Dan dahulu di masa Sukarno, Indonesia menggetarkan dunia dengan menggagas Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung tahun 1955. KAA ini menginspirasi banyak negara Asia dan Afrika untuk merdeka dari penjajahan. Sukarno juga yang menggagas Gerakan Non-Blok, sebagai penyeimbang Blok Barat NATO dan Blok Timur Pakta Warsawa. Bahkan hingga kini, hanya Indonesia satu-satunya negara di dunia yang pernah dengan gagah-berani menyatakan keluar dari PBB.
Posisi Indonesia yang kuat di masa pemerintahan Sukarno itulah yang perlahan tapi pasti coba dipulihkan oleh Jokowi. Salah satunya dengan memperkuat sistem pertahanan kita. Di ASEAN saja, alutsista kita kalah jauh dari Singapura dan Vietnam. Jangan terpukau pada indeks Global Fire Power yang menempatkan Indonesia di peringkat belasan negara terkuat di dunia. Karena indeks tersebut memperhitungkan hal-hal lain selain alutsista, termasuk ketahanan pangan.
Pangan justru merupakan hal terpenting bagi manusia untuk bertahan hidup. Saat ini bangsa kita masih memiliki ketergantungan besar pada impor bahan pangan. Seharusnya sebagai negara agraris dan maritim, kita mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri. Mafia impor harus diberantas tuntas. Karena itu, CPWP yang memiliki program kemandirian bangsa paling kental sudah selayaknya didukung penuh oleh rakyat.
Masalah-masalah bangsa sudah pasti akan terlalu banyak dan tidak akan bisa ditampung dalam tulisan sependek ini. Satu yang pasti, mimpi rakyat sederhana saja: bisa hidup lebih baik dan mengusahakan penghidupan secara aman dan damai. Rakyat tahu, meski ada sebagian elit merasa tidak puas, kinerja pemerintahan saat ini sudah berada di jalur yang benar. Kalau istilah bahasa Inggris-nya: "on the right track". Maka, CPWP yang layak dipilih adalah yang bertekad melanjutkannya hingga tuntas. Bukan malah menghancurkan dengan merubahnya kembali ke belakang. Misalnya dengan menyatakan akan membatalkan kebijakan pemerintah saat ini.
Harapan saya, CPWP mendatang mampu mewujudkan cita-cita para Pendiri Bangsa yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Itulah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.
Wujudkan Indonesia Berlian 2045
Siapa pun pemimpin bangsa mendatang harus mampu mewujudkan kejayaan Indonesia. Target kita adalah pada tahun 2045, saat Indonesia merayakan 100 tahun kemerdekaannya. Bukan hanya "Tahun Emas", bahkan seharusnya lebih dari itu: "Tahun Berlian". Maka, posisi presiden hasil Pemilu 2024 ini sebenarnya merupakan "jembatan" yang menyiapkan tujuan besar bangsa kita itu.
Mungkin akan ada di antara kita -termasuk saya dan para pembaca tulisan ini- yang belum tentu masih hidup pada tahun 2045, 21 tahun lagi dari sekarang. Namun, dengan niat baik, kita harapkan semua kemajuan bangsa bagi ke-maslahat-an anak-cucu kita semua.
Di saat itu, kita harapkan Indonesia sudah jadi negara maju. Bukan hanya industri dan perdagangannya yang mewarnai dunia, tapi juga hasil-hasil alamnya dinikmati rakyat sendiri. Tentunya dengan tetap memperhatikan keselarasan dengan alam dan lingkungan. Indonesia sebagai surga dunia bagi hewan, tumbuhan, dan biota lainnya harus tetap dipelihara.
Kekuatan pertahanan dan keamanan kita juga sudah menjadi sepuluh besar terkuat di dunia. Termasuk di sini dengan membangkitkan industri dalam negeri, agar tidak tergantung terus pada negara lain. Kasus embargo negara produsen alutsista di masa lalu, harus dijadikan pelajaran penting.
Sektor pendidikan dan sumber daya manusia harus menjadi perhatian serius sejak sekarang, agar di tahun 2045 perguruan tinggi kita bisa masuk ke jajaran terbaik di dunia. Riset harus digalakkan, termasuk kerjasama pemanfaatan hasilnya dengan dunia kerja dan industri. Lembaga dan badan terkait harus diberi dana memadai hingga kelak kita bisa menciptakan inovasi tiada henti.