba mencari subjek tersebut dalam mesin pencari, saya tidak ingin mengecewakannya dengan jawaban bodoh yang akan merusak suasana ini.. Tapi nama itu tidak pernah menghasilkan sesuatu yang saya butuhkan.

“ Dia tokoh fiksi atau nyata c?” Saya menanyakan hal tersebut mengingat dia sering sekali mengambil contoh peran suatu tokoh dalam sebuah film. Tokoh Will Smith dalam Pursuit of Happiness contohnya.

“ Dia nyata. Dia seorang anak yang sangat miskin, saking miskinnya setiap pulang sekolah dia pasti ngamen di taman kota dengan nari-nari kayak orang gila. Dia nglakuin itu karena dia ga punya skill sama sekali. Tapi anehnya setiap dia dikasi uang sama orang misalnya ada 10, 50, 100 sen, dia pasti ambil bilangan yang terkecil. Menurut kamu dia bodoh ga?”

……………………………

“ Enggak..”

“ Kenapa, padahal gurunya yang tau dia kayak gitu sampe marah-marah lho ke dia dan ngajarin dia bahwa uang 100 dan 20 itu lebih besar dibandingkan uang 10 sen…”

Saya tidak bisa memberikan alasan ke dia kenapa saya bilang dia tidak bodoh, saya hanya tw bahwa siapa pun William Harry Harrison yang dia maksud, dia bukan orang sembarangan untuk diceritakan.

“ Ok, kamu tw… Si William ini jawabnya gini, kalo saya ambil uang yang besar lalu apa yang membuat tarian saya lucu buat mereka? Karena saya selalu ambil uang yang terkecil maka mereka masih mw memberi saya uang dan menonton tarian saya.. Cerdas sekali cara dia berpikir.”

…………………………..

“ Bi, tidak semua peperangan itu harus kita menangkan, akan lebih baik kalau kita mengalah, bersabar dan menentukan menyusun kemenangan besar kita sendiri..

Kamu tw siapa William Harry Harrison itu?”

…………………………..

“ Presiden USA?” jawab saya tanpa berpikir panjang.

“ Iya, bertahun-tahun kemudian anak kecil yang suka menari nari kayak orang gila itu dilantik jadi Presiden USA. Bukan cerita mereka yang hebat, Bi… Tapi kemampuan mereka bertahan dari hidup itu yang membuat kisah mereka jadi luar biasa..”

Saya memandangi jawabannya saat itu. Diam, nyaris menangis karena semua hal yang ada di kepala saya dan juga malu untuk terus-terusan terpuruk. Tapi saya yakin dia tidak tau.

“ Aku punya banyak kisah inspiratif yang pasti akan bikin kamu seneng dengernya, tpi di sini aku cuma mw bilang, seburuk apapun keadaanmu, ga akan itu berubah menjadi lebih buruk kalo kamu sendiri ga ngijinin hal itu semakin buruk.”

***

Percakapan itu berhenti sampai di situ. Beberapa bulan setelahnya tanpa direncanakan saya mengetahui sendiri kisah tersebut, dan nama Presiden itu adalah William Henry Harrison, saya bahkan tidak berani memberi tahu kalo dia menyebut nama yang salah.

Saya selalu mengingat apa yang dia katakan, walau tidak semuanya bisa saya lakukan, tapi itu cara saya untuk tetap terhubung dengannya.

Sejak itu pula saya belajar mengendalikan rasa rindu saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun