Mohon tunggu...
betahita
betahita Mohon Tunggu... lainnya -

about.me/plubis

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Ulasan dan Evaluasi Program Diet Corbuzier

18 September 2013   16:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:43 965
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Sumber energi kita secara berturut-turut adalah karbohidrat, lemak dan protein. Kalau asupan karbohidrat tidak ada atau habis maka energi akan datang dari sumber energi lapis dua yaitu berasal dari pembakaran lemak (lipolisis). Pada saat puasa tentu tidak ada asupan makanan termasuk karbohidrat maka harus dilakukan lipolisis untuk kebutuhan energi. Tetapi kecepatan pembakarannya tetap stabil sesuai dengan kebutuhan energi yang diperlukan. Jadi puasa lebih lama tidak mempercepat lipolisis, kebutuhan energi lah yang menentukan kecepatan lipolisis contoh aktifitas fisik. Semakin banyak atau berat aktifitas maka semakin tinggi kebutuhan energi sehingga diperlukan peningkatan metabolisme lemak (lipolisis). Maka bila aktifitas fisik dilakukan pada saat puasa tentu akan mempercepat menghabiskan lemak.

Puasa lebih dari 3 hari (pada orang dengan berat badan normal) akan menghabiskan cadangan lemak tubuh dan apabila tidak ada asupan karbohidrat maka pembentukan energi akan dilakukan dari lapis tiga yaitu berasal dari protein. Pembentuk tubuh kita dan penting untuk mobilitas kita yaitu otot merupakan bagian tubuh penting dan kaya akan protein. Demikian pula halnya hampir semua fungsional sistem organ kita baik di tingkat jaringan maupun sel memerlukan protein, termasuk sistem imun kita. Maka kalau cadangan protein dipergunakan untuk kebutuhan energi, maka lihatlah dampaknya pada sistem imun, massa otot, kontraksi otot dan kinerja jaringan dan sel akan menurun. Selebihnya mengenai puasa saya setuju.

Dalil 1 : Tidak Sarapan

Seperti komentar saya sebelumnya (berdasarkan teori dasar pembentukan energi). Lemak dipakai untuk jadi energi kalau karbohidrat benar-benar habis. Saya setuju dengan masalah frekuensi makan atau timing-nya hanya berkaitan dengan jumlah kalori yang masuk ke dalam tubuh. Tetapi saya tidak sependapat jika lebih baik tidak sarapan. Mengacu pada pernyataan Deddy Corbuzier sebelumnya bahwa makan adalah tradisi atau ritual atau habit dari seseorang. Pendapat saya adalah makan adalah sesuai dengan kebutuhan seseorang. Dalam makanan orang indonesia (utamanya nasi) banyak mengandung karbohidrat. Hasil akhir dari metabolisme karbohidrat adalah glukosa. Glukosa adalah sumber energi utama untuk otak (hanya glukosa dan oksigen) dan otot (kontraksi dan pergerakan). Waktu yang dibutuhkan untuk metabolisme sampai menjadi energi siap pakai 3-4 jam.

Untuk akademisi mulai dari SD sampai PT, orang kantoran, petani dan lainnya, artinya semua kalangan yang membutuhkan energi untuk melakukan aktivitasnya (otak dan otot) di pagi hari (terserah jam berapa yang anda sebut pagi) perlu makan (atau biasanya sarapan atau makan pertama setelah puasa karena tidur, kata Deddy). Hal yang berbeda untuk makan malam. Diketahui bahwa hampir semua hormon, enzim, termasuk yang berperan untuk pencernaan berada dalam level dan aktivitas yang minimal (beberapa ilmuwan memberi istilah switch off digest) setelah jam 7 malam. Itulah alasan saya sendiri dalam praktek sehari-hari (sebagai konsultan fisiologi olahraga di ideal fitness gym, UPT Kesehatan UNPAD) menyarankan makan terakhir untuk satu hari adalah jam 7 malam. Makan lebih dari jam 7 malam tidak disarankan karena makanan kita (yg terutama karbohidrat) malah akan berujung jadi lemak. Demikian artinya, makanlah sesuai dengan kebutuhan energi yang dibutuhkan dalam aktifitas anda sehari-hari.

Dalil 2 : Jendela Makan

saya masih akan merekomendasikan makan buah yang serat tinggi ,artinya massa-nya tinggi tetapi sedikit bahkan tidak berkalori. Contohnya apel ,pir, jambu air, bengkoang. JANGAN PISANG DAN ALPUKAT. Lebih baik dimakan langsung ya jangan di-jus apalagi tambah gula atau susu.

Waktu Berolahraga

Sebetulnya berolahragalah pada saat anda punya waktu dan sediakanlah waktu untuk berolahraga. TAPI JANGAN MALAM HARI. Karena malam adalah waktu yang Tuhan sediakan untuk beristirahat. Dan secara fisiologis juga terbukti bahwa tubuh kita dirancang oleh perancangnya untuk istirahat atau recharging.

Cardio dan Sit-up

Maksud dari cardio memang adalah latihan untuk meningkatkan daya tahan jantung-paru. Daya tahan jantung-paru (kemampuan aerobik) biasa dijadikan indikator kebugaran fisik seseorang (oleh dokter ahli fisiologi olahraga) yang diukur dengan satuan VO2 max (ambilan oksigen maksimum). Latihan cardio sifatnya individualis yaitu sesuai dengan kebutuhan orang, umur, jenis kelamin, trained or untrained people. Jadi ada dosis yang berbeda. Seperti obat. Yes, EXERCISE IS MEDICINE. Kalau tujuannya untuk penanganan obesitas maka intensitasnya adalah mild to moderate (30-55 % DNM ; 55-70 % DNM). DNM singkatan dari denyut nadi maksimum yaitu denyut nadi yang tidak boleh tercapai saat latihan. DNM = 200 – 10 – Umur. Frekuensi 3-5x seminggu, tipe aerob dan durasi lebih dari 30 menit. Kenapa? hasil penelitian kami menunjukkan semua hormon yang terlibat dalam lipolisis akan mencapai peak performance setelah 30 menit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun