Mohon tunggu...
Betty Maretta
Betty Maretta Mohon Tunggu... Human Resources - Mahasiswa

Mahasiswa semester 1 UINSU Medan, Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sifat Asli Manusia Sudah Terbentuk Sejak Usia Dini

26 November 2019   15:00 Diperbarui: 14 Desember 2019   09:32 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saat berlangsungnya Ospek, beragam sifat calon mahasiswa muncul seperti keras kepala, pembangkang, egois, apatis, namun selain sifat tersebut ada juga mahasiswa yang memiliki sifat kritis, namun kritis di sini bukanlah kritis yang berlebihan. Memang, dalam Ospek itu senior, sebagai penyelenggara, selalu menginstruksikan hal-hal yang tidak logis. Tidak sedikit calon mahasiswa yang protes dan tidak mau melakukannya dan jika dilakukannya pun karena keterpaksaan dan tidak sesuai dengan tujuan sebenarnya dari ospek itu sendiri.

Tujuan ospek itu sendiri, salah satunya merubah kebiasaan dan membentuk karakter calon mahasiswa. Seperti dituturkan, Bratadharma, (2013) Ospek adalah kegiatan awal bagi setiap peserta didik yang menempuh jenjang perguruan tinggi. Ospek dengan seluruh rangakaian acaranya merupakan pembentukan watak bagi seseorang mahasiswa baru. Dengan kata lain, ospek digadang-gadangkan menjadi suatu wadah untuk membentuk sifat seseorang.

Hal ini tentu tidak sejalan dengan pemikiran atau tidak berkesinambungan dengan fakta yang terjadi saat diadakannya Ospek. Hampir sebagian besar mahasiswa baru mengikuti Ospek hanya karena hal tersebut merupakan suatu kewajiban yang harus diikuti dan tidak menghubungkan ospek dengan sifat. Dengan keadan demikian, mungkinkah sifat seseorang dapat berubah selama kegiatan Ospek ?

Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ada dua arti dari kata orientasi. Pertama orientasi diartikan sebagai peninjauan untuk menentukan sikap (arah, tempat, dsb) yang benar dan tepat. Sedangkan arti yang kedua adalah pandangan yang mendasari pikiran, perhatian atau kecenderungan.

Ospek yang diadakan saat memasuki masa perkuliahan umumnya diadakan oleh panitia yang merupakan kakak senior atau kakak tingkat, tidak jarang mereka melakukan kejahilan yang sebenarnya hal tersebut justru membuat para mahasiswa baru menjadi kesal dan terus membantah. 

Dalam kegiatan ospek, biasanya senior kerap menyuruh mahasiswa baru untuk membeli sesuatu yang dapat dibilang tidak masuk akal dan cukup mengeluarkan banyak biaya untuk ukuran siswa yang baru lulus dan tinggal di kos jika seseorang itu merantau. Di sinilah sifat-sifat dasar seseorang timbul, dan yang paling menonjol biasanya sifat kritis.

Apa Itu Sifat Kritis?

Kata "sifat" (traits) dalam istilah psikologi, berarti ciri-ciri tingkah laku yang tetap pada seseorang. Untuk mengetahui sifat-sifat seseorang yang sebenarnya, memerlukan waktu dan proses peragaulan yang lama, disamping pengetahuan psikologi sebagai dasarnya. 

Kritis menurut Kbbi merupakan dl keadaan kritis, gawat; genting (tt suatu keadaan), bersifat tidak dapat lekas percaya; bersifat selalu berusaha menemukan kesalahan atau kekeliruan; tajam penganalisisan

Menurut Mustaji (2012) : Berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Definisi menurut Mustaji ini membuktikan bahwa berpikiri kritis adalah membuat keputusan sesuai dengan apa yang harus dipercaya dan keputusan tersebut sudah dipikirkan lebih jauh.

Menurut (Mertes,1991) Berfikir Kritis ini merupakan suatu proses yang sadar dan juga sengaja yang digunakan untuk dapat menafsirkan serta juga mengevaluasi informasi dan pengalaman dengan sejumlah sikap reflektif dan juga kemampuan yang memandu keyakinan dan juga tindakan. Dari pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian dari berpikir kritis ini merupakan sebuah pola pikir yang memungkinkan manusia itu untuk dapat menganalisa masalah itu dengan berdasarkan data yang relevan sehingga bisa mencari kemungkinan pemecahan masalah dan juga pengambilang keputusan yang terbaik.

Terkait pelaksanaan Ospek tersebut, maka sifat kritis itu perlu ditumbuhkan. Kritis di sini bukanlah kritis yang berlebihan atau yang membuat kerugian, namun jika perintah dari senior sudah tidak masuk akal bahkan mengganggu jalan pikiran kita, tentu saja  argumen atau tindakan terkadang perlu kita lakukan. Seperti misalnya senior menyuruh para mahasiswa baru untuk kembali 15 menit setelah diistirahatkan untuk sholat, bahkan terkadang lebih cepat daripada itu. 

Dapat kita logikakan, bahkan waktu untuk wudhu saja dapt memakan waktu 5-10 menit karena ada kurang lebih ratusan orang juga yang ingin mengambil wudhu sehingga kita perlu menunggu antrian. Dari pernyataan di atas siapapun yang sedang merasakan hal itu menjadi takut untuk pergi lebih dari 15 menit padahal hal tersebut sangat berlawanan dengan hati nya, dan tidak sedikit juga yang bermain dengan nalurinya dengan tetap menunaikan sholat lalu makan setelah itu barulah mereka kembali ke tempat Ospek.

Sifat kritis menurut pandangan islam berarti segala sesuatu hal yang kita temui dan ketahui di kehidupan sehari-hari tidak boleh ditelan secara mentah-mentah tetapi haruslah dikaji terlebih dahulu asal muasalnya. Dapat kita simpulkan bahwa untuk menerima perintah atau arahan tidak harus ditelan secara mentah-mentah atau lebih tepatnya kita harus dapat selektif apa yang harus kita perbuat dan apa yang dapat merugikan kita. 

Contohnya jika jam sudah menunjukkan waktu makan siang tetapi kegiatan ospek masih saja dilakukan, kita dapat memakan atau mengkonsumsi roti terlebih dahulu karena tidak semua orang mempunyai kesehatan yang stabil, tetapi dengan syarat makanlah tanpa sepengetahuan senior karena bagaimanapun kita adalah Mahasiswa Baru yang sedang berada di bawah naungan senior dalam kegitan Ospek, dan jika diperintahkan untuk beristirahat untuk sholat hanya dalam waktu 15 menit, pergi dan sholat lah tetapi jika melebihi 15 menit pikirkanlah kata kata yang akan disampaikan kepada senior dan menjelaskan tidak mungkin waktu sholat ditambah dengan wudhu hanya memakan waktu 15 menit.

Sifat kritis perlu dikemukakan tetapi bukan berarti sifat kritis yang berlebihan justru akan membuat dampak yang buruk, karena sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Jika kita terlalu vokal atau terlalu mengemukakan pendapat sampai harus memberontak   kepada orang yang lebih tua daripada kita sangatlah tidak baik, sifat ini lah yang perlu dihindari. 

Sikap kritis boleh saja kita kemukakan dengan alasan yang logis dan tepat sasaran seperti beralasan sudah mengganggu waktu ibadah, waktu makan karena kedua hal ini sangatlah fatal jika ditinggalkan. Karena sejak usia dini kita sudah diajarkan bagaimana untuk berpikir kritis terhadap hal yang harus kita bantah dengan alasan yang jelas. Contohnya seperti saat kita bertanya kepada orangtua kita saat dahulu mungkin pernah terlambat atau bahkan meninggalkan sholat karena urusan dunia. Seperti itu jugalah sikap kritis yang akan kita terapkan saat sudah dewasa, karena sifat seseorang memang terus berlanjut.

Faktor yang Memengaruhi Perilaku

a. Faktor Genetik: Perilaku terbentuk dari dalam individu itu sendiri sejak ia dilahirkan.

b. Faktor Eksogen: Meliputi faktor lingkungan, pendidikan, agama, sosial, faktor- faktor yang lain yaitu susunan saraf pusat persepsi emosi.

c. Proses Belajar: Bentuk mekanisme sinergi antara faktor heriditas dan lingkungan dalam rangkat terbentuknya perilaku (Notoatmodjo, 2014).

 Sesuai dengan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk dapat mengetahui sifat seseorang memerlukan waktu yang lama. Sangat jarang orang yang baru mengenal kita bahkan belum mengenal sama sekali dapat mengubah sifat dasar kita masing-masing. Ada banyak upaya yang dilakukan manusia untuk mencoba atau bahkan mendesak seseorang untuk berubah sesuai apa yang mereka inginkan.

Sejak manusia dilahirkan ke muka bumi hingga memasuki umur yang sudah dapat dikatakan dewasa sifat-sifat manusia sudah terbentuk karena didikan atau kebiasaan yang dilakukan oleh kedua orangtua dan keluarga karena sebagian besar waktu seseorang saat berumur 1-12 adalah di rumah. Sifat anak akan mengikuti sifat orangtua, contohnya jika orangtua sering berkata kasar dan secara tidak langsung hal tersebut mengajarkan anak untuk berkata kasar. Berikut merupakan teori-teori mengenai sifat :

1. Manusia itu sangat ditentukan pada pendidikan usia dini.

 Pendidikan manusia sangat ditentukan oleh apa yang seseorang peroleh saat usia dini. Dan tentu saja hal tersebut sudah ada sejak 18 tahun lamanya jika menghitung dari umur seseorang yang merupakan calon mahasiswa baru yang merupakan siswa yang baru saja melewati masa Sekolah Menengah Atas nya. 

Bayangkan saja, sifat yang sudah melekat di dalam diri kita selama 18 tahun  akan dirubah oleh orang yang baru saja memasukin kehidupan kita contohnya seperti para senior atau panitia ospek. Didikan orangtua sejak kita mulai berjalan merupakan sesuatu yang abadi dan tidak dapat diubah oleh apapun sebelum kita sendiri yang ingin merubahnya menjadi lebih baik maupun sebaliknya

2. Pendidikan itu bukanlah hal yang instan, hal. ini berarti ospek tidak dapat digunakan sebagai wadah untuk merubah sifat seseorang sifat

Perubahan menerlukan waktu yang sangat lama dan kegiatan seperti ospek ini  merupakan kegiatan yang hanya berlangsung kurang dari seminggu dan dapat dikatakan kegiatan yang sangat singkat. 

Perubahan bukan merupakan suatu hal yang dapat diperintah ataupun atas dasar permintaan orang untuk mendapatkan perubahan sifat, namun perubahan memerlukan waktu yang terbilang cukup lama untuk melihat perbedaan dari perubahan sifat tersebut,  tidak ada perubahan yang berjalan instan apalagi dengan cara kegiatan ospek yang dilakukan bagi calon mahasiswa baru yang disebut sebut sebagai wadah untuk merubah dan membentuk sifat. Bagaimana mungkin seseorang dapat diubah sifat dalam dirinya dalam waktu yang singkat dan dengan kegiatan yang sangat instan.

Dewasa ini, sifat yang cenderung dimiliki oleh remaja khususnya remaja yang duduk di bangku Sekolah Menengah Atas adalah keras kepala, apatis, dan mau menang sendiri atau egois. Masalah yang terjadi saat ini adalah peralihan dari SMA menuju bangku perkuliahan. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi mahasiswa untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang baru. Ditambah lagi dengan adanya ospek yang sudah menjadi tradisi bagi seluruh Mahasiswa Baru yang akan memasuki masa kuliah.

Namun kenyataannya, pada saat ini  sebagian besar kegiatan ospek hanyalah kegiatan yang merupakan pembebanan tugas yang semestinya tidak perlu dilakukan. Tujuan dari ospek saat ini sama sekali tidak dapat mengubah mindset atau pola pikir mahasiswa apalagi memimpikan untuk mengubah sifat. Kegiatan tersebut tidak sepenuhnya dilakukan semata-mata untuk mengubah sifat seseorang yang semula buruk menjadi lebih baik, bahkan terkadang banyak senior selaku panitia ospek yang tidak segan-segan melakukan kekerasan dan perpeloncoan. 

Memang, sudah bukan zamannya lagi bertindak anarkis dan melakukan kekerasan terhadap orang yang lemah, namun hal ini memang benar-benar masih terjadi saat ini.  Justru hal ini yang dapat membuat mahasiswa baru semakin menunjukkan sifat asli yang selama ini memang sudah tertanam dalam dirinya dan jika sudah terjadi, para senior justru menyalahkan para junior mereka dengan mengatakan bahwa mereka tidak mempunyai sopan santun padahal bukan berarti seseroang tidak dapat mengeluarkan sifat asli/dasar jika memang harus. Sifat kita bukanlah hal yang dapat ditimbang timbang dan diukur berdasarkan kegiatan singkat seperti ospek. .

Tujuan ospek dengan alasan untuk mengubah karakter seseorang sangatlah tidak daptat dipertanggungjawabkan, karena dengan arahan dan motivasi-motivasi yang diberikan oleh senior pun jika seseorang memang sudah memiliki suatu sifat, sifat tersebut akan terus melekat sampai kapanpun. Karena tidak ada yang dapat merubah diri seseorang kecuali diri mereka sendiri, apalagi jika orang baru dikenal dan baru masuk di dalam kehidupannya tentu tidak akan merubah apa-apa. 

Mungkin para senior beranggapan dengan memerintahkan junior mereka untuk membawa sesuatu yang sulit dicari dan tidak masuk akal akan membuat para Mahasiswa Baru menjadi lebih disiplin, tetapi tanpa mereka sadari, hal ini tidak dapat memungkiri perubahan sifat atau karakter seseorang dalam waktu yang singkat saat mengikuti Ospek karena Ospek biasanya dilakukan dalam waktu 3-5 hari. 

Dalam waktu yang sesingkat itu tentu saja tidak menjadi pengaruh sifat seseorang yang sudah terbentuk sejak 18 tahun yang lalu (bagi umur mahasiswa baru yang baru lulus Sekolah Menengah Atas), akan dibuat seperti apapun Ospek yang akan diadakan, jika tidak ada niat untuk berubah, perubahan tentu tidak akan terjadi apalagi Ospek yang dilakukan kesannya memaksa atau mengharuskan mahasiswa baru untuk mengikutinya, dan tentu saja mereka hanya menjadikan ospek sebagai formalitas agar tidak diberi hukuman yang berupa mengikuti ospek lagi pada tahun ajaran baru.

Setiap orang memiliki cara berpikir dan cara memandang sesuatu dengan pandangan yang berbeda-beda, sehingga untuk menyatukan perbedaan tersebut tentu tidak akan dapat dilakukan hanya dengan waktu 3-5 hari dengan cara kegiatan instan seperti ospek. Sejak usia dini, manusia sudah dibekali dengan ilmu pengetahuan, sehingga tidak dapat dipungkiri lagi jika manusia memiliki sudut pandang dan pola pikir yang berbeda-beda. 

Terkadang seseorang memandang ospek sebagai sesuatu yang berlebihan karena dasar dari dilaksanakannya ospek adalah untuk pengenalan lingkungan, dan membangun karakter mahasiswa sementara sebagian besar mahasiswa lebih memilih untuk mempersiapkan diri di rumah untuk memasuki hari pertama di kampus impian masing-masing daripada harus melakukan hal yang melelahkan. 

Dan jika memang ospek harus terlaksana, pengenalan lingkungan kampus beserta isinya dapat dilakukan dalam waktu 1-2 hari saja tanpa harus membeli atribut-atribut yang harus dibawa yang dapat memberatkan dan mengeluarkan biaya. Tidak heran jika banyak mahasiswa yang pro dan kontra mengenai ospek, sebagian besarnya ada yang berani menyampaikan kritikan nya tentang perlakukan senior yang semena-mena, ada juga yang hanya diam dan menerima. 

Dari sini dapat kita nilai bahwa sikap kritis seseorang dapat muncul secara spontanitas sesuai dengan situasi yang terjadi. Mahasiswa yang kritis biasanya memiliki pandangan yang lebih luas dan maju karena dapat berpikir lebih jauh tentang apa yang harus dilakukannya dan apa yang bertentangan dengan nurani nya sehingga dapat pula diukur tingkat kedewasaan nya. Mesikipun sikap kritis juga tidak bisa dijadikan pedoman namun orang yang berpikir kritis pasti memiliki kedewasaan yang lebih karena dapat lebih menilai mana yang baik dan mana yang buruk untuk dilakukannya.

Sudah banyak kasus yang terjadi dalam kegiatan ospek, mulai dari kekerasan fisik, mental, bathin, dan bahkan merusak diri korban selaku mahasiswa baru. Dalam hal ini, orangtua hanya tahu bahwa anaknya sedang berada di tangan yang tepat yaitu pihak sekolah padahal panitia dari ospek umumnya adalah kaka senior yang sudah dimandatkan oleh pihak sekolah. Sehingga banyak orangtua yang terkejut saat mendapati anaknya  mendapat kekerasan dari lingkungan baru yang seharusnya menjadi tempat untuk menimba ilmu dan melanjutkan pendidikan. Tentu saja orangtua menjadi sososk yang paling kecewa dalam kejadian ini, mereka sudah membesarkan anak mereka dengan sepenuh hati dan mendidiknya hingga dewasa namun harus menerima kenyataan pahit seperti ini.

Inti dari semua permasalah ini adalah tidak ada yang dapat mengubah kita selain diri kita sendiri, tidak perlu sekuat tenaga dengan embel-embel membentuk karakter dengan kegitatan ospek. Sifat yang sudah dibentuk dan dibekali dari orangtua merupakan sifat yang akan melekat sampai kapanpun, karena sifat dasar kita sudah tertanam dan tidak lekang oleh waktu sampai kapanpun hingga akhirnya diri kita sendiri lah yang dapat merubahnya. Orangtua adalah cerminan yang paling dominan saat kita masih dalam usia dini. Karena semua perlakuan yang dilakukan oleh kedua orangtua akan selalu membekas di dalam penglihatan anak, sehingga akan seperti itulah anak tersebut ke depannya. 

Setiap orang diciptakan dengan kepribadian masing-masing, sehingga akan menjadi sebuah hak seseorang juga jika ia mau menerima arahan atau perintah dari orang apalagi seseorang yang baru saja dikenal dalam waktu beberapa hari karena merubah sifat merupakan proses yang sangat sulit untuk dilakukan sebelum motivasi untuk berubah datang dari hatinya sendiri. Sifat adalah sesuatu yang spontanitas dan tidak dapat direncanakan secara berkala. Sifat keluar dengan sendirinya sesuai dengan porsi nya masing-masing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun