2. Mereka pun bilang jika Pilkada via DPRP itu telah membunuh demokrasi rakyat Indonesia. Mereka berpendapat jika DPRD menentukan pemimpin daerah, maka selanjutnya tidak akan muncul orang-orang yang penuh kompetensi dari luar partai.
Saya akan coba menjawab dengan,
1. Ini sudah su'udzon bukan? Lagi, bukankah kalian semua yang memilih para DPRD yang nanti akan mewakili anda di berbagai daerah? Bagaimana bisa anda tidak percaya dengan wakil anda sendiri?
2. Pula, sudah tidak jamannya lagi orang tidak berkualitas hadir menjadi pemimpin daerah, utamanya di muka bumi Indonesia, kalaupun ada, banyak media untuk dapat mem-bully mereka baik secara personal maupun secara objektif. Dan itu akan 'berpengaruh' dengan perspektif para anggota DPRD dalam memilih pemimpinnya untuk kebaikan daerahnya masing-masing. Apakah ini tidak cukup? Lihat poin berikutnya,
3. Demokrasi Sudah Mati, Memang Hidupnya Kapan?
Point ini di tulis dan dijabarkan dengan cukup baik oleh "Baskoro Endrawan" yang bisa anda nikmati di sini.
Dan akhirnya, anda-anda juga yang memilih dan menentukan kualitas hidup anda yang juga akan (sedikit-banyak) berpengaruh pada negeri ini, "apakah anda akan selalu membuka mata, hati dan akal anda dalam setiap hadirnya sebuah konteks atau hanya akan seperti seorang 'Bagong' yang selalu ‘teriak-teriak’ tanpa substansi dan objektif dalam merespons setiap konteks." Monggo konco, monggo..
‪#‎BukanBagong‬ ‪#‎BukanPialaOskar‬ ‪#‎CumaGareng‬ ‪#‎AktornyaBukanSBY‬
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H