Namun, koleksi Pak Santio lebih dari prangko atau benda filateli saja. Koleksinya merambah ke berbagai benda koleksi. Di luar itu, Pak Santio juga dikenal sebagai seorang pelestari sejarah Lasem dan ikut merawat bangunan-bangunan bersejarah di kota kecamatan yang terletak di Jawa Tengah itu.
Penerbitan buku tersebut digagas oleh Albertus Dj, seorang filatelis asal Bandung, Jawa Barat. Seperti diceritakan dalam pengantar buku itu, dua hari setelah Pak Santio meninggal dunia pada 21 Mei 2024, Albertus yang sedang menyunting bahan-bahan lelang prangko di WhatsApp Group (WAG) Parahyangan Auction, tiba-tiba terbersit pemikiran untuk menyusun kumpulan tulisan mengenang Pak Santio.
Hanya dalam waktu sebulan, Albertus dapat menyusun buku yang berisikan tulisan-tulisan dari 46 kontributor, 35 dari dalam negeri dan 11 dari luar negeri. Dalam pengerjaan buku tersebut, Albertus dibantu Lily F Cahyadi (editor), Gilang Adittama (translator), Sophia Tjahjana (layout), dan Adela Josephine (cover).
Buku tersebut juga dilengkapi riwayat singkat tentang Pak Santio (Tio Swan Gwan) yang dilahirkan pada 22 Januari 1941. Semasa hidupnya, beliau selalu menyempatkan diri membina para calon filatelis dan filatelis remaja di berbagai daerah di Indonesia, mulai dari Jakarta sampai ke sejumlah daerah lainnya, termasuk juga di luar Pulau Jawa.
Bahkan beliau tercatat sebagai pendiri beberapa klub filatelis, seperti Perkumpulan Philatelis Remaja Bandung (PPRB) pada 1975 dan Perkumpulan Philatelis Remaja Malang (PPRM) pada 1978.
Di samping aktif pula membina Perkumpulan Filatelis Rembang (PFR) yang didirikan kemudian. Albertus yang menggagas penerbitan buku ini adalah salah satu anak binaan Pak Santio di PPRB.
"Meet Up Postcrosser"
Kegiatan sampingan lainnya yang juga ramai dikunjungi adalah meet up Postcrosser, pertemuan para pelaku Postcrossing yang tergabung dalam Komunitas Postcrossing Indonesia (KPI).
Kegiatan ini diawali dari sebuah  proyek online yang memungkinkan anggotanya mengirim dan menerima kartu pos dari seluruh dunia, dengan mendapatkan nama dan alamat yang harus dikirim kartu pos melalui situs web Postcrossing.com.
Kegiatan yang diadakan di GPI pada Sabtu, 6 Juli 2024, dihadiri oleh para postcrosser dari Jabodetabek dan sejumlah daerah lainnya, seperti dari Bandung, Semarang, dan Medan. Walaupun hampir sehari penuh hujan turun lumayan deras di hampir seluruh wilayah Jakarta, tetapi pertemuan itu tetap berlangsung meriah.
Para postcrosser saling membubuhkan tandatangan dan cap stempel pribadi di kartu pos-kartu pos masing, sebelum dikirimkan ke berbagai alamat. Kebetulan sedang berlangsung pameran "Jakarta 2024", jadi setelah menempel prangko di kartu pos yang akan dikirim, para postcrosser pergi ke kantor pos yang ada di PosBloc untuk membubuhkan cap pos khusus pameran tersebut di atas prangko. Selanjutnya, kartu pos-kartu pos tersebut dikirim melalui kantor pos di sana.