"Bosen? Lo kan tahu gue bisa baca komik dragon ball berkali-kali dan gak bosen sedikitpun, padahal gue tahu isi ceritanya apa, terus lo ngira gue bosen sama lo? Lo kaya enggak kenal gue aja!" Ramya masih berusaha menahan emosinya.
"Lo enggak bosen baca komik karena baca komik bikin lo happy, mungkin gue udah enggak bikin lo happy lagi?"
Ramya terdiam. Ia tak tahu harus menjawab apa. Berbagai kata berseliweran di otaknya.
"Guess what, at least di komik gue tahu ceritanya, ada cerita yang bisa gue baca, sedangkan lo, Brescia Ryundara, lo enggak pernah benar-benar biarin gue tahu cerita lo, apa yang ada di dalam hati lo!"
Brescia mencoba menahan dirinya. Badannya mulai bergetar. Ia tak pernah menyangka akan mendengar kalimat-kalimat itu dari pacarnya sendiri.
"Maksud lo apa Ramya Bimantara?!"
"Maksud gue?! Kenapa lo enggak bilang kalo buat bikin lo antusias, gue harus jadi musisi kaya mantan pacarmu itu?! Lo tahu enggak, satu bulan belakangan gue latihan main musik, karena gue mau dapat pandangan yang sama kaya yang lo kasih ke Byan! Gue yang pantes dapet itu, Brescia!!"
Air mata Brescia mulai mengalir. Ia benar-benar dikejutkan oleh pacarnya sendiri.
"Kok lo ngomong gitu sih, Ram? Gue selalu bangga sama lo, gue enggak butuh lo jadi musisi, itu enggak penting buat gue" ungkapnya lirih.
"Gue enggak pernah tahu, karena lo enggak pernah bilang ke gue! Lo itu penulis bestseller, pinter nulis cerita, tapi lo enggak pernah cerita ke gue tentang itu, Brescia, itu enggak adil!"
"Kita udah saling kenal lama, Ram, bukan sebulan dua bulan! dari sikap gue selama ini kan harusnya lo bisa tahu. Lo itu peneliti, dari hal yang kecil lo bisa rajut itu sampai lo bisa bikin simpulan, tapi kenapa sama gue, lo bisa salah menyimpulkan? Lo bilang gue enggak adil? yang lo lakuin itu sama!"