I
kau benar tentang teriakan yang menggema memekak malam
tentang gumam yang berkisah miris pada gerismis
dan tentang kertaskertas menifesto yang usang
aku berceloteh, ketika bising senapan dan meriam tepat dimalamku
merangkak cemas pelanpelan menemukan cahaya yang tak hendak padam
di kejauhan kudengar;
kami poetra dan poetri indonesia
mengakoe bertoempah darah jang satoe,
tanah air indonesia
II
pernah sekali pada detik yang diantara detaknya air mata tercurah
sajakku tertinggal dan lampulampu berpendar merah dan jingga
pula-ada yang termangu menanti siluet diujung senapan
dikejauhan kudengar;
kami poetra dan poetri indonesia
mengaku berbangsa jang satoe,
bangsa indonesia
III
disini semua gugur tak menyisa apaapa
dalam gigil yang berkabut dan katakata yang tak berucap
kami poetra dan poetri indonesia
mengjoenjoeng bahasa persatoean
bahasa indonesia
sungguh, hanya dikejauhan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H