Lir-ilir, lir-ilir, tandure wes sumilir
Tak ijo royo-royo, tak sengguh temanten anyar
Cah angon, cah angon, penekno blimbing kuwi
Lunyu-lunyu penekno kanggo mbasuh dodotiro
(Diciptakan oleh Kanjeng Sunan Kalijaga)
Beberapa waktu lalu, Bermodal tumpangan mobil teman, pergilah saya berbelanja ke kota sebelah yang supermarketnya kebetulan menjual cabe segar. Di deretan buah-buahan tak sengaja melihat buah bernama Karambola. Usut punya usut, Karambola ini ternyata Bahasa Jermannya dari buah Blimbing. Buah-buah khas Asia memang cukup langka ditemukan di pasaran Jerman. Dalam banderol tertuliskan bahwa buah tersebut diimpor dari Malaysia. Yang membuat saya takjub bukan main, dalam karton diatas keranjang Karambola tersebut bertuliskan 1 Stuck = 1.99. yang artinya adalah satu biji dari buah Blimbing tersebut dihargai hampir 30.000 rupiah. Siji sak ndil, sak nyil. Inilah buah termahal yang pernah saya temui selama tinggal disini. Sehingga bisa memakan buah Blimbing (Star-fruit-bahasa Inggris) disini, jelas Anda tercatat sebagai orang “kaya”.
Di tengah kekagetan itu saya bertanya kepada teman yang juga Peranakan Warga Jerman kenapa bisa se-biji dihargai sampai semahal itu. Dijawablah selain buahnya Eksotis, Unik, Cantik juga fresh. Ulala, di Indonesia Buah Blimbing jatuh-jatuh sampai busuk tak sempat dimanfaatkan dengan maksimal.
Buah Blimbing sendiri bermula dari Negara Indonesia, Srilangka, dan India yang kemudian menyebar ke penjuru Asia Tenggara, Republik Dominika, Brasil, Peru, Ghana, bahkan Amerika Serikat di sekitar Hawai dan Florida. Di Myanmar, buah ini digunakan untuk membuat Acar dan di Negara lain ada yang menggunakannya untuk membuat Wine.
Pohon khas daerah Tropis ini tidak memerlukan banyak sinar matahari dan penyebaran benihnya dibantu oleh Lebah. Buah Blimbing menyediakan 31 kalori yang jauh lebih rendah daripada untuk buah-buahan tropis lain, sejumlah nutrisi penting, antioksidan, vitamin A, vitamin B6, vitamin C, vitamin E, Protein, Karbohidrat, Kalsium, Kalium, sodium, seng, asam pantotenat, tembaga, besi, gula, serat, folat, dan kalori.
Sedang khasiatnya dapat meningkatkan daya imunitas tubuh sebab kaya vitamin C yang dapat memperkuat imunitas tubuh Anda. Mampu men-charge tubuh yang lelah karena kandungan air yang berlimpah dan kandungan mineral yang cukup baik, sehingga dapat mengganti ion-ion tubuh yang hilang setelah beraktivitas berat, membantu menyembuhkan penyakit sariawan, demam, sakit tenggorokan, batuk, dan diabetes, membentengi kita dari ancaman radikal bebas penyebab penyakit kanker, Menjaga kesehatan Organ Pencernaan. Kandungan serat yang dimiliki oleh buah belimbing mampu membantu kerja organ pencernaan lebih maksimal serta mencegah dari gangguan sembelit atau gangguan yang ditimbulkan oleh kesulitan BAB, Juga menurunkan berat badan Anda yang sedang menjalani program diet dan banyak lainnya.
Disaat saya menuliskan esai ini, kebetulan juga sedang mengalun dengan syahdu dari Instagram yang saya ikuti lagu Lir-Ilir yang dibawakan Gamelan Kiai Kanjeng. Setiap tanggal 17 dalam setahun di Yogyakarta selalu diadakan forum Mocopatan, nama lengkapnya Mocopat Syafaat bertempat di Taman Tirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Dalam hati saya membatin, betapa hebatnya Kanjeng Sunan Kalijogo (hidup abad 14-15)yang menciptakan lagu tersebut, weruh sakdurunge winarah. Betapa kita sudah diperingatkan jauh-jauh hari sebegitu berharganya buah Blimbing dan kita sebagai anak cucu untuk belajar menek Blimbing, belajar Angon baik secara literal maupun eksplorasi filosofis lebih jauh lagi.
Dari Wikipedia menafsirkan Ilir-Ilir sebagai berikut; diawali dengan Lir ilir yang artinya Nglilir (bangunlah), bangunlah atau bisa diartikan sebagai sadarlah. Kita diminta bangun dari keterpurukan, bangun dari sifat malas untuk mempertebal keimanan yang telah ditanamkan oleh ALLAH SWT dalam diri kita, karena itu digambarkan dengan Tandure wus sumilir atau tanaman yang mulai bersemi dan pohon-pohon yang mulai menghijau bagaikan Tak ijo royo-royo. Semua itu tergantung pada diri kita masing-masing, apakah mau tetap tidur dan membiarkan tanaman iman kita mati atau bangun dan terus berjuang untuk menumbuhkan tanaman tersebut hingga besar dan mendapatkan kebahagian seperti bahagianya pengantin baru atau Tak sengguh temanten anyar.
Cah angon - Cah angon atau anak gembala, yang artinya kita telah diberi sesuatu oleh ALLAH SWT untuk kita gembalakan yaitu "HATI", bisakah kita gembalakan hati kita ini dari dorongan hawa nafsu yang demikian kuatnya, si anak gembala diminta untuk memanjat pohon belimbing atau Penekno blimbing kuwi yang notabene buah belimbing itu bergerigi lima buah, dalam hal ini sebagai gambaran dari disuruh untuk menjalankan Sholat 5 waktu, dan Lima Rukun Islam.
Pohon belimbing itu memang licin dan meskipun dalam keadaan susah untuk melaksanakannya, kita harus bisa memanjatnya sekuat tenaga yang artinya kita tetap berusaha menjalankan sholat 5 waktu / Rukun Islam apapun halangan dan resikonya bagaikan Lunyu-lunyu penekno. lalu apa gunanya semua ini? semua ini berguna untuk mencuci badan kamu atau Kanggo mbasuh dodotiro (dada kamu) yang bermakna bahwa badan itu yang harus di bersihkan dari segala macam dosa.
Dodotiro, Dodotiro yang berarti adalah badan kamu harus di bersihkan dari dosa. Namun sebagai manusia biasa badan kamu terkadang banyak lukanya (badan yang masih banyak dosa) sehingga perlu obati bagaikan Dondomono, Jlumatono agar menjadi badan yang sehat (bersih dari dosa). Kanggo sebo mengko sore atau untuk menghadapi nanti sore, kata ini mempunyai makna bahwa suatu saat kita semua pasti akan mati, karena itu kita selalu diminta untuk membersihkan badan kita dari dosa, agar kelak kita siap ketika dipanggil menghadap kehadirot ALLAH SWT, karena kematian atas semua makhluk hidup adalah rahasia dari ALLAH SWT, dan kita bisa dipanggil atau mati kapan saja.
Mumpung padhang rembulane, Mumpung Jembar kalangane atau selagi rembulannya masih terang dan selagi banyak waktu luangnya atau banyak kesempatan, kata-kata ini mengandung arti bahwa ketika pintu hidayah masih terbuka lebar, dan ketika masih banyak kesempatan karena diberi umur yang masih menempel pada hayat kita maka pergunakanlah waktu dan kesempatan itu untuk bisa membersihkan diri dari segala macam dosa agar senantiasa selalu bertaqwa kepada ALLAH SWT. Selanjutnya Yo surako surak iyo atau bersoraklah dengan sorakan iya untuk menyambut seruan ini dengan sorak sorai, ketika kita masih sehat dan mempunyai waktu luang.
Tentu banyak tafsir lain tentang lagu ini, apapun itu semoga menambah rasa syukur dan daya juang kita yang dilahirkan di Tanah Air Nusantara yang memiliki Sejarah Peradaban Luar Biasa dan sebagai generasi muda indah kiranya jika mampu mempelajari kembali dan mengamalkannya.
***Bersambung***
#writingchallenges17
Nafisatul Wakhidah
Zwiefalten, 17 Mei 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H