Mohon tunggu...
Bes
Bes Mohon Tunggu... -

nama saya bes

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Belajar dari Harvard untuk Membangun Asia

27 Februari 2015   12:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:26 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Learning for future : A Great Indonesia

Benua Asia memiliki masa depan yang cerah, anak-anak muda yang brilian dan bersemangat. Kelak masa depan dunia akan berada di pundak kita semua (BES.T,2015)

HPAIR  (Harvard Project for Asian dan International Relations)

[caption id="attachment_399833" align="aligncenter" width="576" caption="Indonesian Delegate on HPAIR 2015"]

14249888782114003077
14249888782114003077
[/caption]

HPAIR (Harvard Project for Asia and International Relations) adalah konferensi tahunan yang digelar oleh Harvard University, Cambridge Amerika Serikat untuk membahas dan saling bertukar pikiran tentang Asia di masa yang akan datang. Program ini diikuti oleh mahasiswa dari berbagai negara melalui seleksi Essay dan Interview. Alhamdulillah, saya mendapatkan kesempatan bersama 200 mahasiswa lainnya dari berbagai penjuru dunia mengikuti program ini. Para peserta yang hadir berasal dari latar belakang study yang berbeda-beda hingga memungkinkan acara ini juga sebagai ajang untuk bertukar pikiran dan networking .

Pada tahun ini, HPAIR membahas tentang isu-isu di Asia Pasifik, mulai dari demokrasi, pertahanan, hingga ekonomi dan finansial. Saya sendiri adalah mahasiswa dengan latar belakang makro ekonomi, khususnya ekonomi pembangunan di Perancis dan Eropa.

Saya mendapatkan kesempatan untuk menjadi bagian di panel ekonomi dan finansial. Pada kesempatan kali ini delegasi Indonesia diikuti oleh 5 orang mahasiswa, dari berbagai universitas ternama di kota besar di Indonesia, misalnya dari ITB dan UI. Kami baru bertemu saat acara berlangsung namun kebersamaan langsung terasa hangat di tengah cuaca di musim dingin yang menembus hingga minus 20 derajat celcius.

Kedepannya mungkin antara delegasi harus lebih berkoordinasi intensif hingga akhirnya bisa bekerja sama saat konferensi khususnya dalam menyampaikan gagasan-gagasan yang berguna untuk Indonesia masa depan. Begitu juga kepada Pemerintah Indonesia kedepannya agar bisa lebih bisa memberikan kontribusi dan dukungan kepada para tunas bangsa yang mewakili Indonesia karena ajang ini juga sekaligus sarana diplomasi dengan delegasi lainnya yang mengangkat nama Indonesia di forum Internasional.

Para Panelis tahun ini terdiri dari Professor yang memiliki spesialisasi study tentang benua Asia dan menjadi pengajar di Universitas Harvard, Kennedy School of Government, Boston University, New York University dan bahkan para pengusaha sukses dari Asia dan juga Amerika. Merupakan suatu kebanggaan bagi saya ikut serta dalam acara ini setidaknya merasakan langsung proses pembelajaran dan networking dijalin di salah satu Universitas bergengsi di dunia.

[caption id="attachment_399835" align="aligncenter" width="576" caption="a great learning from Harvard University"]

1424988980180999236
1424988980180999236
[/caption]

Hari pertama konferensi, materi HPAIR memberikan perhatian kepada masalah demokrasi di Asia, khususnya di Asia Tenggara dan di Timur Tengah. Pada kesempatan ini saya sempat bertanya mengenai « good dictator is better than bad democracy » karena kebetulan Indonesia pernah merasakan dipimpin oleh pemimpin diktator. Seorang pembicara mengatakan bahwa demokrasi di sebuah negara yang lama dipimpin oleh pemimpin diktator hingga akhirnya menuntun lahirnya demokrasi tidak akan lepas dari pengaruh atau bahkan tekanan dari dunia internasional termasuk peran penting media & propagandanya.  Media sebagai jendela informasi dapat dengan mudah melihat keadaan yang terjadi di negara lain. Hingga pada akhirnya sebuah negara yang dipimpin oleh diktator merasa “haus” akan demokrasi dan kebebasan dalam berekspresi yang dituntut oleh rakyatnya.

Namun di lain pihak ada juga pengalaman lainnya bahwa seperti “good dictator” di Jordan, Maroko dan Saudia Arabia. Disana rakyat masih memiliki kesetiaan terhadap raja mereka.

Para panelis menitik beratkan pentingnya demokrasi pada era globalisasi saat ini. Saat ini, suara rakyat harus semakin didengarkan apalagi ketika kesenjangan sosial dan kemiskinan semakin meningkat. Seorang panelis menitik beratkan bahwa, hanya manusia yang bebas yang dapat memberikan voting. Dominasi dunia barat terhadap promosi akan demokrasi dibuktikan dengan keberadaan markas dan kehadiran para militernya.

Seorang panelis mengatakan bahwa korupsi adalah “moral judgemnent” jadi harus hati-hati dalam mengucapkan kata korupsi. Jangan pernah mengatakan bahwa kita melakukan revolusi karena pemerintahnya korupsi. Karena belum tentu kita yang akan naik berkuasa tidak akan melakukan hal yang sama. Negara harus mengerti apa yang diinginkan oleh rakyatnya dan berbagai kecenderungan saat ini. Seperti halnya di Hong Kong baru-baru ini, masyarakat menginginkan demokrasi dan kebebasan berekspersi dan Negara harus mendengarkannya.

Ekonomi, Finansial, Entrepreneurship

Pada panel khusus Ekonomi dan finansial, seorang panelis menjelaskan potensi besar Asia dalam pembangunan. Misalnya di Asia Tenggara, Filipina memiliki potensi pertumbuhan yang cukup besar dan nilai pertumbuhan mereka hampir mengimbangi pertumbuhan di India.

Belajar dari pengalaman di India dimana jumlah telepon genggam masih lebih banyak dari pada kamar kecil/wc. Industri komunikasi sangat menguntungkan namun hanya menguntuk bagi pihak yang bergerak di bidang tersebut. Hal ini membuktikan bahwa pertumbuhan ekonomi di India khususnya di Asia juga harus diiringi dengan perbaikan infrastruktur dan sistem transportasi yang memadai. Sehingga pada akhirnya pertumbuhan bisa berlangsung lama dan bisa menggerakkan sektor-sektor lainnya.

Dalam kesempatan yang membahas pertumbuhan ekonomi, saya bertanya tentang bagaimana potensi Indonesia dalam beberapa tahun kedepan. Semua panelis mempunyai buah pikiran yang sama yaitu pertumbuhan Indonesia cukup baik dan stabil, namun harus diiringi juga dengan pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme. Seperti yang kita tahu bahwa korupsi telah menguras tenaga dan uang negara yang sangat merugikan pembangunan dan rakyat.

Dalam sesi entrepreneurship, Harvard khusus mengundang dua pengusaha muda Indonesia yakni Markus Rahardja dan Daniel Jayasaputra, mereka adalah entrepreneur muda yang masih berusia 22 tahun. Sangat menarik, karena dalam usia yang sangat muda mereka telah mendapatkan perhatian  serius dari Universitas Harvard dan dapat menjadi pioner dan model untuk pengusaha muda lainnya.

Konteks Indonesia

Dalam HPAIR 2015 secara khusus pembangunan Indonesia dan berbagai dinamikanya tidak banyak disentuh karena memang tema besarnya tentang Asia. Namun beberapa issu aktual seperti demokrasi dan pemberantasan korupsi menjadi penekanan penting dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan. Belajar dari sejarah, sebuah negara akan jatuh ketika elit politik dan para penguasa menggunakan kekuasaan mereka untuk memperkaya diri sendiri, keluarga, partai, dan sahabat. Masalah Indonesia tidak hanya korupsi materi namun juga kolusi, nepotisme atau bahkan penyalahgunaan kekuasaan. Kita berantas 3 hal itu, maka Indonesia Raya bukan hanya mimpi di masa lalu.

Kedepannya saya harapkan generasi muda Indonesia agar tidak ragu untuk mengikuti konferensi yang mendunia seperti HPAIR ini. Berbagai event internasional kelas dunia harus coba dimasuki dan berani mengikutinya. Siapapun bisa asal berani bersiap mengembangkan diri. Karena tidak hanya mendapatkan ilmu dan pengalaman tentang isu yang diangkat, namun konferensi semacam ini juga memiliki nilai yang bisa menaikkan moral, semangat mengangkat nama Indonesia di dunia internasional, dan tentu memberikan kita motivasi yang lebih untuk maju, Inspiratif dan Inovatif.

[caption id="attachment_399947" align="aligncenter" width="960" caption="Charles River @ Harvard University"]

1425022320799001423
1425022320799001423
[/caption]

Secara pribadi, melalui konferensi ini saya bisa melihat bahwa benua Asia memiliki masa depan yang cerah, anak-anak muda yang brilian dan bersemangat. Kelak masa depan dunia akan berada di pundak mereka semua. Terlebih-lebih kita akan menjadi bagian dari 100 Tahun Indonesia dimasa yang akan datang dengan berbagai tantangan dan peluang yang harus kita siapkan dari sekarang untuk saling bersinergi.

Seperti kata pendiri Indonesia Ir. Soekarno, berikan aku 10 pemuda maka akan kuguncang dunia. Indonesia jangan mau ketinggalan, saya percaya Indonesia bisa dan mempunyai kapasitas untuk menjadi bagian dari perubahan dan perbaikan di dunia ini, asal pemerintah mau mengulurkan bantuan dan para pelajar tidak lupa akan cita-cita akan Indonesia Raya. ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun