Menurut Hurlock (1999) menyebutkan ada 3 bentuk pola asuh diantaranya,
1. Pola Asuh Otoriter
Sifat dari pola asuh otoriter ini keras dengan cara pengasuhan mengatur dan memaksa. Pola asuh ini biasa disebut strict karena tuntutan orang tua terhadap  anaknya  untuk menuruti segala kemauan dan perintahnya. Saat anak tumbuh remaja, pola pengasuhan ini akan menyebabkan remaja menjadi trauma karena kerasnya didikan, stress, bahkan depresi.Â
Apabila diterapkan pola asuh otoriter, akan membuat remaja merasa dikekang sehingga kesehatan mental dari remaja tersebut dapat terganggu. Sikap orangtua yang mengekang menyebabkan keadaan remaja semakin tidak dapat mengekspresikan emosionalnya dengan baik.Â
Dampak lain dari pola asuh otoriter, menyebabkan remaja berusaha mengindari temannya bahkan anggota keluarganya sekalipun. Perilaku remaja yang menyendiri tersebut dianggap wajar oleh orang tua, padahal itu merupakan salah satu bentuk terganggunya mental emosional.Â
Efeknya, remaja akan selalu bertopang kepada orang lain, sulit untuk mengambil keputusan sendiri, dan tidak memiliki pendirian. Misalnya remaja dengan pola asuh otoriter lebih memilih untuk menghindar dari orang tuanya karena merasa mental akan lebih aman jika menjauh dari paksaan orang tua.
2. Pola Asuh Permisif
Yang mana menekankan kebebasan pada anak dalam melakukan kegiatan, sedangkan orang tua kurang memedulikan perkembangan anak. Perkembangan anak dominan berasal dari lembaga formal. Bentuk pola asuh ini cenderung memperbolehkan anak melakukan apa saja, dan orang tua memberikan kehangatan (memanjakan).
Hal ini akan memengaruhi kesehatan mental remaja dimana lingkungan eksternal lah yang akan membentuk mental remaja tersebut. Jika remaja dapat menjaga diri dan mengendalikan emosinya, ia tidak akan terpengaruh pada lingkungan yang negatif.Â
Namun, jika remaja tidak dapat mengendalikan emosinya, justru ia akan terjerat pada lingkungan yang negatif yang akan membawa dampak buruk pada mental remaja. Remaja ini berada pada usia yang labil dan masih rentan terhadap sesuatu yang dialaminya.
3. Pola Asuh Demokratis