Mohon tunggu...
Bhayu M.H. Ketum NuN
Bhayu M.H. Ketum NuN Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bhayu M.H. sebagai Ketua Umum M.P. N.u.N.

Netizen untuk Negeri atau disingkat N.u.N. adalah komunitas lintas-agama, lintas budaya, lintas suku bangsa yang didirikan pada 4 Desember 2016. Niat kami adalah ikut berkontribusi bagi kemajuan bangsa. Fokus perjuangan kami adalah melawan intoleransi dan separatisme. Di account ini, Bhayu M.H. bertindak selaku Ketua Umum Musyawarah Pendiri (M.P.) dari N.u.N. Sekaligus merangkap sebagai Koordinator Utama Badan Pengelola Harian (Kortama B.P.H.). Pembuatan account ini adalah untuk membedakan antara Bhayu M.H. sebagai pribadi -yang mana accountnya sudah lebih dulu ada di Kompasiana- dengan sebagai Ketum N.u.N. Apalagi sejak Kemenkumham resmi mensahkan N.u.N. sebagai badan hukum perkumpulan pada 31 Mei 2021, maka setiap pernyataan Bhayu M.H. sebagai Ketum M.P. merangkap Kortama B.P.H. N.u.N. terbuka bagi publik serta dapat dikutip oleh media massa. Maka, diperlukan pembedaan tersebut sebagai bentuk kehati-hatian.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pemuda di Tengah Kepungan Radikalisme

28 Oktober 2021   22:05 Diperbarui: 28 Oktober 2021   23:48 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk membantah Samuel Huntington dengan tesisnya "Clash of Civilization", Indra melanjutkan, bahwa Anwar Ibrahim juga pernah mengambil contoh Indonesia. Menurut Anwar, Indonesia adalah contoh nyata bahwa Islam dan demokrasi bisa bersinergi.

Catatan Penulis

Dari statistik BPS yang dikemukakan Dr. H. Amar Ahmad, M.Si., kita tahu bahwa sebenarnya Indonesia tengah mengalami "bonus demografi". Indra Jaya Piliang juga sempat menyinggung hal ini. Sehingga, secara statistik, demografi penduduk Indonesia seperti "piramida granat" dengan jumlah penduduk usia produktif yang besar. Dan itu berarti pemuda.

Dari paparan keempat pembicara tersebut, sebenarnya dapat kita pahami bahwa kondisi pemuda di Indonesia saat ini berada di tengah kepungan radikalisme.  Pemuda rentan terpapar berbagai informasi negatif. Hal ini terutama karena maraknya teknologi informasi, termasuk media massa dan media sosial. Namun, hal itu bisa diantisipasi apabila kita bersama-sama melawannya dengan narasi positif. Nasir Abas mengingatkan bahwa teroris aktif melakukan edukasi, sosialisasi dan perekrutan melalui media sosial. Dan untuk menangkalnya, saran dari Yon Machmudi, pemerintah harus bergandengan tangan erat dengan berbagai unsur masyarakat. Termasuk akademisi dan ormas keagamaan.

Tentunya tidak sekedar dengan menyebarkan informasi belaka, tapi juga dengan kegiatan positif. Dengan demikian, pemuda dapat terhindar dari "radikalisme negatif" -meminjam istilah Indra Jaya Piliang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun