Kondisi ekonomi Indonesia saat itu yang melemah, diperburuk dengan pudarnya kepercayaan masyarakat dan pasar kepada kesehatan Presiden Soeharto yang kian memburuk.Â
Hal tersebut melahirkan ketidakpastian mengenai suksesi kepemimpinan nasional. Selain itu, ketidakpastian pemerintah dalam mengambil sebuah kebijakan semakin mempercepat efek krisis moneter. Tak heran, sikap tak pasti yang dilakukan pemerintah akibat dari besarnya utang luar negeri yang jatuh tempo, kondisi perdagangan internasional yang kurang menguntungkan serta kekeringan parah yang terjadi dalam 50 tahun terakhir akibat bencana La Nina.
Dengan berbagai kemelut ekonomi - politik yang terjadi, pemerintah memikirkan berbagai upaya atau jalan keluar agar krisis yang sedang terjadi ini segera terselesaikan.Â
Salah satu upaya yang diambil oleh pemerintah adalah dengan memperbaiki sistem perbankan. Adanya praktik tidak sehat yang dijalankan oleh bank, lemahnya penegakan hukum, serta independensi bank sentral menjadi pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan agar krisis ekonomi segera berakhir.Â
Untuk itu, pemerintah bersama IMF sepakat untuk menutup beberapa bank bermasalah dan membentuk BPPN (Badan Penyehatan Perbankan nasional) guna merestrukturisasi perbankan nasional.Â
Selain memperbaiki bank nasional, pemerintah juga restrukturisasi utang swasta. Dengan adanya restrukturisasi ini, posisi likuiditas perusahaan bisa terjaga sehingga minim PHK. pada januari 1998, pemerintah turut serta dalam menyelesaikan utang yang ada. Hal tersebut dapat dilihat saat Penyelesaian Utang Luar Negeri Swasta mencapai kesepakatan untuk pembiayaan perdagangan, pinjaman perusahaan swasta dan penyelesaian pinjaman antar bank.Â
Selain fokus dalam perbaikan perbankan dan sektor swasta, pemerintah juga menaruh perhatian kepada ekonomi secara makro kala itu. Salah satu upayanya berupa pelonggaran APBN guna membantu masyrakat miskin. Â Defisit APBN hingga 8,5% di PDB digunakan untuk Jaringan Pengamanan Nasional dan penyediaan kebutuhan pokok.
Dengan melihat semua runtutan kejadian reformasi, hingga meledak pada Mei 1998 kita dapat belajar banyak dalam fenomena tersebut. Mulai dari kebijakan moneter yang diambil pemerintah agar menguatkan kembali rupiah terhadap dolar, upaya membantu masyarakat yang berada di ambang kemiskinan, hingga tumbangngnya razim yang telah berkuasa lebih dari 32 tahun tersebut.Â
Sikap tanggap bencana dan cepat sangat diperlukan untuk mengatasi gelombang krisis moneter yang memutus jutaan mata pencaharian masyarakat indonesia tersebut. Mei 1998 merupakan kebangkitan Indonesia dari keterpurukan sistem politik, ekonomi dan rezim yang korup.Â
Namun, kebangkitan ini tidak luput dari keterpurukan yang melanda hingga menyebabkan korban jiwa maupun harta benda. Peristiwa ini juga menjadi sejarah juga pengingat agar tidak ada lagi krisis di Indonesia, baik ekonomi maupun politik. Juga menjadi pengingat agar selalu melihat semua kesempatan dengan cerdas dan cermat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H