Mohon tunggu...
Guruh burhanto
Guruh burhanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bismilah

Berusaha menjadi baik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cita-Cita itu bernama Indonesia

8 Desember 2022   23:27 Diperbarui: 9 Desember 2022   01:17 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tidak lama lagi dunia memasuki usianya yang baru yaitu usia 2023 tahun masehi. Tapi umur peradaban manusia sudah 10.000 tahun lebih, jika umur spesies humanoid, sudah lebih dari 1 juta tahun. Tak kerasa udah 1 juta tahun aja. Selama umur yang begitu panjang itu, peradaban selalu silih berganti dan berevolusi. Jika kita perhatikan sejarah itu, sejarah itu sebagian besar dirubah oleh kalangan tertentu. 

Siapa kalangan itu? Yaitu kalangan yang memiliki privilege.  Bahkan revolusi revolusi komunis, kalau kita telaah kita akan menemukan bahwa penggerak revolusi itu adalah kalangan yang memiliki privilege. Pendidikan, kekayaan, koneksi jaringan, atau lainnya. Revolusi rusia, revolusi kuba, revolusi Indonesia, bahkan pasukan revolusi di one piece punya privilege keturunan D. 

Di usia yang 2023, kalangan kita memang bisa membuat perubahan dengan berserikat atau menggunakan kekuatan sosial media. Namun, serikat-serikat,organisasi organisasi seringkali menjadi kaki tangan penguasa dan pengusaha. 

Kita kerja keras, banting tulang, berserikat berserikat, membuat organisasi, tapi dibenturkan satu sama lain, di adu domba, dan berkorban banyak untuk melawan sesama dan yang di atas. Akhirnya, hilang banyak.

Ketika merujuk pada Indonesia. Kita lupa bahwa Indonesia adalah fiktif. Hanya imajinasi bersama yang kita sepakati. Ya, Indonesia adalah ada dalam alam pikir manusia, tidak ada di hewan atau tumbuhan. Dia adalah sosok yang ada hanya di dunia ide. Maka, Indonesia adalah ide, sebuah cita cita bersama yang pondasinya di bangun oleh para pendiri bangsa. Semua grand desain yang dirancang dengan berbagai aliran pemikiran.

Namun kini, Indonesia dilupakan, seakan udah selesai. Udah ada bentuknya. Padahal cita cita Indonesia belum terlaksana. Apa yang terwujud adalah Indonesia yang dimiliki oleh kalangan tertentu, bukan milik bersama, dan dengan rasa kepemilikan bersama.

Ketika ada urusan bersama dan publik
"Ah, yaudalah, itukan urusan dia! Bukan urusan gue"..
Berkembang ke
"Ah, itumah urusan pemerintah, kan mereka udah di gaji dari pajak"

Akhirnya apa apa saling menyalahkan, saling melemparkan tanggung jawab. Bahkan generasi sekarang akhirnya menyalahkan generasi terdahulu.  Kita dilahirkan pada masa sekarang adalah karena Tuhan tau, kita sanggup hidup d masa sekarang dan bisa membuat perubahan.

Hidup memang berat banget, mikirin diri sendiri aja cape banget. Bahkan mungkin di zaman sekarang, kalau bunuh diri itu ga dosa, pasti banyak yang bunuh diri. Mikirin hidup diri sendiri aja cape banget, apalagi mikirin hidup orang lain, apalagi masyarakat, apalagi negara, apalagi dunia. Ah, udahlah.

Pada akhirnya pikiran pesimis,mengalahkan,melempar tanggung jawab, dan egois menjadi lingkaran syetan yang membuat kita tidak menghasilkan apa apa dan membuat kondisi semakin buruk.

Membuat pesimis, mending nyari uang banyak untuk diri dan keluarga, urusan negara dan bangsa, urusan yang punya banyak uang aja. Akhirnya.. Karena pola pikir ini dan merasa ga ada feedback apa apa dari bangsa dan negara, dan sudah capek dengan mencari uang, yaudah mending kerja aja, yang penting bisa hidup. Bahkan karena memikirkan diri sendiri dan keseringan dibenturkan satu sama lain dan faktor-faktor lainnya yang begitu banyaknya. Kehilangan jiwa nasionalis, jiwa saling memiliki dan sebangsa setanah air.

Padahal.. Indonesia adalah bukan negara yang udah selesai, tetapi sebuah cita cita, sebuah ide bersama yang terus  harus dijaga dan diwujudkan dari generasi ke generasi seperti tongkat estafet. Perubahan dari kalangan menengah kebawah seperti kita memang perlu usaha menyakitkan dan banyak pengorbanan, tapi usaha kecil dan pengorbanan kecil namun banyak bisa memberikan arti. 

Kembali ke topik, lalu, bagaimana kalau kalangan yang memiliki privilege?  Dahulu, para nabi dan rasul selalu dari kalangan yang memiliki privilege. Hal tersebut memberikan pengaruh yang cukup untuk membuat masyarakat percaya. Perubahan perubahan besar akan memiliki dampak yang besar apabila dibuat oleh orang besar. Namun, kini, upaya upaya untuk menyelamatkan bangsa sudah hampir sulit jika yang memiliki privilege berupa power terhadap bangsa dan negara justru mematikan orang-orang kecil seperti kita.  

Misal, bagaimana kita sudah puluhan tahun menuntut perubahan dengan cara cara yang konvensional terhadap UU? Misalnya RKUHP? Perubahan UU 12 tahun 2011? UU Minerba? UU cipta kerja? Bisakah kita sekarang bersatu dan menurunkan ego serta nafsu untuk bersama menyelamatkan bangsa?

Sekarang, sebagai sesama orang kecil, kita memang disibukkan dengan mencari uang, hanya sekedar untuk bisa bertahan hidup. Tapi, bukan berarti kita ga bisa buat perubahan. Kita gunakan privilege kita. Sosial media, bersatu, berserikat, berdamai dengan diri sendiri dan yang lain serta cara cara lain. Cita cita bernama Indonesia masih bisa diselamatkan setidaknya agar kelak anak cucu kita bisa melihat bahwa Indonesia adalah sebuah cita cita dan milik bersama, bukan milik pengusaha atau penguasa saja. 

..Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu bangsa sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu bangsa, maka tak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia". (Q.S. Al-Ra'du, 13:11).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun