Mohon tunggu...
Beryl Lumenta
Beryl Lumenta Mohon Tunggu... Guru - Belajar menulis

Husband, father, teacher, friend, in that particulair order

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menggugat Ujian Akhir Sekolah

20 Mei 2019   11:06 Diperbarui: 20 Mei 2019   11:11 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang lebih parah, bagaimana ketika siswa yang bersangkutan tidak mampu menjawab soal yang berkaitan dengan KD yang dipelajari di kelas VII? Apakah sebenarnya siswa tersebut belum menuntaskan KD yang bersangkutan? Belum tentu. Di SMP, ada 11 Mata Pelajaran, yang semua diujikan di USBN. Semua pelajaran tersebut dipelajari dari kelas VII. 

Bayangkan banyaknya materi yang harus dipelajari siswa untuk mempersiapkan USBN! Jadi  kalau mereka tidak dapat menjawab pertanyaan dari KD yang sebenarnya sudah mereka tuntaskan di kelas sebelumnya, lebih mungkin karena mereka lupa, bukan tidak bisa. 

Saya yakin kalau guru-guru mereka ditantang mengikuti USBN (semua pelajaran) hasilnya tidak lebih baik dari para siswa tersebut. Jadi menurut saya, proses penilaian USBN tidak valid, tidak benar-benar menggambarkan pencapaian kompetensi siswa yang bersangkutan.

 Selain itu, ada masalah lain yang mengganjal dengan diselenggarakannya USBN. Saya yakin, di sebagian besar sekolah (kalau tidak bisa dibilang semua), di semester 6 mereka juga mengajarkan ulang materi-materi dari kelas VII. Lantas, sekali lagi, apa masalahnya? 

Masalahnya adalah waktu. Kalau kita lihat, secara kasat mata saja, materi yang dipelajari di semester 5, kurang lebih sama banyak dengan materi yang dipelajari di semester 6. Katakanlah materi semester 5 lebih banyak, tapi tetap saja bedanya tidak signifikan. Sementara waktu yang tersedia bahkan lebih sedikit dari semester 5. 

Mari kita lihat. semester 6 tahun ajaran ini dimulai dari bulan Januari dan, seharusnya, berakhir bulan Juni. Jika dihitung libur kenaikan kelas, maka semester berakhir pada bulan Mei. Tahun ini, USBN mulai di awal April, praktis, hanya ada waktu 3 bulan, untuk belajar materi yang dirancang untuk 1 semester (6 bulan). Belum lagi dikurangi waktu untuk mengajarkan ulang materi dari kelas VII, praktis hanya ada waktu 1 bulan untuk menuntaskan semua materi semester 6. Sebagai guru, hati nurani saya berontak. Saya merasa sedang melakukan pembodohan.

Lantas bagaimana solusinya? Menurut saya, tidak perlu ada ujian akhir. Setelah satu KD dinyatakan tuntas, maka tidak perlu lagi diujikan, kecuali yang memang perlu, dan berkaitan sangat erat. Pada pelajaran IPA Terpadu yang saya ampu, hal tersebut tidak diperlukan. 

Misal di kelas IX di semester 1 awal belajar sistem reproduksi (biologi) dan di akhir semester ada pelajaran tentang listrik statis (fisika) menurut saya, siswa tidak perlu paham mengenai sistem reproduksi untuk dapat belajar tentang listrik statis, jadi kalau di awal semester sudah diujikan materi tentang sistem reproduksi, di akhir tahun (pada PAS) tidak perlu lagi diujikan materi tentang sistem reproduksi, cukup materi tentang listrik statis saja. 

Di semester 6, juga berlaku sama. Tidak perlu ada USBN. atau kalau mau ada, maka materinya hanya materi yang belum diujikan saja. Jadi lebih adil bagi para peserta didik.

Selain itu, sebagai pengganti USBN, maka satuan pendidikan (sekolah) memberikan tugas akhir. Ada dua tugas akhir, yang pertama berkaitan dengan pelajaran yang dipelajari di jenjang SMP, dan yang kedua tidak berkaitan langsung dengan pelajaran, tetapi lebih kepada penguatan karakter.

 Tugas akhir yang pertama, siswa diminta membuat karya, menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang dia pelajari selama di SMP. Bisa berupa karya tulis (hasil penelitian IPA, atau IPS, studi literatur, Novel, Artikel dll) atau karya nontulis (koreografi tari, komposisi musik sederhana, lukisan, karya kriya, dll) Siswa berhak memilih pelajaran yang berkaitan, karena tidak semua siswa berpotensi di semua mata pelajaran yang ada. Misal dia berminat di IPS, dia bisa membuat penelitian tentang gejala sosial yang ada disekitarnya, dia bisa melakukan survey atau wawancara untuk mengumpulkan data. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun