Mohon tunggu...
Bey Aptiko Istiqlal
Bey Aptiko Istiqlal Mohon Tunggu... Lainnya - Mager produktif

Pengen ketagihan nulis sama baca kitab berjilid-jilid:)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kitab Tafsir Al-Ibriz

25 Desember 2021   05:00 Diperbarui: 25 Desember 2021   05:05 733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PENDAHULUAN

Alquran adalah kitab suci umat Islam di dunia. Di dalamnya terdapat 114 surah, 6.214 ayat, yang terhimpun dalam 30 juz dan 60 hizb. Beberapa ilmu-ilmu pokok kebahasaan seperti ilmu nahwu, sharaf, balaghah, dan mantiq lahir dari rahim Alquran. Selain itu pula, kitab suci ini memiliki cabang-cabang keilmuan yang beragam. Ilmu-ilmu tersebut ada yang berfungsi sebagai pengantar atau washilah untuk mengetahui makna-makna yang terkandung di dalamnya.

Salah satu ilmu mayor Alquran yang sering dikaji semenjak kelahirannya hingga kini adalah ilmu tafsir. Tujuan utama ilmu ini adalah untuk menerjemahkan bahasa langit (Alquran) ke bahasa bumi (bahasa manusia). Dalam menerjemahkan kalam Ilahi menggunakan ilmu tafsir, terdapat beberapa corak dan metode yang beragam. Sebagai mana Alquran yang bersifat sesuai pada setiap situasi dan kondisi, seperti itu pulalah produk penafsirannya.

Mansuknya Islam ke tanah Nusantara khususnya Indonesia menyebabkan ilmu tafsir juga dengan mudahnya masuk ke mari. Ilmu tafsir bukanlah sebuah hal yang baru di bumi Nusantara ini. Tercatat beberapa ulama Nusantara pernah melakukan penafsiran terhadap ayat-ayat suci Alquran. Bahkan beberapa di antaranya melakukan penafsiran seluruh ayat Alquran. 

Corak, metode, bahkan bahasa yang digunakan oleh penafsir satu dengan penafsir di Nusantara yang lain juga tidak jarang sering mengalami banyak perbedaan. Hal ini juga yang menjadikan khazanah penafsiran Nusantara ini semakin unik serta menarik untuk dikaji. Tercatat salah satu produk tafsir karya KH. Bisri Musthofa merupakan salah satu jenis tafsir ulama Nusantara yang menarik untuk dikaji. Bagaimana tidak? KH. Bisri Musthofa dalam menafsirkan ayat-ayat suci Alquran tidak menggunakan bahasa Arab atau bahasa Indonesia sebagai pengantarnya. Beliau menggunakan bahasa Jawa dengan aksara Arab pegon untuk menafsirkan ayat demi ayat yang terdapat dalam Alquran.

BIOGRAFI KH. BISRI MUSTHOFA

KH. Bisri Musthofa merupakan ayahanda dari KH. Musthofa Bisri (Gus Mus) dan KH. Cholil Bisri (ayahanda Gus Yahya Cholil Staquf dan Gus Yaqut Cholil Qoumas). Sosok KH. Bisri Musthofa selain dikenal sebagai kiai, beliau juga dikenal sebagai budayawan, politisi, penulis, hingga salah satu pejuang kemerdekaan NKRI. Beliau lahir pada tahun 1914 di Pesawahan, Rembang, Jawa Tengah. 

Beliau merupakan seorang putra dari pasangan KH. Zainal Musthafa dan Nyai Siti Khadijah. Nama lahir beliau adalah Mashadi yang kemudian diganti dengan nama Bisri setelah beliau menunaikan ibadah haji pada tahun 1923 M bersama ayah, ibu, serta saudaranya. Ketika hendak kembali ke tanah air dari pelabuhan di Jeddah, ayah beliau wafat disebabkan sakit yang dialami beliau.

Sekembalinya dari tanah suci, beliau melanjutkan pendidikannya dengan mengaji di beberapa pesantren yang ada di Jawa Tengah khususnya di Rembang. Semasa hidupnya, beliau juga pernah belajar kepada Kiai Ma’shum, sahabat karib KH. Hasyim Asy’ari. Selain itu, beliau juga mengkaji ilmu-ilmu agama hingga ke Jawa Timur, tepatnya ke tempat Kiai Dimyati Pacitan, Jawa Timur.

Selain belajar dengan ulama-ulama di tanah Nusantara, beliau juga melanjutkan pendidikan agamanya ke beberapa ulama besar di negeri Hijaz. Tercatat pada tahun 1936 beliau hijrah ke Makkah untuk mengambil ilmu kepada ulama-ulama seperti Sayyid ‘Alawi al-Maliki (ayah dari Sayyid Muhammad bin ‘Alawi al-Maliki; guru dari ulama-ulama besar di  Indonesia), Syekh Hamdan al-Maghribi, KH. Bakir, dan masih banyak lagi.

Beliau wafat pada tanggal 16 Februari 1977 pada usia 63 tahun.[1]

 KITAB TAFSIR AL-IBRIZ

 Menulis telah menjadi bagian hidup dari KH. Bisri Musthofa. Dengan banyaknya pengalaman serta ilmu yang beliau dapatkan setelah belajar kepada ulama-ulama tersebut menjadi salah satu pendorong beliau untuk produktif dalam menulis. Karya-karya yang beliau tulis meliputi banyak kedisiplinan ilmu seperti ilmu tauhid, fiqh, tasawuf, hadis, hingga ilmu Alquran. Beberapa judul karya beliau yang. Karya paling fenomenal yang pernah beliau tulis adalah kitab Tafsir al-Ibriz. Tafsir ini beliau tulis menggunakan bahasa Jawa dengan aksara Arab pegon.

 SISTEMATIKA DAN KARAKTERISTIK PENAFSIRAN TAFSIR AL-IBRIZ

 Ketika kitab ini dibuka, akan terlihat di kitab ini ayat-ayat Alquran ditulis di dalam kotak dengan diberi makna gandul di bawahnya. Sedangkan bagian hamish atau pinggirnya dipakai untuk menulis tafsir bahasa Jawa yang ditulisdengan huruf Arab pegon laiknya bahasa Parsi. Meskipun kitab ini terpisah menjadi beberapa jilid (tergantung percetakan), akan tetapi penomoran halamannya senantiasa menyambung hingga jilid akhir.

 Adapun tingkatan bahasa Jawa yang digunakan dalam tafsir ini adalah bahasa Jawa ngoko dengan campuran beberapa istilah Indonesia supaya lebih mudah untuk dipahami dan menghilangkan jarak psikologis dalam komunikasi dengan pembacanya. Dalam kitab ini juga disematkan beberapa gelar khas Jawa seperti Gusti sebelum menyebut asma Allah, Kanjeng sebelum menyebut Nabi Muhammad SAW, ngersane sebelum perkara yang diagungkan, dan menambah kalimah Dewi atau Siti pada nama perempuan dalam beberapa ayat qasas.

 METODE PENULISAN TAFSIR AL-IBRIZ

 Jika dilihat dari penjelasan beliau terhadap ayat-ayat Alquran yang disusun sesuai urutan tertib mushaf, maka dapat disimpulkan bahwa beliau menggunakan metode tahlili dalam menafsirkan ayat-ayat Alquran. Penjelasan makna-makna ayat tersebut berupa penjelasan umum atau makna kata, susunan kalimat, asbab al-nuzul, serta beberapa keterangan dari Nabi.

 PENDEKATAN SERTA CORAK PENAFSIRAN TAFSIR AL-IBRIZ

 Pendekatan dan corak yang digunakan oleh KH. Bisri Musthofa dalam menafsirkan ayat-ayat dalam Alquran adalah al-adabi al-ijtima’i atau pendekatan yang memfokuskan kajiannya kepada kajian sosial kemasyarakatan. Disimpulkan demikian jika dilihat melalui penjelasannya terhadap makna-makna Alquran dengan uraian singkat dan bahasa yang mudah dicerna. Meskipun demikian, tafsir ini juga memiliki kecenderungan pada corak fiqhi dan tasawuf. Akan tetapi beliau menyajikannya dalam bentuk yang sesederhana mungkin sehingga mudah untuk diterima oleh masyarakat Jawa sebagai pembaca.

 RUJUKAN TAFSIR

 Rujukan yang beliau gunakan dalam penafsiran juga banyak yang sulit bahkan tidak ditemukan dalam sumber rujukan penafsiran tafsir bi al-ma’tsur. Maka, dapat disimpulka  pula bahwa tafsir yang beliau karang ini tergolong kepada tafsir dengan rujukan analogi atau bi al-ra’y.

 PENUTUP

 Tafsir al-Ibriz merupakan karya fenomenal yang sering dikaji di pesantren-pesantren tanah Jawa. Tafsir ini ditulis oleh ayahanda Gus Mus; KH. Bisri Musthofa yang merupakan salah satu pahlawan yang banyak jasanya untuk NKRI dan khususnya agama Islam. Tafsir ini beliau tulis dengan menggunakan bahasa Jawa dan aksara Arab pegon.

 

Metode penafsiran yang beliau gunakan dalam menafsirkan Alquran dalam tafsir al-Ibriz ini adalah metode tahlili, yaitu metode yang menjelaskan Alquran dengan urutan mengikuti tartib mushaf. Pada bagian bawah dari ayat-ayat Alquran, beliau menyusun maknanya dengan menggunakan makna gandul, dan pada bagian hamish atau tepinya beliau gunakan untuk membahas makna ayat dengan lebih rinci dengan pendekatan fiqhi, sufhi, serta al-adab al-ijtima’i.

 

Dalam tafsir ini, beliau banyak menggunakan rujukan akal atau bi al-Ra’y untuk menafsirkan ayat-ayat Alquran. Beliau juga mencantumkan beberapa istilah Jawa yang umum digunakan oleh umat Islam seperti Gusti, Kanjeng, ngersane, dan Dewi atau Siti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun