Mohon tunggu...
Bhayu MH
Bhayu MH Mohon Tunggu... Wiraswasta - WIrausaha - Pelatih/Pengajar (Trainer) - Konsultan MSDM/ Media/Branding/Marketing - Penulis - Aktivis

Rakyat biasa pecinta Indonesia. \r\n\r\nUsahawan (Entrepreneur), LifeCoach, Trainer & Consultant. \r\n\r\nWebsite: http://bhayumahendra.com\r\n\r\nFanPage: http://facebook.com/BhayuMahendraH

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Evaluasi & Resolusi

2 Januari 2015   14:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:59 1176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_387813" align="aligncenter" width="274" caption="Contoh resolusi awal tahun sederhana (Foto: cute-calendar.com)"][/caption]

Setiap akhir tahun yang segera diikuti awal tahun baru, kita terbiasa mendengar dan membaca dua kata itu: Evaluasi dan Resolusi. Kata pertama untuk menilai pencapaian kita di tahun yang ditinggalkan. Kata kedua untuk meneguhkan tekad mencapai cita-cita di tahun berikutnya. Kecuali keduanya merupakan bagian dari pekerjaan, seringkali sebagai insan kita menjadikan keduanya semata sebagai pemanis bibirbelaka. Padahal, sebagai manusia, kita juga harus punya target pribadi.

Seringkali target pribadi lebih mudah diwujudkan apabila divisualkan dalam bentuk material. Contohnya adalah keinginan memiliki rumah sendiri. Keluarga yang sudah menikah akan bisa merancang tahapan untuk mewujudkan target ini. Tetapi, biasanya akan jauh lebih sulit bila berupa hasil yang intangible atau uncountable. Contohnya adalah keinginan mengurangi berat badan bagi wanita dan menghilangkan kebiasaan merokok bagi pria.

Kenapa?

Karena kita seringkali tidak melihat manfaat langsung dari target itu. Maka, tak jarang di akhir tahun kita mendapati bahwa target atau istilah kerennya “resolusi” yang kita tetapkan tahun lalu sama sekali tidak tercapai. Manusia memang sangat mudah memaknai “kebendaan” atau “materialisme”, sementara sulit memberi nilai pada selainnya.

Maka, berilah manfaat yang sifatnya materialisme sekedar sebagai manifestasi untuk memperjelasnya. Contoh, untuk memotivasi agar berat badan bisa berkurang kita bisa membeli lebih dulu pakaian yang ukurannya di bawah ukuran tubuh kita sekarang. Atau mudahnya, pakaian untuk orang yang lebih langsing. Kalau pun tidak mau membeli dulu, bayangkan bahwa Anda akan bisa lebih leluasa memilih pakaian yang diinginkan.

Di samping itu, seringkali kita sendiri berlaku tidak jujur dan tidak adil kepada diri sendiri. Apa cirinya?

Sederhana sebenarnya. Penegakan sistem hadiah dan hukuman atau bahasa Inggrisnya reward and punishment. Kepada diri sendiri, kita seringkali bersikap permisif.

Contoh sederhana adalah penggunaan kata “ah, nggak apa-apa, kan Cuma sedikit/sebentar/sementara.” Padahal, itu adalah satu bentuk pembiaran yang tidak boleh diterapkan. Coba saja bayangkan kalau di kantor tempat Anda bekerja ada orang yang melanggar peraturan dan dibiarkan seperti itu. Apa yang akan terjadi? Orang itu akan melanggar lagi. Dan kelak malah jadi contoh buruk bagi yang lain. Bisa jadi akan ada banyak teman sekantor lain yang mengikutinya karena melihat tindakan salah tetapi tidak dihukum. Kita bisa melihat dengan jelas contoh ini di jalan raya kita. Banyak sekali pelanggaran lalu-lintas berlangsung begitu saja karena tidak adanya hukuman jelas dan pasti,. Itulah yang harus kita lakukan terhadap diri sendiri. Apabila kita melakukan kesalahan, maka sudah pasti harus adahukuman setimpal. Tetapkan hukuman bagi diri anda sendiri dan pastikan itu terlaksana.Contohnya Anda bisa menghukum dengan tindakan fisik seperti berolahraga lebih lama atau non-fisik seperti tidak makan di restoran sebulan.

Ketika anda melakukan hal baik atau positif pun, sudah pasti Anda harus memberikan hadiah bagi diri sendiri. Tidak usah besar dan mahal, misalnya Anda bisa membeli barang yang sudah lama diidamkan atau berlibur ke tempat yang sedikit lebih jauh.

Buat semacam pakta atau surat perjanjian bagi diri sendiri. Dalam hal ini,. Anda bisa melibatkan pasangan, sahabat atau teman untuk mengawasinya.

Selain itu, alangkah baiknya bila Anda bekerja, bisa mencontek sistem penilaian SDM atau pegawai di kantor. Ada banyak parameter kunci di sana, yang disebut Key Performance Indicator. Biasanya, pegawai diminta mengisi sendiri lantas kemudian dinilai oleh atasan langsung. Buat “raport” untuk diri sendiri dan beri angka berupa skala, 1 sampai 5 misalnya.

Ini adalah sekedar contoh saja dari tabel evaluasi yang juga bisa jadi tabel resolusi diri. Tentu Anda bisa memodifikasinya sendiri.

Nama Pencapaian

Target

Hasil Akhir

Keterangan

Dapat pacar baru

Februari

Gagal Total

Sibuk

Beli kamera baru

April

Dipercepat Maret

Utk dokumentasi wisuda S-2

Membeli mobil baru

Juni

Tercapai Agustus

Baru dapat kredit

Kursus bahasa Mandarin

Juli

Sudah daftar sejak Mei

Masih kursus

Turun berat badan 5 kg

Juli

Tercapai November

Tidak disiplin diet + olahraga

Skor TOEFL 550

Agustus

Tercapai September

Tes diundur

Beli apartemen baru

Oktober

Ditunda, waktu tak tentu

Skala prioritas, dana tak cukup

Promosi jadi Manager

November

Tercapai Oktober

Manager lama resign

Liburan Tahun Baru ke NY

Desember

Batal

Dana tidak cukup

Dari evaluasi kita tahun ini, kita bisa mendapatkan gambaran mengenai tahun depan. Demikian pula sebaliknya, dengan resolusi yang kita canangkan, kita bisa membuat target sepanjang tahun.

Jangan sampai kita menuliskan resolusi kita tahun 2015 seperti ini:


“Resolusiku di tahun 2015 adalah melaksanakan resolusi 2014 yang tidak tercapai dan dituliskan tahun 2013, yang sebelumnya pernah direncanakan tahun 2012 dan dipikirkan tahun 2011, walau sudah dibayangkan sejak tahun 2010.”

Duh! Kacau benar kalau begitu! Jangan sampai kita begitu ya ;)

* Penulis adalah LifeCoach

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun